Oleh: Tri S, S.Si
Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Blitar terus mengalami peningkatan. Selama dua bulan terakhir, sebanyak 35 warga terdeteksi mengidap penyakit tersebut. Kasus baru didominasi oleh kelompok usia produktif, yakni antara 25-49 tahun, yang menjadi kelompok paling rentan terpapar virus.
Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar, Eko Wahyudi mengungkapkan, dari total penderita baru tersebut, 26 orang berjenis kelamin laki-laki dan 9 lainnya perempuan (blitarkawentar, jawapos.com, 05/04/2025).
Solusi dalam mencegah pertumbuhan HIV/AIDS masih sama yaitu dengan program ABCD, Abstinence (Tidak berhubungan seks selibat), Be Faithful (Selalu setia pada pasangan), Condom (Gunakan kondom di setiap hubungan seks berisiko), dan Drugs (Jauhi narkoba). Program tersebut ternyata tidak menuntaskan masalah HIV/AIDS malahan membuat masalah baru. Karena pencegahannya tidak mengakar pada masalah dasarnya.
Pemerintah lebih cenderung tambal sulam dalam menanganinya seperti pembagian kondom ke tempat-tempat lokalisasi dengan alasan supaya aman dalam berhubungan seks berisiko (zinah), seharusnya tempat tersebut ditutup karena dari sanalah penyebaran HIV/AIDS meningkat. Masalahnya untuk menutup tempat-tempat protitusi tersebut tidaklah mudah seperti kasus alexis yang penutupannya harus melibatkan perdebatan para pejabat baik yang pro atau kontra.
Padahal Penyebaran HIV/AIDS melalui seks bebas merupakan penyumbang terbesar meningkatnya jumlah orang yang terkena HIV/AIDS. Untuk program abstinence (tidak berhubungan selibat) sulit untuk dilakukan, karena lebih dari 20 Negara yang telah mensahkan pernikahan sesama jenis seperti Belanda, Amerika, Norwegia dll. Di Indonesia tidak menutup kemungkinan karena sudah banyak ditemukan pernikahan sesama jenis walaupun yang terungkap baru sedikit oleh media, bahkan mereka sudah tidak malu lagi untuk tampil di publik.
Mereka beranggapan bahwa hubungan seks adalah hak asasi yang harus dilindungi oleh hukum padahal sudah jelas nyata kerusakan yang akan ditimbulkan seperti munculnya pedofil-pedofil yang mengarah kepada anak-anak sebagai pemuas nafsu syetan mereka dan yang lebih parah adalah pemusnahan masal manusia.
Dalam al-quran sudah diperingatkan dengan kisah nabi luth yang seharusnya menjadi pembelajaran untuk kita
“Dan (kami telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu melakukan perbuatan keji?”, sungguh, kamu telah melampiaskan syahwat mu kepada sesama laki-laki bukan kepada perempuan. Kemu merupakan kaum yang melampaui batas.
“Usir mereka (Luth dan pengikutnya) dari negeri ini. kemudian kami selamatkan dan pengikutnya kecuali istrinya. Dan kami hujani mereka dengan hujan batu.” (surah al-A’raf ayat:80-84).
Begitupun dengan Be faithful (selalu setia pada pasangan) pada saat ini sulit terwujud di kalangan suami istri pasalnya banyak faktor yang mendukung setiap pasangan untuk selingkuh. Dengan kondisi ekonomi yang sekarang sulit seorang suami tidak mudah mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga ditambah dengan kurangnya agama pada seorang istri yang akhirnya membuat istri meninggalkan suami tersebut.
Ditambah arus feminisme yang melanda para wanita akhirnya membuat mereka berlomba-lomba untuk mengejar karir dan meninggalkan tugas utamanya sebagai seorang istri dan ibu. Banyak lagu-lagu yang mendukung untuk berselingkuh yang akhirnya menginpirasi suami istri untuk berselingkuh. Seharusnya tujuan berkeluarga adalah bisa mewujudkan sakinah, mawadah, warohmah namun hal tersebut tidak bisa terwujud jika pendidikan agama tidak ditanamkan oleh suami istri.
Drugs (jauhi narkoba) juga sulit terwujud pasalnya setiap tahun angka orang yang memakai narkoba terus bertambah dan lebih parah terjadi dikalangan usia produktif. Pemberian metadon dan jarum suntik untuk pengguna narkoba supaya tidak terinfeksi HIV/AIDS tidaklah tepat karna hanya akan membuat mereka ketergantungan.
Apakah kita masih percaya solusi ABCD tersebut bisa mengatasi HIV/AIDS?
Di dalam Islam prilaku seks bebas (zinah) sangat tegas hukumannya. Bagi yang sudah menikah akan dirajam sampai mati dan bagi yang belum menikah akan diasingkan. Perlakuan tersebut bukan tidak manusiawi/kejam tetapi ini adalah preventif sekaligus kuratif agar masyarakat berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak.
Di keluarga pun harus ada penanaman agama sedari kecil agar mereka tidak terjerumus ke dalam prilaku seks bebas, atau yang mengarah kesana seperti pacaran, berdua-duaan dengan lawan jenis, ikhtilat dll. Masyarakat wajib mengontrol ketika ada penyimpangan prilaku dan mau untuk menegur agar tercipta masyarakat yang peduli dan bertanggungjawab dalam menjaga lingkungannya.
Maka ketika itu semua dilakukan penyebaran HIV/AIDS akan berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Tentu saja hal itu bisa diwujudkan jika sistem islam diterapkan oleh Negara di semua aspek kehidupan. Karena sistem dari Allah adalah sistem terbaik yang mengetahui mana yang baik dan buruk bagi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar