Oleh: Tri S, S.Si
Sungguh menyayat hati, ratusan korban jiwa berjatuhan di hari suka cita umat Islam. Bagi rakyat Palestina, Idul Fitri yang semestinya menjadi momen bahagia justru dihiasi air mata dan genangan darah. Serangan rudal dengan brutal dilancarkan Zionis kepada warga sipil. Di bawah reruntuhan bangunan, mereka tetap melaksanakan salat Idul Fitri dengan senyuman lalu dilanjutkan dengan salat jenazah.
Zionis laknatullah, seolah tak akan membiarkan Palestina merasakan suasana suka cita meski sedetik saja. Langit Gaza pun menjadi saksi berhamburannya jasad para syuhada hingga terpotong dan terpental ke atas awan menyatu bersama kepulan asap hitam lewat serangan rudal.
Kami bertanya, di mana para pemimpin muslim dunia? Tidakkah mereka menyaksikan pembantaian ini? Tak terpanggilkah untuk mengirimkan tentaranya?
Mari lupakan sejenak perihal mengirim obat-obatan dan bantuan makanan, bukan berarti Palestina tak butuh itu. Mengirim logistik tersebut hanya hanya hendak menghibur, "Sabar saudaraku sayang, nanti akan kukirimkan bantuan kemanusiaan."
Bukan, bukan itu yang mereka butuhkan. Palestina butuh solusi tuntas bukan hanya sekadar obat-obatan dan donasi serta bantuan kemanusiaan lainnya. Bantuan tersebut hanya meringankan korban, namun tidak akan pernah bisa menghentikan pembantaian. penderitaan yang panjang itu tak akan pernah selesai dan disebut pelanggaran HAM, selagi nyawa yang berjatuhan itu berasal dari umat Islam.
Pembantaian hanya dapat berhenti dengan disatukannya seluruh tentara kaum muslim yang dimobilisasi pemimpin yang siap menerapkan syariat Islam secara kafah. Dialah seorang khalifah yang hanya akan hadir dalam sistem Khilafah. Pemimpin dalam sistem Khilafah lah yang memiliki keberanian tangguh menjadi komandan dalam menyokong perjuangan rakyat Palestina.
Saat ini, tak mungkin mengandalkan pemimpin muslim seperti Erdogan (Turki), terlebih lagi Muhammad bin Salman (Pangeran Arab), mereka semua seperti pemimpin yang meletakkan pelana di atas kuda-kudanya. Jinak terhadap musuh, namun garang terhadap saudara seakidah. Mesra menjalin hubungan dengan Zionis laknatullah, namun di waktu lain berteriak mengaku sebagai pelindung Al-Aqsha.
Dua juta lebih tentara terlatih yang dimiliki Presiden muslim Turki Recept Thayyip Erdogan pun tak terlihat satu tentara yang dikirim ke Palestina. Selain itu, lebih dari empat ratus ribu tentara yang dimiliki Muhammad bin Salman hanya dijadikan sebagai pajangan di negerinya. Sang Pangeran begitu bakhil untuk menyokong persenjataannya. Mereka tetap duduk tenang dikala mata mereka menyaksikan pembantaian.
Pemimpin Mesir, Al-Fattah As-Sisi pun diam menahan langkah seolah sedang tak terjadi apa-apa di negara sebelahnya. Parahnya, mereka menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan melalui pintu perbatasan Raffa yang ditujukan pada muslim Palestina.
Yaa Rabb,
Yaa Dzal Jalaali wal Ikrom, Yaa Dzal Quwwati wal Qudrati.
"Wahai yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan, Wahai yang memiliki Kekuatan dan Kekuasaan"
Birahmatika astaghitsu..
"Dengan rahmat-Mu, Aku mohon pertolongan"
Untuk saudara kami di Palestina yang Allah takdirkan sebagai hamba paling mulia derajatnya di sisi-Mu. Yaa Rabb, lapangkan hati mereka, hapus kesedihannya. Tampakkan kenikmatan surga di setiap harinya kepada mereka. Berikan kami kemudahan dan keistiqamahan dalam mendakwahkan tegaknya Khilafah Rasyidah 'ala minhaji nubuwwah di tengah-tengah umat dan di hadapan para pemimpin kami.
Karena hanya dengan Khilafah lah akan muncul pemimpin yang berani mengirimkan tentaranya. Tanpa tegak Khilafah, para pemimpin muslim di dunia tak akan pernah berani dan akan tetap bermain api demi mengamankan negerinya sendiri.
Allahumma Yassir wa laa tu'asshir, Rabbi tammim BIL Khair
"Ya Allah, mudahkanlah dan jangan Engkau persulit, akhirilah semuanya dengan penuh kebaikan".[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar