Oleh: Yaurinda ( pendidik generasi masa depan)
Sebulan terakhir #kaburajadulu menempati trending topik beberapa media sosial terutama dimedia X. Hal ini digunakan netizen untuk mengajak pindah ke negara lain, baik melalui beasiswa pendidikan, magang, lowongan pekerjaan, maupun hal lainnya.
Pengamat pendidikan sekaligus konsultan karier Ina Liem menilai pindah ke luar negeri sebagai tindakan yang baik. "Memang bekerja atau belajar di luar negeri itu bagus supaya kita memiliki global dexterity, yaitu kemampuan untuk beradaptasi dengan kultur yang berbeda-beda atau global tanpa kehilangan jati diri," ujarnya. Dikutip dari Kompas.com, Selasa (4/2/2-25).
Namun nyatanya #kaburajadulu di barengi dengan berbagai keluhan dari netizen mengenai kondisi di negara ini yang buruk, seperti kesulitan mencari pekerjaan, upah rendah, kesulitan memperoleh pendidikan yang tinggi, korupsi, kebijakan pemerintah yang sering tidak bijak, dan lain-lain.
Disamping itu kualitas pendidikan yang rendah di dalam negeri yang dipertemukan dengan banyaknya tawaran beasiswa ke luar negeri di negara maju mereka semakin yakin untuk meninggalkan negaranya. Selain itu sulitnya mencari kerja di negara ini menjadi alasan saat banyak tawaran kerja di negara maju, baik pekerja terampil maupun kasar mereka digaji lebih tinggi.
Tren #KaburAjaDulu juga merupakan sinyal kekecewaan masyarakat yang sangat besar terhadap pemerintah Indonesia. Mereka beranggapan bahwa pemerintah di negeri ini tidak mampu mewujudkan pendidikan yang layak, lapangan pekerjaan, dan jaminan kualitas hidup. Apalagi saat ini banyak negara kaya membutuhkan warga negara baru karena populasi penduduknya menua, seperti Jepang.
Ini adalah bukti bahwa negara berkembang seperti Indonesia belum mampu untuk memberikan pendidikan yang mudah dijangkau semua kalangan karena minimnya anggaran pendidikan. Belum lagi korupsi yang menjadi budaya semakin sulit untuk mewujudkannya.
Selain itu menyediakan lapangan kerja di dalam negeri juga semakin sulit yang berujung banyak generasi muda menganggur. Kalau pun sudah bekerja mereka tidak sejahtera karena tingkat upah rendah dan tidak cukup untuk hidup layak. Kondisi ini menggambarkan kegagalan kebijakan politik ekonomi di dalam negeri untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera bagi rakyat.
Penyebab kegagalan negara berkembang untuk mewujudkan kesejahteraan di dalam negeri adalah penerapan sistem sekuler kapitalisme. Sistem ini menerapkan kebebasan kepemilikan sehingga SDA bebas dikuasai sebagian pemilik kapital. Akibatnya, kekayaan berputar di kalangan orang kaya saja. Kesenjangan antara orang kaya dengan orang miskin makin terlihat jelas.
Kesenjangan ekonomi akan terus terjadi dalam sistem kapitalis karena pemerintah akan mendahulukan kepentingan kapital dibandingkan rakyat . Tentu ini sangat berbeda dengan sistem Islam, karena dalam sistem Islam negara bertugas sebagai raa’in (pengurus) urusan rakyat. Negara wajib mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Negara dengan sistem Islam (Khilafah) wajib memenuhi seluruh kebutuhan rakyat seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Ini akan di perhatikan tiap warga negara individu per indvidu. Untuk mewujudkan jaminan pemenuhan kebutuhan ini, Khilafah akan melakukan berbagai hal.
Khilafah akan membuka lapangan pekerjaan yang mudah diakses para laki-laki karena mereka adalah pihak yang wajib menafkahi keluarganya. Negara akan mengelola SDA milik umum seperti tambang, laut, hutan, sungai, danau, gunung dan sumberdaya lainnya. Hal ini akan membuka lapangan kerja yang sangat luas.
Hasil dari pengelolaan kekayaan umum oleh negara nanti akan dikembalikan kepada rakyat, baik dalam bentuk produk seperti BBM, gas dan layanan publik dan akan diberikan secara murah atau bahkan gratis. Dengan ini rakyat akan hidup sejahtera.
Selain itu negara akan mendukung industri dalam negeri agar bisa berkembang dan produknya terserap oleh pasar dalam negeri. Sektor pertanian, peternakan, perdagangan, dan jasa juga didukung untuk maju sehingga bisa mewujudkan lapangan kerja bagi generasi muda.
Negara akan memiliki banyak sumber pemasukan sehingga sangat mungkin terjaminnya kesejahteraan rakyat dengan adanya penguasa sebagai raa’in. Selain itu, negara juga menyediakan berbagai fasilitas layanan yang dibutuhkan dalam kehidupan secara berkualitas dengan biaya murah, bahkan gratis sehingga rakyat tidak perlu kabur ke luar negeri untuk mendapatkan fasilitas tersebut.
Dengan pendapatan negara yang berlimpah maka negara akan mampu memberikan pendidikan kepada para generasi muda dengan menerapkan sistem pendidikan Islam sehingga anak muda menjadi berkualitas, saleh, dan cerdas. Generasi muda akan diarahkan oleh negara untuk mengisi posisi-posisi yang ada secara profesional sehingga menjadi SDM unggulan yang bermanfaat bagi umat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar