Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Liberalisasi Pergaulan, Buah Nyata Gaya Hidup Sekuler Yang Meresahkan

Rabu, 15 Januari 2025



Oleh: Rinica M

Pergaulan yang kian tak karuan semakin menyasar banyak kalangan, tak terkecuali kalangan dunia pendidikan. Di Grobogan, di kabarkan  seorang guru mengancam akan memberikan nilai jelek pada muridnya jika tak mau menuruti keinginan Bu Guru untuk berbuat tak senonoh. (Lihat: https://radarsolo.jawapos.com/nasional/845509415/begini-bujuk-rayu-bu-guru-agama-di-grobogan-ajak-siswa-smp-berbuat-tak-senonoh-hingga-2-tahun-dibikin-nyaman?page=3).

Di kalangan dewasa, persoalan pergaulan tak kalah memprihatinkan. Fenomena swinger diungkap berkali-kali digelar di Bali dan Jakarta, bahkan tanpa dipungut biaya. (Lihat: https://megapolitan.kompas.com/read/2025/01/10/07392941/pesta-seks-swinger-di-jakarta-dan-bali-ada-ajakan-tukar-pasangan-dan). Contoh kasus ini sudah menunjukkan betapa liberalisasi pergaulan nyata hasil merusaknya. Kasus yang terungkap bisa jadi hanyalah puncak gunung es, sebab perkara seperti ini masih banyak yang hanya diketahui kalangan tertentu alias rahasia.

Diketahui bersama bahwa negeri ini menganut konsep Ketuhanan Yang Maha Esa. Anehnya dalam perkara seperti ini, keberadaan Tuhan seolah tidak diakui adanya. Pelaku kemaksiatan santai-santai saja beraksi di atas bumi yang diciptakan Allah. Padahal mereka tentu pernah mengenyam bangku pendidikan, pernah mendapatkan pelajaran agama, pernah mendengar apa itu dosa dan konsekuensinya.

Lantas mengapa mereka seakan jauh dari nilai agama? Hal ini tentu tidak bisa dipisahkan dari gaya hidup yang selama ini berkembang di masyarakat. Gaya hidup yang memang sengaja menjauhkan manusia dari agama. Manusia lebih disibukkan mengejar harta dan kebahagiaan dunia dengan standar manusia, bukan standar pencipta. Parahnya standar yang dicontohkan adalah standar yang berasal dari nilai-nilai budaya Barat.

Akibatnya nilai-nilai Barat yang diketahui bersifat sekuler ini menggerus norma dan etika ketimuran yang sebelumnya syarat pengaruh unsur agama. Sekularisme yang dibawa budaya Barat berhasil dengan mulus menghilangkan apa itu tabu. Konsep kekinian atau gaul yang mereka tawarkan benar-benar menjunjung kebebasan berperilaku dan gaya hidup liberal yang serba permisif.

Hal demikian berimbas pada degradasi moral generasi. Mereka yang seharusnya hebat di masa muda agar bisa menyongsong dan menyiapkan diri menjadi generasi emas, justru terbajak potensinya. Tersibukkan menuruti kesenangan nafsu sesaat yang pada akhirnya berujung pada kerusakan fisik maupun mental. Generasi yang seharusnya terdepan dalam kepemimpinan, justru tumbuh dalam lingkungan yang bisa membuat mereka lupa tujuan serta hakikat dalam rangka apa mereka diciptakan oleh Allah.

Maka tak heran jika liberalisasi pergaulan ini pada akhirnya menumbuhkan persoalan berikutnya. Selain penurunan norma agama dan pekerti, imbas yang paling sering muncul adalah adanya kehamilan yang tidak diinginkan di luar nikah. Selanjutnya ada yang memilih aborsi ilegal atau memaksakan diri menikah. Hingga yang masih sekolah pun beramai-ramai meminta dispensasi. Pernikahan tanpa persiapan matang, tak sedikit yang dibumbui KDRT, tak jarang pula yang berujung perceraian.

Begitu pula halnya di kalangan yang sudah berumah tangga. Liberalisasi pergaulan sering memunculkan kasus pelakor atau pebinor sebagai orang ketiga. Walhasil perceraian pun sulit dielakkan. Keluarga sakinah mawadah warohmah yang seharusnya menjamur, justru dibalik dengan banyaknya fakta broken home. Dan akhirnya disusul dengan anak-anak yang tidak utuh mendapatkan perhatian, hingga lahirlah kriminalitas di kalangan anak maupun remaja.

Sedemikian rumitnya potensi rantai kerusakan akibat liberalisasi yang disebabkan oleh paham sekularisme. Maka masih layakkah diikuti paham ini? Sudah seharusnya taubatan nasuha dari pergaulan bebas digalakkan. Dan kunci pamungkasnya adalah harus menggantikan sumber utamanya, yaitu membuang sekularisme dan menggantinya dengan ketaatan pada aturan Allah.

Allah Maha Tahu apa yang dibutuhkan manusia ciptaanNya. Maka selain menjadikan Islam membahas soal keimanan, Allah juga menciptakan segenap aturan hidup bagi manusia. Mulai dari baru lahir sampai meninggal, mencakup pengaturan mengatur naluri kasih sayang, aturan dalam rumah tangga, hingga aturan bernegara. Semuanya sudah ada dalam ajaran Islam, lengkap. Sehingga jikalau dilandasi oleh ketaatan kepada Allah, sudah selayaknya dikaji kelengkapan aturan tersebut agar dapat dipraktikkan secara langsung, terutama yang berkaitan dengan sistem pergaulan.

Jikalau aturan Islam ini saat ini belum nampak keampuhannya, hal ini dikarenakan oleh masih terkubur nya aturan itu di dalam khazanah keilmuan semata. Belum ada institusi yang benar-benar menjalankan Islam sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dan sahabat penerusnya. Padahal sejarah membuktikan, ketika Islam ini diterapkan, generasi benar-benar terjaga dari bahaya liberalisasi pergaulan dan sekularisme kehidupan.  Maka penting sekali aturan Islam ditegakkan bukan? []

Sumber gambar: Liputan6.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar