Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Nasib Muslim Rohingya Terkatung-katung Siapa yang Akan Menolong

Jumat, 15 November 2024



Oleh: Tri S, S.Si


Kantor Imigrasi Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, mengingatkan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Kantor Indonesia untuk segera mencari lokasi penampungan baru bagi ratusan pengungsi Rohingya. Hal ini disampaikan karena gedung yang saat ini digunakan sebagai penampungan sementara mengalami kerusakan sekitar 60 persen dan harus direhab pada pekan depan atau paling lambat bulan November 2024. Gedung yang terletak di Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, sebelumnya menampung 736 pengungsi Rohingya yang terdampar di Sabang, Banda Aceh, dan Kabupaten Aceh Timur (kompas.com, 27/10/2024).


Kondisi muslim di Rohingya saat ini tengah tenggelam pemberitaannya. Padahal keadaannya sungguh memprihatinkan. Puluhan tahun muslim Rohingya hidup terlunta-lunta dalam bayang-bayang ketakutan. Sejak tahun 1970 an terhitung ratusan ribu muslim Rohingya kabur dari Myanmar. Rohingya adalah satu kelompok etnis minoritas muslim yang sebagian besar tinggal di barat Myanmar, Wilayah Rakhine. Sejak tahun 1989 pemerintah Myanmar membantah klaim historis etnis Rohingya dan membantah pengakuan sebagai salah satu dari 135 kelompok etnis di Myanmar. Pemerintah Myanmar menganggap mereka adalah imigran gelap. Padahal faktanya etnis Rohingya telah tingal berabad-abad disana. 


Muslim Rohingya terus diusir secara brutal dari negaranya sendiri, pemukimannya dibakar, warganya dibunuh, dan diperkosa. Penjajahan yang tak berkesudahan ini, membuat mereka mengungsi ke negara tetangga. Sebagian besar pengungsi memilih  menggunakan jalur laut untuk mencapai negara-negara tetangga seperti Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Namun jumlah pengungsi yang terhitung besar, tidak disambut baik oleh negara yang dituju, karena khawatir tidak terkontrolnya arus pengungsi yang masuk. Seperti baru-baru ini terjadi, sebanyak 146 Utara pada Kamis, 24/10/2024. Mereka telah berlayar selama 17 hari dari kamp pengungsian di Bangladesh sebelum tiba di Deli, Serdang. 


Sungguh sedih apabila melihat keadaan pengungsi ini. Selama tinggal di tempat pengungsian, mereka tidak mendapatkan hak-hak dasar, seperti pendidikan dan kesehatan. Masa depan mereka tidak jelas, karena bukan warga negara. Namun, mereka juga tidak bisa pulang ke negaranya, karena di negaranya pun mereka tidak bisa hidup tenang. Di Myanmar penduduk Rohingya terjebak di tengah pertempuran. Nasib mereka seperti buah simalakama. 

 
Tinggal di negaranya akan mendapatkan penjajahan, sedangkan meninggalkan negaranya juga sangat berisiko. Mereka sering kali di tolak ketika meminta pertolongan pada negara lain. Ketika ada yang menerima, hanya sekedar menampung sementara. Tanpa ada jaminan hak dasar dalam kehidupan. Seperti di Bangladesh mereka tinggal di pengungsian yang tidak layak dan rentan terkena badai yang akan memporak porandakan kamp-kamp mereka. Muslim Rohingya yang mengarungi lautan juga tertatih-tatih di tengah laut karena tidak ada negara yang mau menerima mereka. Kondisi muslim Rohingya ini pada dasarnya diakibatkan karena adanya sekat nasionalisme. Nasionalisme membelenggu negara-negara muslim hingga mereka tidak bisa maju untuk menolong saudara sesamanya. 


Ikatan keimanan yang seharusnya kukuh menyatukan muslim sedunia tanpa memandang suku dan wilayah, hilang karena nasionalisme. Lembaga dunia seperti UNHCR pun juga gagal mengurusi pengungsi Rohingya. Mereka hanya berperan menyediakan bantuan pangan, obat-obatan, dll. Padahal akar masalah dari permasalahan ini adalah penjajahan dan genosida yang tidak segera dihentikan. Sementara itu PBB yang katanya berkomitmen mewujudkan peradamaian dunia dan AS sebagai polisi dunia, nyatanya melemah dihadapan pelaku genosida, Israel dan Junta militer Myanmar. 


Akar permasalahan dari semua ini adalah tidak adanya perisai yang melindungi umat Islam. Perisai tersebut adalah bersatunya umat muslim dalam satu negara, yang diatur dengan aturan yang datangnya dari sang khalik. Semenjak keruntuhan negara Islam pada tahun 1924, nasib umat Islam terombang-ambing. 
 

Kondisi ini tidak pernah terjadi pada masa kepemimpinan Islam. Sejak masa Rasulullah hingga tahun 100 tahun yang lalu, umat Islam Bersatu dalam satu kepemimpinan, tanpa memandang bulu. Umat Islam pada saat itu Bersatu dalam ikatan yang kukuh, yaitu akidah islamiah. Saat itu nasionalisme belum menggerogoti kaum muslim, yang membuat mereka tersekat-sekat seperti sekarang. 


Antara muslim satu dan yang lainya tidak bersatu. Bahkan ada yang saling bermusuhan. Seperti yang terlihat saat ini. Negara muslim lain enggan menerima pada saat muslim Rohingya terusir dari negaranya. Meskipun ada yang bersedia menerima, mereka diberlakukan seperti orang asing, buka saudara seiman. 

 
Sungguh berbeda ketika negara Islam tegak. Setiap muslim yang menjadi warga negaranya, akan mendapatkan perlindungan dan jaminan hak dari negara seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Sementara itu, muslim yang bukan warga negaranya, apabila dijajah, maka pemimpin dalam Islam akan mengerahkan pasukan untuk membebaskan mereka. Bahkan akan mengusir para penjajah dari tanah kaum muslim. 

Pemimpin dalam negara Islam menyikapi dalam  konteks muslim Rohingya, akan membebaskan wilayah Rakhine dari penjajahan dan mengantarkan muslim Rohingya ke negaranya. Selanjutnya Rakhine akan menjadi wilayah negara Islam, bersama wilayah muslim disekitarnya. Mereka akan mendapatkan pengurusan dan perlindungan keamanan dari negara Muslim. Demikianlah, Islam akan menjadi perisai bagi umat Islam di seluruh dunia. 

Wallahualam bishshawab.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar