Oleh: U Diar
Kekejaman agresor zionis pada warga Palestina, khususnya Gaza sudah begitu luar biasa. Anak dan wanita tak luput dari sasaran senjata mereka. Dikabarkan oleh detik.com (01/11/2024), 11.000 lebih anak sekolah di Palestina terbunuh imbas serangan tersebut (lihat di https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7617187/11-000-lebih-anak-sekolah-di-palestina-terbunuh-imbas-serangan-israel).
Di laman antaranews.com, juga dikabarkan bahwa Hampir 70 persen korban jiwa di Gaza akibat agresi militer Israel adalah wanita dan anak-anak, Kantor Hak Asasi Manusia PBB melaporkan pada Jumat (8/11). Dalam pernyataan yang menyertai laporan sepanjang 32 halaman itu, Kantor HAM PBB mengatakan mereka telah memverifikasi identitas para korban dan diketahui bahwa “hampir 70 persen korban tewas adalah wanita dan anak-anak." (Lihat di https://m.antaranews.com/berita/4453853/pbb-70-persen-korban-jiwa-di-gaza-wanita-dan-anak-anak).
Angka di atas bukan sebatas bilangan yang bisa dibaca begitu saja. Angka di atas adalah salah satu bukti bahwa kekejaman agresor sudah melewati batas. Sebab anak-anak dan wanita seharusnya adalah pihak yang tidak masuk dalam hitungan target perang. Mereka adalah bagian yang seharusnya mendapatkan perlindungan. Namun, kenyataan yang terjadi di sana justru menunjukkan bahwa anak dan wanita tidak berdaya. Bahkan dunia pun belum sanggup mematahkan kekuatan agresor demi menjaga hak hidup manusia di Palestina. Lantas pada siapa anak dan wanita disana minta perlindungan nyata?
Lembaga kapitalis yang saat ini tengah eksis seolah kurang sensitif terhadap isu kemanusiaan ini. Bukan berarti tidak ada suara-suara yang terus menyuarakan tentang Palestina, hanya saja langkah ini tidak didukung dengan kekuatan yang semestinya, yang benar-benar mampu menghentikan kekejaman agresor disana. Bahkan yang ada, kepekaan terhadap penyelamatan nyawa binatang di alam liar yang terdampar atau terancam kepunahan seakan lebih utama. Padahal semua sama-sama makhluk yang punya hak hidup. Nampakkah gambaran ketidakadilan kapitalis dalam hal ini?
Bahkan negara kampiun kapitalis terang-terangan memberikan dukungan kepada aksi yang mengambil nyawa dan anak-anak Palestina. Mereka dikabarkan rela menggelontorkan dana sangat besar untuk aksi tak berperikemanusiaan ini. (Lihat https://dunia.tempo.co/read/1936555/laporan-as-habiskan-miliaran-dolar-pajak-untuk-perang-israel-di-timur-tengah). Sementara itu, pendukung kapitalis di negeri terdekat Palestina pun sepertinya tidak mampu juga menyudahi jatuhnya korban jiwa. Maka, sudah jelas bahwa Palestina, sebagai negeri para Nabi, memang harus dilindungi oleh kekuatan yang dijalankan oleh orang-orang yang mengikuti jejak para Nabi, Islam.
Rasulullah bersabda yang artinya "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka seluruh umat Muslim sebenarnya memiliki kewajiban untuk membantu dan menolong saudara muslimnya yang sedang kesakitan karena agresi terus menerus.
Hanya saja, adanya kapitalis yang memberlakukan konsep nation state nyata-nyata membatasi solidaritas sesama muslim. Kekuatan militer dan perlengkapannya yang tersimpan di gudang masing-masing negeri muslim sangat sulit untuk digunakan membantu saudara sesama muslimnya. Semuanya terbelenggu oleh aturan-aturan atas nama nation state tersebut. Sehingga kekuatan kesatuan muslim yang harusnya luar biasa menjadi terkotak-kotak, tak lagi bersatu atas nama akidah Islam.
Padahal adanya mobilisasi kekuatan militer muslim ini, jikalau benar-benar disatukan tentu akan mudah memadamkan kekejaman agresor zionis atas Palestina. Bukan hanya menyelamatkan nyawa anak dan wanita, melainkan dapat menyelamatkan tanah mulia yang menyimpan sejarah perjuangan para Nabi Allah di sana.
Oleh karena itu penting sebenarnya untuk menyatukan kembali kekuatan kaum muslim ini dalam satu kesatuan kokoh. Kesatuan atas nama akidah yang tak lagi berbatas imajiner nation state. Kesatuan seluruh muslim dunia tanpa melihat suku, ras, asal daerahnya dibawah komando pemimpin Islam tunggal, Khalifah. Karena hanya dengan adanya kekuatan independen seperti inilah sekiranya pertolongan untuk nyawa anak, wanita, dan seluruh manusia di Palestina bisa direalisasikan secara nyata. Inilah yang sekiranya perlu disegerakan adanya. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar