Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Gen Z dalam Pusaran Materialistik : Antara Harapan dan Kenyataan

Sabtu, 19 Oktober 2024


Oleh : Nur Saleha,S.Pd
Praktisi Pendidikan 

Generasi Z (Gen Z) tumbuh di era di mana teknologi digital mendominasi hampir semua aspek kehidupan. Di satu sisi, kemajuan ini membawa banyak manfaat, seperti kemudahan akses informasi dan berbagai kesempatan kerja baru. Namun, di sisi lain, fenomena seperti *Fear of Missing Out* (FOMO) menjadi ancaman serius bagi perkembangan psikologis dan sosial generasi ini. FOMO, atau ketakutan akan ketinggalan tren, mendorong banyak pemuda untuk terus-menerus mengejar gaya hidup yang dianggap populer di media sosial, sering kali dengan mengorbankan kestabilan finansial dan kebahagiaan sejati.

Gaya hidup FOMO telah memaksa banyak anak muda untuk terjebak dalam ketergantungan pada utang tidak produktif demi mempertahankan citra sosial yang diinginkan . Sebuah studi oleh *UniRevi* juga mengungkapkan bahwa Gen Z rentan terjebak dalam siklus konsumerisme karena dorongan untuk tetap relevan dan diakui di ruang digital . Dampak negatif dari fenomena ini bukan hanya pada kesehatan mental, seperti meningkatnya perasaan cemas dan depresi, tetapi juga pada kehidupan finansial dan sosial mereka. (Kompas.com, 19-09- 2024)

* Akar Masalah Materialistik*

Gaya hidup materialistik yang melanda Gen Z sebenarnya berakar pada sistem kapitalisme demokrasi. Kapitalisme menciptakan lingkungan di mana kebahagiaan diukur dari kepemilikan barang-barang materi, sementara demokrasi liberal menawarkan kebebasan tanpa batas yang sering kali disalahgunakan. Dalam sistem ini, media sosial menjadi alat ampuh yang mengarahkan generasi muda ke dalam budaya konsumsi berlebihan, di mana pencapaian seseorang ditentukan dari seberapa "keren" atau "up-to-date" mereka di mata orang lain.

Sistem ini mempromosikan nilai-nilai hedonistik dan kebebasan tanpa tanggung jawab, menjebak Gen Z dalam lingkaran gaya hidup bebas dan konsumerisme. Segala hal yang bersifat materi, seperti pakaian bermerek, gadget terbaru, hingga pengalaman eksklusif, menjadi tujuan hidup yang dianggap penting. Namun, di balik semua itu, potensi besar Gen Z untuk berprestasi dan menjadi agen perubahan justru terabaikan. Mereka terjebak dalam ilusi kebahagiaan yang dibangun di atas fondasi rapuh konsumsi dan kepuasan sementara.

Sebagaimana diungkapkan dalam laporan Jawa Pos (Jawapos.com, Sabtu, 5-10-2024) banyak anak muda terobsesi dengan tren eksklusifitas, seperti koleksi mainan *Monster Labubu*, yang sebenarnya hanya menambah beban finansial tanpa memberikan dampak positif yang berarti bagi kehidupan mereka . Fakta ini menunjukkan betapa kuatnya kapitalisme mencengkeram generasi muda melalui daya tarik gaya hidup konsumtif.

* Kembali pada Tujuan Hidup Sejati*

Islam memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang peran pemuda dalam masyarakat. Dalam Islam, pemuda dianggap sebagai tulang punggung umat yang memiliki potensi luar biasa untuk perubahan dan kebangkitan. Generasi muda dalam sistem Islam tidak akan dibiarkan terjebak dalam gaya hidup materialistik yang hampa. Sebaliknya, mereka akan diarahkan untuk memahami tujuan hidup yang lebih mulia, yaitu mengabdikan diri kepada Allah Swt dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat.

Sistem Islam dalam naungan Khilafah Islamiah memberikan kerangka yang jelas untuk mengarahkan potensi generasi muda. Pendidikan Islam tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter yang kuat dan kesadaran akan tanggung jawab sosial. Pemuda muslim diajarkan untuk menghargai nilai-nilai spiritual dan menghindari gaya hidup yang mengedepankan kemewahan dan kesenangan duniawi semata.

Pada masa Khilafah Islamiah, pemuda muslim dikenal dengan karya-karya besar mereka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan seni. Mereka tidak hanya terfokus pada pencapaian pribadi, tetapi juga pada kontribusi mereka terhadap kebangkitan peradaban Islam yang gemilang. Potensi ini harus kembali dihidupkan di kalangan Gen Z saat ini melalui penerapan sistem Islam yang holistik.

*Khatimah*

Gen Z memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Namun, sistem kapitalisme demokrasi telah menjebak mereka dalam gaya hidup materialistik yang hampa. Solusi sejati hanya bisa ditemukan dalam penerapan sistem Islam yang mengarahkan pemuda untuk hidup sesuai dengan tujuan penciptaan mereka. Dengan kembali pada Islam, generasi muda dapat membebaskan diri dari belenggu konsumerisme dan menjadi pionir dalam membangun peradaban yang mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar