Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Palestina Butuh Tentara Bukan Hanya Seruan Semata

Selasa, 10 September 2024


Oleh: Endang Setyowati

Seruan untuk menghentikan genosida di Palestina terus di gemakan, seperti yang dilansir oleh SuaraBali.id, (01/09/2024), Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Puan Maharani menyuarakan keinginannya untuk menghentikan perang di Palestina dan daerah konflik lainnya. Pidato itu disampaikan di hadapan puluhan delegasi negara-negara Afrika dalam Forum Parlementer Indonesia Afrika (IAPF) 2024 di Nusa Dua, Bali, Minggu (1/9/2024).

Dalam pidatonya yang sekaligus membuka kegiatan tersebut, Puan mengingatkan peran parlemen untuk berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan global. Selain itu, dia menilai parlemen juga harus menghargai HAM dan menegakkan hukum.
Karena itu juga, menurutnya parlemen berperan untuk mendorong perdamaian dunia dengan menolak cara kekerasan dalam menghasilkan perdamaian.

Puan juga menegaskan niat untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina melalui forum kerja sana antara Indonesia dan Afrika. Selain itu, dia juga mendorong perdamaian di wilayah konflik lainnya seperti Ukraina yang terlibat perang dengan Rusia.
Usai ujaran untuk membela Palestina itu, Puan mendapatkan gemuruh tepuk tangan dari para tamu undangan yang merupakan anggota parlemen negara-negara Afrika itu.

Seruan untuk menghentikan genosida terus dikumandangkan oleh dunia, namun nyatanya tidak didengarkan oleh Israel, justru serangan demi serangan yang memborbadir warga palestina terus berkelanjutan hingga kini.

Di daerah Gaza masih juga terus membara. Gempuran dari pasukam Israel masih terus digencarkan. Pasukan Israel mengubah "zona kemanusiaan aman" di Jalur Gaza menjadi tumpukan puing-puing dan abu, menyisakan hanya 9,5 persen wilayah yang disebut "zona aman" bagi warga sipil yang mengungsi, kata Pertahanan Sipil Palestina di Gaza (Antara.com, 25/08/2024).

Pada awal invasi darat Israel ke Gaza awal November 2023, pasukan Israel mengusir ratusan ribu warga sipil dari Gaza utara ke Gaza selatan, mengklaim area tersebut sebagai "zona kemanusiaan yang aman." Awalnya, zona tersebut meliputi 230 kilometer persegi atau 63 persen dari total wilayah Gaza, termasuk lahan pertanian dan fasilitas komersial, ekonomi, dan layanan yang tersebar di wilayah seluas 120 kilometer persegi.

Hal tersebut memperburuk kondisi warga sipil di jalur Gaza.Tempat mereka semakin sempit. Negara-negara perbatasan menutup rapat pintu masuk untuk mereka. Penderitaan mereka diperparah dengan blokade yang mengakibatkan kelangkaan bahan makanan dan kebutuhan yang lainnya. Apalagi tempat berlindung mereka semakin sempit.

Begitulah kondisi Palestina hari ini, Palestina tidak hanya membutuhakan seruan semata, namun justru membutuhkan kerja nyata yang dalam artian, memerlukan tentara kaum Muslim untuk membelanya.
Namun nyatanya, atas nama melindungi negeri masing-masing agar tidak terjadi konflik, negara Muslim yang mengecampun hanya sekedar kecaman belaka, karena mereka enggan untuk mengirimkan bantuan pasukan militernya.

Seruan untuk Palestina di forum internasional tersebut nyatanya terlalu klise. Seruan tersebut tidak sejalan dengan realitas dan kebutuhan rakyat Palestina atas krisis yang berlarut-larut yang justru tidak menyentuh akar masalahnya.

Masalah utamanya krisis di Palestina adalah pendudukan Israel atas wilayah Palestina. Krisis tersebut bermula pada tahun 1897 dari gagasan Theodor Herzl, bapak Zionis internasional yang menginginkan pendirian negara Yahudi. Menurutnya, semua penindasan terhadap bangsa Yahudi bisa diakhiri jika mereka memiliki negara sendiri. Di tambah lagi, ketika adanya doktrin tentang tanah terjanji, seolah-olah Tuhan telah menyerahkan wilayah Palestina, sebagian Mesir, sebagian Suriah, dan Lebanon yang membentang dari Sungai Nil di Mesir hingga Sungai Eufrat di Irak untuk mereka.

Sejak gagasan itu lahir, sejatinya Herzl dan kaum Zionis telah menyadari bahwa Palestina bukanlah tanah tidak bertuan. Saat itu Palestina berada di bawah kekuasaan Khilafah Utsmani. Melalui Herzl, Zionis mencoba meminta wilayah Palestina kepada Khalifah Sultan Abdul Hamid II, namun Khalifah dengan serta merta menolak. Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa cita-cita negara Yahudi hanya bisa terwujud jika pelindung wilayah itu yakni Khilafah Utsmani, dihancurkan lebih dahulu. Itulah yang kemudian mereka lakukan dan berhasil di lakukan pada tahun 1924.

Setelah runtuhnya Khilafah Utsmani, terjadilah eksodus besar-besaran komunitas Yahudi dari berbagai wilayah di dunia ke Palestina. Puncaknya pada 1948, atas sokongan Inggris dan PBB, negara ilegal Israel dideklarasikan. Jadi selama entitas Zionis Yahudi masih ada dan menjajah wilayah Palestina, selama itu pula persoalan Palestina akan terus membara.

Para pemimpin negara Islam hanya disibukkan dengan kekuasaan di daerahnya masing-masing.
Maka dari itu, genosida yang terjadi saat ini di Palestina belum juga berhenti.

Palestina sejatinya adalah negeri kaum Muslim, maka sudah seharusnya kaum Muslim untuk merebutnya kembali dari tangan zionis. Namun jika kaum Muslim masih dalam keadaan seperti ini, maka sangat tidak mungkin untuk bisa mengambil Palestina. Karena para pemimpin di negeri muslim hanya memikirkan daerah perbatasannya saja, jangan sampai diusik oleh negara lain. 

Beginilah kondisi setelah Khilafah runtuh, negeri kaum Muslim terpecah belah hingga menjadi 50 negara. Sehingga ketika ada satu yang terluka(digenosida, dianiaya) negeri-negeri tersebut tidak membantu dengan alasan itu karena masalah di daerah masing-masing negeri.

Bandingkan ketika Islam bersatu dalam naungan Daulah Khilafah, maka pemimpinnya akan menyerukan jihad untuk memgambil dan mempertahankan Palestina. Maka dari itu betapa urgensi untuk kita bersama-sama bersatu untuk menegakkan Khilafah, agar tidak ada lagi yang menyakiti kaum Muslim.

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu junnah (perisai) yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Bukhari dan Muslim). 

Wallahu 'alam bi sawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar