Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Menyoal Hari Anak Nasional

Rabu, 14 Agustus 2024



Oleh: Tri S, S.Si

Setiap tahun, tepatnya di tanggal 23 juli, Indonesia selalu mengadakan peringatan Hari Anak Nasional (HAN), tahun ini pun juga tidak ketinggalan. Dilansir dari situs resmi Kementerian  Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (Kemen PPPA), Peringatan HAN  yang ke -40 akan di peringati  dengan mengambil tema yang sama seperti tahun kemarin yaitu "Anak terlindungi, Indonesia maju." (Kompas.com, 18/07/2024).

    
Puncak perayaannya di gelar di Jayapura, Papua, Selasa, 23 juli 2024, dan di hadiri oleh Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara  Iriani. Turut hadir pula, ibu wakil presiden Ibu Wury Ma'ruf Amin, juga terlihat  sejumlah Menteri Kabinet, diantaranya, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri PPPA Bintang puspayoga, dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi. Kehadiran bapak presiden dan Ibu negara  yang memakai baju putih, topi rumbai dan noken, di sambut meriah oleh anak-anak yang telah menunggu di dalam Istora, dengan memakai seragam SD, SMP hingga pakaian adat. (Kompas.com, 23/07/2024)

  
Sejatinya anak-anak yang baik, cerdas, sehat, serta menyenangkan tidak hanya menjadi dambakan bagi setiap orang tua, Negara pun juga mendambakannya, sebab maju mundurnya sebuah bangsa sangat di tentukan oleh kualitas generasinya. Tujuan dari Peringatan HAN ini di harapkan mampu membawa perubahan menuju kebangkitan dan kemajuan negara. Namun, nampaknya hanya menjadi peringatan seremonial belaka yang tidak menunjukkan perubahan bermakna. Terlihat, Masalah yang di lakukan atau yang menimpa anak-anak hari ini tidak berkurang dan  justru terlihat dan terdengar semakin bertambah. Seperti,  banyak anak yang menjadi pelaku judi online, menjadi pelaku dan korban kekerasan, terjerumus ke dalam  pergaulan bebas, stunting pun belum juga mau reda, baru-baru ini juga marak tersiar banyak warga Indonesia tidak terkecuali anak-anak terpapar penyakit mental dan masih banyak  berbagai masalah  lainnya. 


Pertanyaannya, Apakah pemerintah tidak memberi solusi atas masalah-masalah ini? 

Jawabannya, tentu saja memberi, tetapi solusinya di nilai lamban dan tidak sampai menyentuh akar masalah. Contohnya saja dalam masalah judi online, sekalipun pemerintah sudah membentuk satuan tugas (Satgas) pemberantasan judi online. Namun situs-situsnya masih sangat mudah di akses. Para pelakunya pun juga belum mendapat ganjaran setimpal yang menjerakan. 

Rumah dan keluarga seharusnya menjadi tempat pertama bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan. Namun demikian, masih banyak keluarga yang tidak mau ambil pusing terhadap pendidikan anaknya. Tidak cukup di situ, keluarga yang seharusnya menjadi lingkungan dan tempat teraman bagi anak dalam merasakan perlindungan, namun justru di sanalah mereka mendapatkan pelecehan dan kekerasan. Banyak faktor yang membuat orang tua melalaikan tugas dan tanggung jawabnya, Salah satu diantaranya adalah di picu dari tuntutan ekonomi.  

Buramnya potret keluarga seperti ini, menunjukkan bahwa, mayoritas keluarga muslim indonesia, yang hidup di tengah penerapan sistem sekulerisme-kapitalisme telah menjauhkannya dari aturan agamanya sendiri, yaitu Islam. Seorang ibu yang utamanya melindungi dan mendidik  anak-anaknya, terpaksa harus lebih banyak keluar rumah, meninggalkan tugasnya di rumah demi membantu memenuhi ekonomi keluarga. Yang lebih miris, Sekulerisme-kapitalisme  telah menggerus naluri keibuannya, sehingga perasaan yang dominan muncul, bukanlah rasa  kasih sayang, tapi perasaan takut dan kerepotan mengurus anak. 

Dalam Islam, anak di anggap sebagai generasi penerus peradaban, sehingga negara wajib menjamin seluruh aspek kebutuhan hidupnya.


Pada aspek akidah, Negara (Khilafah) wajib menjaga akidah individu warganya, supaya tidak mudah tercemari oleh ide-ide rusak di luar Islam, sehingga pemikiran warga kental dengan suasana keimanan dan ketaatan terhadap hukum Syara'. Khilafah senantiasa mengatur opini-opini yang akan tersebar di media massa, sehingga opini yang berkembang di masyarakat hanya yang bercorak amar makruf nahi Munkar. 


Selanjutnya Khilafah juga akan mengambil peran untuk mengoptimalkan fungsi keluarga dalam mendidik anak. Dan menegaskan bahwa posisi qowwamah (kepemimpinan) dan pencari nafkah berada di tangan laki-laki atau suami. Sementara seorang perempuan dengan bekal naluri keibuannya menjadi pelindung dan pendidik pertama  dan utama bagi anak-anaknya. 


Di sisi lain, Khilafah harus menyelenggarakan sistem pendidikan berbasis akidah Islam, untuk melahirkan generasi yang berkepribadian Islami.  Menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas bagi seluruh lapisan  masyarakat. 

Dalam aspek ekonomi, Kesejahteraan ekonomi setiap  individu rakyat mulai anak-anak hingga dewasa di jamin oleh khilafah. Negara mencukupi Kebutuhan primer (sandang, pangan,papan) rakyatnya dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang luas dan beragam, yang mampu menyerap tenaga kerja yang banyak dan handal. Untuk menjaga aktifitas jual beli warga, Negara juga akan mengatur iklim usaha yang kondusif, yang jauh dari penipuan dan mafia komoditas. 


Demikianlah yang akan di lakukan penguasa  negara Islam untuk mensejahterakan rakyatnya dalam bidang pendidikan dan ekonomi. Sebab sejatinya penguasa adalah pemimpin, pelindung, dan pengurus umat ,  yang kelak akan di mintai pertanggung jawaban  atas apa yang menjadi urusannya.


Rasullah SAW bersabda, "Imam ( kepala negara ) adalah pengurus rakyat, Dia akan diminta pertanggung jawaban tentang rakyatnya." (HR. Bukhari) 

Dalam hadist lain di jelaskan:

"Tidaklah seorang pemimpin mengurusi urusan kaum muslim, kemudian tidak bersungguh-sungguh untuk mengurusi mereka, kecuali ia tidak akan masuk surga bersama mereka." (HR. Muslim)

WAllahu'alam bishshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar