Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Joki Tugas Dibiarkan Eksis, Akhlak Generasi Makin Terkikis

Selasa, 13 Agustus 2024


Oleh: Ummu Fajri

Mengerjakan tugas-tugas kuliah tentu menjadi sebuah aktivitas yang menguras pikiran dan energi. Hal tersebut berlaku bagi mereka yang sedang menuntut ilmu di universitas atau perguruan tinggi. Namun, atas nama kesibukan dan ketidakmampuan, ada saja sebagian  mahasiswa yang memanfaatkan jasa orang lain untuk menyelesaikan tugas kuliah seperti karya tulis, tesis, dan skripsi.

Gayung pun bersambut dengan tersedianya jasa pengerjaan tugas kuliah yang siap memberikan solusi. Alhasil, tugas kuliah pun selesai dengan bantuan para joki.

Fenomena jasa joki tugas baik untuk  tingkat SMP, SMA, dan kuliah kini tengah ramai diperbincangkan di media sosial. Minat warganet untuk memakai jasa joki tersebut juga cukup besar. Hal itu terjadi karena kemudahan pelayanan yang ditawarkan. Tak tanggung-tanggung, dari keuntungan jasa tersebut,  sampai ada penyedia jasa yang berhasil membangun sebuah perusahaan. Sontak, reaksi negatif pun bermunculan dari berbagai kalangan.

Menanggapi fenomena di atas, Rektor Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Mohammad Nasih, S.E., M.T., Ak. mengatakan bahwa adanya joki tugas kuliah tersebut tidak sejalan dengan napas dan tujuan pendidikan. Hal itu sama saja dengan membiarkan kebohongan tumbuh subur di dunia pendidikan hingga mencederai nilai-nilai dan etika yang diberlakukan. 

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair tersebut juga menjelaskan bahwa maraknya joki tugas dikarenakan minimnya kesadaran generasi tentang arti penting dari sebuah pendidikan. Lebih jauh beliau menjelaskan bahwa pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sendiri, bukan melalui usaha orang lain.
(Kompas.Com, 27-07-2024)

Maraknya jasa joki tugas di institusi pendidikan ternyata bukan hal baru. Fakta tersebut sudah berlangsung beberapa tahun lalu.  
Sebuah riset di tahun 2018 yang dilakukan oleh Philip M Newton dari Swansea University di Inggris mengungkap bahwa sekitar 15% atau mewakili sekitar 31 juta mahasiswa di seluruh dunia pernah menggunakan jasa seseorang untuk menyelesaikan setidaknya satu tugas mereka.
(CNBC Indonesia, 25-07-2024)

Bisnis Menjanjikan

Kehadiran para joki tugas di media sosial menjadi sesuatu yang dilegalkan. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya peminat yang menggunakan jasa para joki secara terang-terangan. Fakta tersebut menunjukkan peluang besar dan menjanjikan untuk para joki menjaring pelanggan.

Besarnya pasar joki tugas ini dibuktikan dengan ditemukannya beberapa perusahaan di bidang perjokian yang sudah memiliki badan hukum dan diduga bergerak dalam jasa pengerjaan tugas sekolah maupun kuliah. Salah satunya bernama Kerjainplis.
Menurut sumber Kompas.com, akun Instagram Kerjainplis telah diikuti oleh lebih dari 300.000 orang. Mereka juga tercatat pernah menyewa jasa influencer terkenal untuk mempromosikan usahanya.
( Kompas.com, 25-07-2024)

Jika melihat besarnya peminat jasa joki tugas, hal itu menjadi peluang yang menjanjikan bagi berkembangnya bisnis tersebut. Data tersebut merupakan kabar baik bagi mereka yang sedang menggeluti bisnis perjokian. Peluang yang tersedia juga begitu luas karena pangsa pasarnya para generasi muda yang jumlahnya lumayan besar dengan berbagai level pendidikan. Alhasil, perekonomian di bidang jasa joki tugas akan meningkat secara signifikan. 

Kebiasaan Buruk

Namun, kondisi di atas ternyata tidak berbanding lurus dengan norma dan etika yang ada di dunia pendidikan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Norma yang dimaksud adalah nilai kejujuran sebagai bagian dari akhlak terpuji yang harus dimiliki oleh orang yang bertakwa. Oleh karena itu tingginya minat pelajar atau mahasiswa yang memakai jasa joki tugas mencerminkan minimnya  kejujuran yang ada pada diri generasi muda. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jujur adalah lurus hati atau tidak berbohong. Selain itu, jujur bisa juga dikatakan sebagai suatu perilaku tidak curang atau mengikuti aturan yang berlaku. 

Merujuk dari pengertian jujur di atas, adanya jasa joki tugas yang dipakai oleh para pelajar maupun mahasiswa tentu menjadi hal yang sangat bertentangan dengan nilai kejujuran. Sebab, dirinya telah membohongi orang lain demi tercapainya sebuah tujuan. Tujuan tersebut adalah ingin segera menyelesaikan tugas yang menjadi kewajibannya tetapi dengan menggunakan cara-cara yang curang. Alhasil, hal tersebut akan melahirkan kecurangan-kecurangan berikutnya karena adanya niat dan kesempatan. Kondisi demikian tentu akan melanggengkan kebiasaan buruk yang telah diamini oleh rasa nyaman.

Minimnya Kontrol Keluarga, Masyarakat dan Negara

Di samping itu, fenomena maraknya joki tugas juga menggambarkan mental generasi muda yang mudah menyerah sebelum mencoba. Mereka juga tidak memiliki rasa percaya diri dengan kemampuannya. Hal itu diperparah dengan reaksi dari keluarga yang mendukung adanya praktik perjokian yang dilakukan anak ataupun anggota keluarganya.

Dengan berbagai alasan, keluarga mendukung pemakaian jasa joki tugas. Hal itu dilakukan agar tugas kuliah cepat tuntas. Efesiensi waktu, tenaga, dan dana pun menjadi prioritas demi mengejar gelar  di atas kertas. Alhasil, muncullah sarjana-sarjana yang tidak berkualitas. 

Sementara itu, masyarakat yang diam dengan aksi para joki tugas juga   memberikan pengaruh yang luar biasa. Hal itu menjadi sebuah pembenaran bagi para pemakai maupun penyedia jasa. Tak ada upaya saling mengingatkan apalagi pencegahan. Semuanya dibiarkan atas nama kepentingan dan kebebasan di dalam mencari keuntungan.

Kondisi di atas makin meluas dengan abainya negara dengan maraknya jasa joki tugas. Keberadaan penyedia layanan yang mampu membangun sebuah perusahaan besar di bidang perjokian menjadi sebuah bukti yang sangat jelas. Hal itu merupakan penggambaran betapa negara ikut ambil bagian dalam rangka melanggengkan sebuah kebohongan secara lugas. Alhasil, negara tak mampu mengurus rakyatnya untuk mandiri dan cerdas.

Hasil Sistem Rusak

Minimnya peran keluarga, masyarakat, dan negara merupakan imbas dari rusaknya sistem saat ini yang hanya mementingkan keuntungan materi sekaligus mendapatkan sesuatu secara instan. Semuanya akan dilakukan demi tercapainya sebuah tujuan.  Hal itu menjadi sebuah kewajaran karena agama tidak diambil sebagai aturan di ranah kehidupan.

Parahnya, semua aspek sudah terjerat pemikiran tersebut termasuk institusi pendidikan.  Di dalam institusi tersebut, nilai akademik lebih diutamakan.  Sebaliknya nilai kejujuran menjadi sebuah teori tanpa penerapan dan tidak begitu ditekankan di kurikulum yang di kini diterapkan. Maka dari itu, tidaklah mengherankan bila jasa joki tugas makin diminati oleh para pelajar dan mahasiswa yang notabene sebagai agen perubahan. 

Terkikisnya perilaku jujur dan rapuhnya mental generasi muda saat ini tentu hal yang tidak boleh didiamkan. Kondisi tersebut nantinya akan memengaruhi kinerja, dedikasi, dan integritas mereka sebagai penerus perjuangan dan calon-calon pemimpin masa depan. Tak terbayangkan, betapa rusaknya negeri ini karena para pemimpinnya merupakan korban perjokian.  Bisa ditebak, kebijakan yang dipakai pun pasti tidak jauh-jauh dari unsur-unsur kebohongan. Lantas, apakah hal itu akan terus dibiarkan? Padahal sebagai sebagai seorang muslim, kita harus menjauhi sifat bohong atau dusta karena akan fatal akibatnya.

Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya:
“Jauhilah kebohongan, sebab kebohongan menggiring kepada keburukan, dan keburukan akan menggiring kepada neraka. Dan sungguh, jika seseorang berbohong dan terbiasa dalam kebohongan hingga di sisi Allah ia akan ditulis sebagai seorang pembohong." 
(HR. Abu Dawud)

Akhlak dalam Pandangan Islam

Tentu kita berharap dan berdoa agar generasi muda memiliki akhlak yang mulia. Hal itu hanya bisa terealisasikan dengan mengajak mereka untuk mematuhi seluruh hukum syara. Sebab, akhlak merupakan hasil dari ketakwaan terhadap seluruh perintah dan larangan Allah Swt. 

Ketika generasi muda mematuhi aturan syariat, dengan sendirinya akhlak yang terpuji akan menghiasi di seluruh aktivitas kehidupannya. Hanya saja, dakwah yang disampaikan tidak boleh hanya seputar akhlak saja. Jika hal itu dilakukan, maka akan menimbulkan salah pemahaman di kalangan generasi muda. Sebab, Islam tidak hanya tentang memiliki akhlak mulia. Lebih dari itu, Islam merupakan aturan kehidupan yang harus diterapkan secara sempurna.

Hal itu sesuai dengan firman Allah Swt. yang artinya: 
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu”.
( TQS. Al–Baqarah [2]: 208)

Islam sudah demikian terang benderang di setiap aturannya. Pun demikian dengan aturan tentang pentingnya memiliki sifat jujur sebagai salah satu akhlak yang harus dimiliki oleh setiap muslim termasuk pelajar dan mahasiswa. Ketika kejujuran diterapkan bersamaan dengan pelaksanaan hukum syara, niscaya tak akan ada lagi keinginan untuk menggunakan jasa joki di setiap tugas yang harus dikerjakannya. Dengan demikian, sifat jujur yang dimilikinya akan sejalan dengan aturan Islam dan membentuk mereka sebagai hamba-hamba yang bertakwa.

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar