Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Haruskah Kekeringan Menjadi Bencana Tiap Tahun?

Jumat, 16 Agustus 2024



Penulis: Amey Nur Azizah
Pegiat Literasi 

Empat desa di Tulungagung mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau. Sejumlah sumber air yang ada di perkampungan menyusut drastis, sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan warga. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tulungagung Gilang Zelakusuma, mengatakan empat desa yang mengalami kekeringan seluruhnya berada di wilayah selatan Tulungagung.

Desa-desa itu ada di Desa Joho Kecamatan Kalidawir, Desa/Kecamatan Besuki, Desa/Kecamatan Campurdarat dan Desa Demuk Kecamatan Pucanglaban.
 "Krisis air ini terjadi pada bulan Juli ini. Warga biasanya memanfaatkan sumber air yang ada di dekat perkampungan, namun karena kemarau airnya berkurang," kata Gilang. (Detik, 31/7/2024)

Beberapa desa di kabupaten Tulungagung alami kekeringan yang ternyata tidak hanya terjadi di tahun 2024 saja. Akan tetapi bencana ini ternyata sudah pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah Daerah juga sudah siap untuk mengahadapi bencana ini, dengan mengirimkan pasokan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di sisi anggaran pasokan air bersih sebenarnya ada, tetapi jumlah armadanya tidak mencukupi. Karena itu, BPBD Tulungagung bekerja sama dengan pihak lain untuk membantu desa-desa yang kekurangan air bersih.

Air dalam kehidupan manusia merupakan kebutuhan penting yang tidak dapat digantikan dengan yang lain. Karena air merupakan sumber daya alam paling penting di planet bumi sebab merupakan esensi dari semua kehidupan. Hal tersebut salah satunya bisa dilihat dari unsur air di bumi yang berjumlah dua pertiga dari permukaan bumi yang merupakan air. Bahkan sekitar 60%-70% dari komponen tubuh manusia terdiri dari air.

Namun faktanya Masyarakat di beberapa daerah justru mengalami kekurangan air bahkan bisa dikatakan tidak ada pasokan air sama sekali karena musim kemarau yang datang melanda. Realitas kekeringan yang justru banyak merugikan masyarakat ini  sejatinya menunjukkan kerusakan lingkungan parah dalam peradaban sekuyang sangatler, padahal Allah SWT  telah menciptakan keseimbangan alam yang seharusnya memberikan kemanfaatan bagi kehidupan manusia. Namun massif nya deforestasi yang terjadi  merupakan akibat diterapkan kannya sistem sekuler kapitalisme . Sistem kapitalisme memisahkan aspek pembangunan dengan pelestarian lingkungan yang diperintahkan oleh agama. Seolah melesatnya pembangunan hanya bisa diperoleh dengan  mengorbankan lingkungan . Hingga akhirnya pertumbuhan ekonomi di nomor satukan meski harus dengan merusak hutan. Sistem kapitalisme juga menuhankan keuntungan materi, sehingga segala cara boleh ditempuh demi  meraup untung. Keuntungan menjadi sesuatu yang sangat dominan bahkan bisa menjadi tujuan bagi setiap perbuatan. Akibatnya pengusaha kapitalis menghalalkan segala cara demi meraih keuntungan yang sebesar-besarnya, termasuk dengan merusak hutan ataupun membakarnya.

Di sisi lain negara dalam sistem kapitalisme hanya bertindak sebagai regulator  dan melepas tanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat nya.
Ironi sekali, dengan kemajuan teknologi saat ini negara seharusnya mampu membuat sistem managemen dan pasokan air terbaik yang mampu mengalirkan air ke seluruh penjuru wilayah negara meski memasuki musim kemarau.
Berbagai macam kondisi yang ironis ini  tidak akan terjadi ketika manusia hidup dalam sebuah naungan negara yang berasaskan pada aqidah Islam yakni daulah khilafah Islamiyyah.
Dalam sistem Islam, negara khilafah akan menjaga sistem daur ulang air dan keberlangsungan nya, baik hutan, sungai, danau, dll. Sehingga bermanfaat bagi kehidupan manusia bukan malah menimbulkan bencana. Sedangkan bencana dan kerusakan yang saat ini terjadi itu disebabkan oleh ulah tangan manusia itu sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ar Rum ayat 41

ظهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ 

Artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Menurut Tafsir Al-Qur'an Kementerian Agama (Kemenag) RI, surat Ar Rum ayat 41 menerangkan bahwa telah terjadi al-fasād di daratan dan lautan. Al- Fasād adalah berbagai bentuk pelanggaran atas hukum yang dibuat Allah Swt. Para ahli bahasa menerjemahkan al-fasād sebagai "perusakan".

Dengan demikian perusakan yang dimaksud dalam QS Ar Rum ayat 41 bermakna manusia telah melakukan pelanggaran terhadap aturan atau sistem dari Allah Swt..

Ketika daulah khilafah tegak tidak mungkin akan dibiarkan manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar aturan dari Sang Maha Pencipta. Tidak akan dibiarkan manusia melakukan  perusakan-perusakan yang menjadi biang kerok seluruh kesengsaraan bagi manusia. Oleh karena itu negara pasti berusaha untuk mencegah terjadinya kekeringan dengan  cara membangun irigasi terbaik. Khilafah akan melindungi hutan lindung dan daerah peresapan air sebagai bentuk pengurusan terhadap urusan umat. Khilafah melakukan rekayasa dan solusi jika kekeringan ekstrem benar-benar terjadi.

Bahkan khilafah akan membuat rancangan besar yang berintegrasi pada ketersediaan air yang akan terus ada, dengan kualitas dan kuantitas terbaiknya. Khilafah akan mendirikan produksi air bersih untuk  memenuhi kebutuhan masyarakat dengan status kepemilikan harta  milik umum, dikelola penguasa untuk kepentingan rakyatnya. Sehingga solusi tepat untuk masalah penyediaan air adalah dengan menerapkan aturan dari Sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Mulai dari pengelolaan sumber daya air, distribusi, teknologi pelayanan yang berkelanjutan, SDM yang kompeten, dan produk hukum terkait pengelolaan air semua itu harus diterapkan secara kafah. Wallahualam bissawab. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar