Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Islam Menempa Ibu sebagai Pembangun Peradaban

Jumat, 14 Juni 2024



Penulis: Maya Dhita E.P., ST.
Pegiat Literasi 

Generasi terbaik umat ini lahir dari peradaban Islam yang gemilang. Masa kekhilafahan yang menaungi hampir dua pertiga luas dunia. Di mana pada masa itu tercetak ilmuwan-ilmuwan muslim yang penemuannya menjadi rujukan berbagai bidang keilmuan di dunia hingga saat ini.

Pada masa itu literasi berkembang pesat. Generasi mudanya menyibukkan diri dengan belajar, menuntut ilmu dan berkarya dalam berbagai bidang keilmuan. 

Dalam Islam, negara sangat memperhatikan generasi mudanya. Mereka adalah calon-calon pemimpin peradaban. Di tangan mereka estafet kejayaan peradaban ini akan diberikan. Maka negara akan menyusun aturan dan kebijakan terbaik untuk membentuk pribadi dan akhlak yang kuat mulai usia dini. Pondasi yang kuat ini terbentuk dari akidah yang bersumber pada aturan yang lahir dari Sang Pencipta. Untuk itu negara menyusun kurikulum akidah sebagai acuan dalam pendidikannya.

Masyarakat pun berperan dalam mewujudkan lingkungan yang islami. Terciptanya suasana kepedulian tinggi ditandai dengan adanya aktivitas amal makruf nahi mungkar dalam masyarakat. Selain itu tumbuh kesadaran untuk saling bantu membantu jika ada yang mengalami kesusahan. Generasi muda akan tumbuh dalam ketaatan sebagaimana lingkungan masyarakatnya mencontohkan hal-hal demikian.

Selain itu generasi cemerlang akan lahir dari seorang ibu yang peduli akan fitrahnya sebagai pencetak generasi. Ibu-ibu yang memiliki visi besar yang tidak hanya menginginkan kejayaan anaknya di dunia, tetapi juga akhirat. Generasi berkualitas ini akan lahir dari ibu-ibu yang cerdas, pandai, terampil, dan bertakwa kepada Allah Swt.. 

Negara juga akan mengkondisikan bagaimana seorang ibu ini akan mampu menjalankan perannya dengan maksimal sebagai ummun warobbatul bait dan madrasatul ula bagi anak-anak mereka. Bukan hal yang mudah tetapi bukan berarti tidak dapat dilakukan. Bahkan agama sendiri menganalogikan bahwa peran ibu dalam mendidik anak-anak dan melayani suami setara dengan jihad kaum laki-laki di medan perang.

Keberhasilan para ibu dalam menjalankan perannya pun memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Baik itu suami, masyarakat, dan juga negara.

Negara akan memberikan pendidikan khusus bagi para perempuan (di samping keilmuan umum dan khusus lainnya) untuk menjadi calon istri dan ibu yang matang serta siap mengarungi bahtera rumah tangga. Penguatan akidah sejak dini akan membentuk visi yang kuat tentang fitrah gendernya. 

Negara pun akan memperhatikan kesejahteraan ibu dan anak. Dalam Islam, kewajiban mencari nafkah ini diperuntukkan bagi laki-laki. Negara bertanggungjawab dengan menyediakan lapangan kerja yang luas dan memadai. Sehingga para kepala keluarga mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. 

Para ibu pun tidak perlu ikut mencari nafkah demi membantu perekonomian keluarga. Sehingga mereka akan fokus menjalankan fungsinya dalam keluarga. Selain itu pendidikan dan kesehatan dijamin negara sehingga beban kepala keluarga menjadi lebih ringan tanpa perlu memikirkan mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan.

Namun agama pun tidak melarang para ibu ini untuk menyalurkan keahliannya dengan bekerja. Tentunya kemubahan bekerja atas seorang istri dan ibu bukan berarti meninggalkan kewajiban utamanya sebagai ummun warobbatul bait.

Begitulah syariat Islam yang diterapkan negara dalam upayanya untuk meriayah para ibu agar mampu membentuk generasi yang gemilang. 

Berbeda dengan para ibu di sistem kapitalisme. Mereka dibebani tanggung jawab yang berat untuk ikut mencari nafkah demi keberlangsungan hidup keluarga. Hal ini pun akhirnya melemahkan peran mereka sebagai ummun warobbatul bait. Anak-anak tidak mendapat periayahan yang baik sehingga tumbuh dengan perhatian yang kurang. 

Belum lagi gempuran budaya luar yang menganut paham kebebasan akhirnya merusak fitrah anak yang suci. Mereka pun terpapar pornografi, narkoba, hingga seks bebas. 

Mirisnya, ada ibu yang harus tergerus fitrahnya demi mendapatkan uang dengan jalan pintas. Seperti kasus Ibu gen Z yang tega mencabuli anak kandungnya sendiri. 

Sungguh, hanya sistem Islam yang selaras dengan fitrah manusia. Hanya ideologi Islam dalam naungan daulah yang mampu mewujudkan kesejahteraan dan rahmat bagi seluruh alam. Wallahualam bissawab. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar