Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Hari Pendidikan Nasional: Mampukah Merdeka Belajar Mewujudkan Generasi Berkualitas?

Selasa, 28 Mei 2024



Oleh: Imas Rahayu S.Pd.
(Pendidik dan Pegiat Literasi)

Tanggal 2 Mei selalu menjadi momentum refleksi dan diskusi tentang pendidikan di Indonesia, dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional. Tahun ini, sorotan tertuju pada Kurikulum Merdeka, sebuah gagasan yang menyatakan akan memberikan kebebasan dan fleksibilitas dalam proses pendidikan. Namun, muncul pertanyaan, apakah pendekatan ini bisa menciptakan generasi berkualitas yang kita harapkan?

Kurikulum Merdeka telah diperkenalkan sebagai kurikulum nasional 2024 dengan tujuan memberikan keleluasaan dalam proses belajar-mengajar. Meski memiliki visi inovatif, ada kekhawatiran bahwa kurikulum ini lebih memfokuskan pada aspek materialisme dan kompetensi teknis, sementara aspek pembinaan agama dan moral cenderung terabaikan. Padahal, karakter dan etika peserta didik sangat penting dalam membentuk generasi yang berkualitas.

Potret buram pendidikan di Indonesia saat ini semakin menguatkan kekhawatiran tersebut. Kita sering melihat berita tentang perilaku tidak terpuji dari siswa dan guru, mulai dari tindak kejahatan hingga pelanggaran hukum. Selain itu, munculnya budaya konsumtif dan individualisme menjadi indikator bahwa pendidikan kita bisa jadi terpengaruh oleh sekularisme dan kapitalisme, yang lebih menekankan pada prestasi dan keuntungan materi daripada nilai-nilai moral dan etika.

Dengan kecenderungan ini, kita perlu meninjau ulang apakah Kurikulum Merdeka mampu mengatasi tantangan ini. Jika tidak berhati-hati, pendekatan ini justru dapat memperkuat pengaruh budaya Barat yang rusak dan merusak. Hal ini akan berdampak pada generasi yang terjajah oleh pola pikir dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman dan budaya lokal.


Pendidikan Memerlukan Perubahan Sistemik

Dalam dunia pendidikan, seringkali kita fokus pada kurikulum sebagai solusi untuk memperbaiki kualitas generasi muda. Namun, untuk benar-benar memperbaiki perilaku anak sekolah dan menciptakan generasi yang baik, kita perlu mengakui bahwa pendidikan adalah sistem yang kompleks dengan banyak komponen. Pendidikan tidak hanya soal apa yang diajarkan dalam kelas, tetapi juga siapa yang mengajarkannya, di mana, dan dalam konteks apa.
 
Pendidikan mencakup banyak elemen: kurikulum, guru, fasilitas, lingkungan sekolah, dan dukungan keluarga. Setiap elemen ini saling berkelindan, dan perubahan dalam satu elemen dapat memengaruhi yang lain. Misalnya, guru yang berkualitas dan bersemangat dapat memberikan pendidikan yang lebih baik, tetapi jika fasilitasnya tidak memadai atau lingkungan sekolah tidak kondusif, upaya mereka bisa terhambat.

Ini menunjukkan bahwa memperbaiki perilaku anak sekolah tidak cukup hanya dengan mengubah kurikulum. Kita perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kualitas guru, dukungan keluarga, lingkungan sekolah, sarana prasarana, dan budaya yang memengaruhi siswa. Jika salah satu dari faktor ini lemah atau tidak mendukung, maka hasil yang kita harapkan—generasi yang baik dan berkarakter—akan sulit dicapai.


Pendidikan dan Sistem Kehidupan
 
Lebih jauh lagi, sistem pendidikan tidak bisa berdiri sendiri. Ia merupakan bagian dari sistem kehidupan yang lebih besar di negara ini. Sistem kehidupan ini mencakup nilai-nilai, budaya, dan prinsip yang dianut oleh masyarakat dan pemerintah. Dalam konteks Indonesia, kita melihat bahwa sistem kehidupan yang dominan adalah sekuler dan liberal. Ini berarti pendidikan sering kali diarahkan pada tujuan-tujuan materi dan kompetisi, dengan fokus pada kesuksesan ekonomi dan karier, dan kurang memperhatikan pembentukan karakter dan moral.

Ini kontradiksi dengan tujuan pendidikan yang seharusnya membentuk generasi yang beretika, berkarakter, dan memiliki nilai-nilai yang kuat. Sistem pendidikan yang terpenjara dalam sistem sekuler dan liberal mungkin sulit untuk benar-benar mencapai tujuan ini. Kurikulum Merdeka, yang dimaksudkan untuk memberikan kebebasan dan fleksibilitas, bisa saja menjadi sarana yang mempermudah pengaruh sekularisme dan materialisme jika tidak diimbangi dengan landasan nilai yang kuat.

Dalam Islam, pendidikan didasarkan pada akidah Islam. Ini berarti pendidikan bukan hanya soal pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga tentang pembentukan karakter, iman, dan takwa. Sistem pendidikan yang didasarkan pada akidah Islam memiliki tujuan yang jelas yaitu membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki moral, etika, dan spiritual yang kuat. Jika kita ingin memperbaiki perilaku anak sekolah dan menciptakan generasi yang baik, maka perlu memikirkan kembali asas pendidikan yang dipakai. Apakah kita ingin pendidikan yang hanya menghasilkan individu yang kompetitif dalam bidang ekonomi, atau ingin menciptakan individu yang beretika, bermoral, dan memiliki nilai-nilai spiritual yang kuat?
 
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih holistik, kita perlu perubahan sistemik. Ini berarti bukan hanya mengubah kurikulum, tetapi juga mengubah cara kita memandang pendidikan. Pendidikan perlu didasarkan pada nilai-nilai yang kuat dan harus didukung oleh sistem kehidupan yang juga mengedepankan etika dan moralitas. Perubahan ini tidak akan mudah dan akan membutuhkan komitmen dari semua pihak, tetapi ini adalah langkah yang penting jika ingin menciptakan generasi yang baik dan berkarakter.

Memperbaiki perilaku anak sekolah memerlukan lebih dari sekadar perubahan kurikulum. Ini memerlukan perubahan sistemik yang didasarkan pada nilai-nilai yang kuat, terutama nilai-nilai yang dilandasi akidah Islam. Dengan demikian, kita bisa menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bermoral dan beretika, siap untuk menjadi pemimpin di masa depan.


Pendidikan dalam Islam

Pendidikan dalam Islam memiliki visi membangun karakter beriman, bertakwa, dan menciptakan peradaban cemerlang. Dalam Islam, pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter, etika, spiritual. Prinsip-prinsip ini memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana pendidikan dalam Islam mampu menciptakan individu yang berkualitas dan berkontribusi pada masyarakat yang lebih baik.
 
Pendidikan dalam Islam didasarkan pada akidah, keyakinan yang mendasari setiap aspek kehidupan seorang Muslim. Akidah Islam memberikan kerangka moral dan etika yang kuat, sehingga pendidikan bukan hanya soal memperoleh ilmu, tetapi juga tentang memahami tanggung jawab kepada Tuhan, diri sendiri, dan sesama manusia. Hal ini menciptakan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kesadaran spiritual dan komitmen terhadap nilai-nilai kebenaran.

Pendidikan Islam juga menekankan pentingnya pembentukan karakter sejak dini. Keluarga dan masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam hal ini. Orang tua dan guru tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga menjadi teladan dalam berperilaku. Ini menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan karakter yang baik dan mendorong anak-anak untuk tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur. Prinsip pendidikan dalam Islam, mendorong individu untuk menggunakan pengetahuannya dengan cara yang positif dan konstruktif, serta menghindari penggunaan ilmu untuk tujuan yang merugikan.
 
Pendidikan dalam Islam memiliki sejarah panjang dalam membangun peradaban yang cemerlang. Pada masa kejayaan Islam, institusi-institusi pendidikan seperti madrasah dan universitas Islam menjadi pusat pengetahuan dan inovasi. Di sana, para ilmuwan dan pemikir muslim memajukan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, matematika, astronomi, kedokteran, filsafat, dan teologi.

Pendidikan Islam tidak hanya membentuk individu yang berilmu, tetapi juga yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap masyarakat. Prinsip "amar ma'ruf nahi munkar" (menganjurkan yang baik dan mencegah yang buruk) menjadi dasar untuk melibatkan diri dalam masyarakat dan bekerja untuk kebaikan bersama. Dengan pendidikan seperti ini, individu didorong untuk menjadi agen perubahan, memajukan ilmu pengetahuan, dan membantu membangun peradaban yang adil dan sejahtera. Wallahualam Bissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar