Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Mewujudkan Indonesia Zero DBD Mungkinkah?

Sabtu, 06 April 2024



Oleh: Zunairoh

Indonesia darurat demam berdarah dengue (DBD). Pada awal tahun ini kasus DBD menunjukkan peningkatan jumlah dan kematian. Tercatat per 1 Maret 2024 terdapat hampir 16.000 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di 213 Kabupaten/Kota di Indonesia dengan 124 kematian.
Kasus DBD terbanyak tercatat terjadi di Tangerang, Bandung Barat, Kota Kendari, Subang, dan Lebak Keadaan ini diperkirakan terus berlanjut sampai bulan April seiring dengan musim hujan setelah El nino. 
Di Jabar kasus demam berdarah juga terus mengalami peningkatan. Data yang dihimpun sejak Januari 2024 oleh Dinas Kesehatan Pemprov Jabar, kasus demam berdarah sudah berada pada angka 11.058 kasus. Dari angka tersebut, tercatat ada 96 kasus kematian. (kumparanNEWS. 21/03/2024)

Di Kalimantan Timur Dinas Kesehatan (Dinkes) menerangkan bahwa kasus positif demam berdarah dengue (DBD) di provinsi tersebut juga meningkat menjadi 2.320 kasus, dan tujuh orang meninggal dunia.
"Meningkatnya kasus DBD di Kaltim diduga akibat curah hujan tinggi yang terjadi beberapa bulan terakhir," kata Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin di Samarinda, Ahad (news.republika.co.id. 4/03/2024).

Upaya pencegahan DBD terus dilaksanakan oleh pihak pemerintah seperti pemberantasan sarang nyamuk menggunakan gerakan 3M ( menguras bak penampungan air, mendaur ulang barang tak terpakai, dan menutup bak air), fogging dan penyuluhan. Namun setiap tahun kasus DBD mengalami peningkatan jumlah penderita bahkan kematian di sejumlah daerah di Indonesia. Mengapa terjadi ?

Sejak adanya kebijakan hak konsesi hutan diberlakukan, deforestasi atau penebangan hutan secara liar di Indonesia telah menimbulkan dampak ekologi yang sangat besar. Salah satunya terganggunya ekosistem nyamuk. Akibat hutan-hutan dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit menyebabkan jentik-jentik nyamuk tidak ada yang makan karena hewan-hewan pemangsanya tidak ada (berpindah).  Perubahan iklim global akibat deforestasi memicu meningkatnya populasi nyamuk. Deforestasi juga diikuti oleh industrialisasi yang memunculkan kota-kota urban dengan pemukiman -pemukiman yang kumuh sehingga nyamuk bermigrasi di tempat tersebut karena iklim mikrornya mendukung. Itulah penerapan system kapitalisme, yang jauh dari keselamatan rakyatnya.

Dalam upaya menjaga keselamatan dan kesehatan, Islam memandang bahwa persoalan kesehatan juga merupakan persoalan manusia yang harus diselesaikan dengan aturan Sang Pencipta. Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah daripada itu.” (QS Al-Baqarah (2):26. Ada dua hal yang digunakan dalam mnyelesaikan kasus DBD yaitu politik lingkungan dan politik kesehatan. Dua bagian politik ini merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dengan system kehidupan Islam. Kehidupan Islam memiliki pola kehidupan yang unik dan khas yang membuat imunitas masyarakat terjaga dan tangguh. Untuk menjalankan politik lingkungan butuh peran negara untuk mewujudkan kehidupan Islam. Seperti upaya pencegahan deforestasi, mengumpulkan para ahli dan pakar untuk mengembalikan hutan-hutan yang rusak (reforestasi) menggunakan dana dari Baitul Mal.

Rasulullah bersabda “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara, yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Hadist ini menjelaskan bahwa padang rumput (hutan) merupakan hajat hidup orang banyak sehingga tidak boleh dikuasai oleh individu maupun korporasi. Pihak-pihak yang diamanahi mengurus negara akan bekerja dengan dorongan takwa dan professional sehingga mewujudkan kebaikan dan keberkahan. Penerapan konsep sentralisasi kekuasaan dalam Islam akan menghilangkan sekat-sekat antar daerah sedangkan dari segi administrasinya diterapkan desentralisasi kekuasaan yang melahirkan tiga prinsip yaitu sederhana dalam aturan, cepat dalam pelaksanaan dan kapabel. 

Cara system kesehatan Islam menangani kasus penyakit endemis seperti DBD antara lain memutus rantai penularan dengan cepat melalui alat diagnostic yang canggih, pengadaan fasilitas kesehatan yang memadai dimana menjadi unit-unit teknis perpanjangan fungsi negara, tidak ada beragam pelayanan yang ada hanya satu pelayanan yang terbaik, cepat dan tepat pengobatannya, semua orang mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkwalitas karena merupakan hak bagi mereka. Inilah solusi Zero DBD dalam Islam yaitu kembali kepada aturan agama yang berasal dari Sang Pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar