Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Ada Apa Dibalik Kelangkaan "Melon" ?

Minggu, 14 April 2024


Oleh: Tri S, S.Si

Belum tuntas masalah kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, kini masyarakat kembali mendapat kado pahit dengan adanya kelangkaan LPG melon.

Sejak pekan terakhir tabung gas LPG ukuran 3 kg langka di sejumlah pangkalan. Akibat kelangkaan ini banyak masyarakat yang harus berkeliling dari satu pangkalan ke pangkalan lainnya.

Namun menurut dari pemilik pangkalan LPG, tidak ada pengurangan pengiriman maupun keterlambatan pasokan. Kelangkaan LPG 3 kg di perkirakan karena banyaknya permintaan dari konsumen sedangkan dari agen masih tetap sama, termasuk dugaan tidak tepat sasaran. Di sisi lain pemerintah juga meluncurkan LPG 3kg non subsidi.

Namun pada faktanya kelangkaan LPG 3kg di berbagai daerah dikeluhkan masyarakat miskin dan para pedagang makanan keliling. Sebetulnya kelangkaan ini sudah menyeruak di bulan juni lalu.

Antrian warga menunggu gas LPG menjadi pemandangan terlihat dibanyak daerah. Tentunya hal ini cukup meresahkan masyarakat pengguna LPG yang di embel - embeli tulisan "hanya untuk rakyat miskin" itu.

Seperti yang disampaikan oleh Direktur Utama PT. Petamina (Persero) Nicke Widyawati pada CNN Indonesia (25/7/2023), bahwa pada Juli ini ada peningkatan konsumsi sebesar 2 persen karena adanya libur panjang dan pihaknya sedang melakukan recovery dari penyediaan distribusi untuk mempercepat.

Salah satu hal yang dilakukan oleh pertamina adalah dengan melakukan operasi pasar. Bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengidentifikasi di mana lokasi-lokasi yang sekiranya perlu di buka operasi pasar. Upaya ini dilakukan agar pengelolaan stok LPG efektif langsung ke masyarakat. Namun apakah upaya ini akan menyelesaikan masalah ?


Sejauh ini belum terlihat upaya yang tepat untuk menata ulang distribusi gas subsidi sehingga kerap terjadi kelangkaan padahal skema distribusi gas yang tepat sasaran adalah perlu di tentukan karena melibatkan jutaan rumah tangga. Yang ada justru kebijakan yang merepotkan bahkan memicu pertikaian meski tujuannya baik. Pembelian LPG dengan KTP dan KK misalnya banyak agen bertikai karena kebijakan ini.

Karut marut masalah ini harus segera diselesaikan karena rakyat miskin yang selalu jadi korban. Sebab jatah mereka sudah diserobot oleh konsumen LPG non subsidi. Belum lagi pelaku usaha nakal mengoplos gas 3 kg ke tabung gas 12 kg.

Ketersediaan LPG menjadi tanggung jawab pemerintah. Kelangkaan ini adalah tanda gagalnya pemerintah memenuhi kebutuhan pokok rakyat. Adanya LPG non subsidi dalam waktu yang bersamaan apalagi diklaim lebih aman, jelas memberikan ‘pasar’ pada pengusaha.


Pengelolaan migas yang masih berada di bawah sistem kapitalisme, dan melegalkan adanya liberalisasi migas memperparah keadaan. Meskipun negeri ini memiliki cadangan gas, namun rakyat masih belum bisa menikmati pemanfaatannya degan harga murah bahkan gratis.

Hal ini di sebabkan karena negara menyerahkan pengelolaannya pada pihak swasta. Negara telah lepas tangan dari fungsinya sebagai pengurus umat. Penguasa saat ini hanya sebagai regulator semua di serahkan pada pemilik modal. Jadi kebijakan yang diambil tidak berpihak kepada rakyatnya. Seiring diuncurkannya LPG non subsidi di tengah kelangkaan LPG melon.

Inilah sistem yang semuanya hanya berhitung untung rugi kepada rakyat. Sistem yang bobrok ini berasas pada aspek manfaat semata. Yang mana seluruh kegiatan dalam meriayah rakyat harus memberikan keuntungan bagi mereka pemegang kekuasaan. Mereka tidak memperdulikan lagi, apakah itu harta milik umum ataukah tidak.

Berbeda dengan sistem Islam, dimana Islam menetapkan negara untuk menyediakan pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya. Negara juga harus menjamin ketersediaannya kebutuhan layanan publik, faslitas umum dan sumber daya alam yang menguasai hajat orang banyak.

Mengingat dalam sebuah hadis Rasulullah bahwa "Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Hadis tersebut menyatakan bahwa kaum Muslim (manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api. Dan bahwa ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu. Sehingga kebutuhan rakyat benar-benar terpenuhi secara keseluruhan, tanpa ada yang kekurangan sedikit pun.

Islam adalah sebuah ideologi yang melahirkan aturan yang mengatur segala aspek kehidupan termasuk masalah energi atau sumber daya alam lainnya.

Ketika Syariah Islam diterapkan oleh negara maka segala bentuk energi akan dikelola sesuai dengan syariah untuk kesejahteraan rakyat. Berikut politik energi dalam Islam dan solusi atas langka dan mahalnya gas:

Pertama, Dalam pandangan Islam, energi seperti migas, batubara, panas bumi, dan sebagainya adalah termasuk kepemilikan umum yang wajib diatur oleh negara. Dari sisi sumber energi, jika di suatu negeri muslim berbagai sumber energi tersedia dalam jumlah yang melimpah, maka ladang-ladang energi tersebut harus dikelola oleh negara sesuai syariah.

Negara boleh saja mengontrakkan pengelolaannya kepada swasta, namun dalam akad kontrak kerja (ajir-musta'jir) bukan dalam konsesi bagi hasil.

Kedua, Negara wajib mengurus energi sebaik-baiknya dalam kerangka mengurusi pemenuhan kebutuhan rakyat sehingga tak ada satupun warga yang kesulitan mendapatkan energi seperti Gas LPG.

Jika dalam negeri tidak ada sumber energi yang melimpah, pemerintah wajib mendatangkan energi dengan cara yang paling efisien agar tidak ada warga negara yang sampai tidak sanggup menjalankan syariahnya karena kelangkaan dan mahalnya energi.

Ketiga, Adapun perusahaan-perusahaan energi baik gas, minyak, batubara, panas bumi atau yang lain seperti air, angin, nuklir, dan biofuel untuk dijadikan listrik atau bahan bakar, semua itu harus didorong oleh negara agar tumbuh dan kreatif serta beroperasi sesuai dengan syariah Islam.

Keempat, solusi berikutnya adalah menyatukan kekuatan energi dan SDA dari negeri-negeri muslim seluruh dunia.

Dunia Islam menguasai 72% cadangan minyak dunia bahkan dunia Islam menghasilkan hampir 50% dari total kebutuhan minyak dunia setiap hari. Dunia Islam memiliki cadangan gas sebesar 107,75 triliun meter kubik (cum) atau 61,45% dari total deposit gas dunia yang sebesar 175,36 triliun meter kubik (cum) (Abdullah, Negara Khilafah Islam Munculnya Kekuatan Global Baru, 2011).

Cadangan batubara menyediakan 26,5% energi yang dibutuhkan dunia, dan menghasilkan 41,5% daya listrik dunia. Indonesia merupakan salah satu produsen batu bara top 10 di dunia.

Sejak tahun 2003 Indonesia pengekspor batubara ke-2 terbesar dunia setelah Australia yakni sekitar 21% perdagangan batubara global.

Jika semua cadangan minyak, gas, batubara dan SDA yang lain dari seluruh negeri muslim di dunia ini disatukan dan dikelola sesuai syariah Islam maka tidak akan terjadi kelangkaan gas seperti yang terjadi saat ini.

Negara akan mendistribusikan kebutuhan gas dan SDA lainnya kepada rakyat secara murah bahkan cuma-cuma alias gratis.

Inilah beberapa solusi Islam terhadap langka dan mahalnya gas yang terjadi saat ini bahkan sampai nanti sehingga tidak terjadi kelangkaan.

Hal ini tentu hanya akan terwujud manakala negeri ini mencampakkan sistem ekonomi kapitalisme dan segera kembali kepada sistem ekonomi Islam yang diterapkan melalui sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah Islamiyah.

Walllahu 'alam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar