Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Indonesia Gawat Bullying, Pendidikan Butuh Kurikulum Komprehensif

Kamis, 14 Maret 2024


Oleh: Ledy Ummu Zaid

Pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita berita mengenai perundungan atau bullying. Mungkin setiap hari dapat kita temui berita baru mengenai bullying pada anak. Adapun kebanyakan kasusnya pasti viral dari media sosial. Hal ini berarti media sosial memiliki peran yang penting dalam menyebarkan informasi di masyarakat kita hari ini, tak terkecuali tentang bullying. Para pelaku bullying itu sendiri bahkan tak segan merekam aksi tercelanya tersebut dan mengunggahnya di laman media sosial pribadi mereka. Pertanyaan, ada apa dengan generasi hari ini? 

Seperti yang baru-baru ini ramai diperbincangkan di media sosial, ada sekelompok remaja putri yang tega melakukan aksi bullying kepada dua orang kakak beradik. Dilansir dari laman, kompas.tv (02/03/24), Polresta Barelang telah menetapkan empat tersangka kasus bullying di Batam yang videonya tengah viral di media sosial. Adapun kasus ini bermula ketika pelaku dan korban saling ejek di aplikasi WhatsApp. Kemudian, pelaku mengajak beberapa temannya untuk mendatangi korban dan terjadilah aksi perundungan tersebut. Korban dan pelaku yang sama-sama sudah tidak sekolah atau putus sekolah sudah saling mengenal satu sama lain. Berdasarkan hasil penyidikan sementara, kelompok remaja putri tersebut menganiaya korban karena sakit hati, dimana korban disebut merebut pacar pelaku. Namun demikian, polisi masih mendalami dugaan tersebut.

Sedangkan dilansir dari laman trends.tribunnews.com (02/03/24), remaja putri korban bullying di Batam tersebut awalnya ingin membela adiknya yang hendak diperdagangkan sejumlah orang. Nahas, saat adiknya berhasil lari, sang kakak malah jadi bulan-bulanan pelaku. Setelah video aksi bullying tersebut viral, ibu korban mendatangi Polsek Lubuk Baja pada Jumat (1/3) pagi. Adapun sebelum datang ke Polsek Lubuk Baja, ibu korban juga ikut mendampingi anaknya untuk divisum. Sang ibu korban pun berharap proses hukum terus berjalan.

Miris, anak perempuan di bawah umur menjadi pelaku bullying terhadap sesama perempuan. Usut punya usut, antara pelaku dan korban tersebut memang kerap saling ejek di sosial media. Mereka yang kesehariannya sudah tidak duduk di bangku sekolah alias putus sekolah memang tinggal bebas tanpa pengawasan orang tua, tak terkecuali dalam hal pergaulan. Kasus anak menjadi pelaku kekerasan ini menggambarkan lemahnya pengasuhan dan gagalnya sistem pendidikan mencetak peserta didik yang berkepribadian mulia. 

Dalam sistem sekulerisme kapitalisme, beban hidup setiap individu sangatlah berat. Mulai dari harus memikirkan bagaimana susahnya menafkahi keluarga hingga bagaimana repotnya mendidik generasi, semua harus dipikirkan oleh masyarakat hari ini. Alhasil, tak heran banyak orang tua sibuk bekerja hingga melalaikan tugasnya mendidik anak. Adapun lembaga pendidikan menjadi alternatif ketika orang tua tidak bisa membersamai anaknya. Namun, sayangnya pendidikan kapitalisme masih sangat membutuhkan kurikulum yang komprehensif.

Di sisi lain, kebijakan hukum di negeri ini belum dapat membuat jera para pelaku tindak kekerasan. Dalam kasus ini saja misalnya, karena pelaku masih anak-anak, maka diterapkan hukum peradilan anak. Adapun anak yang berhadapan dengan hukum tetap akan diberi sanksi, tetapi sanksi yang lebih rendah.  Model sistem peradilan seperti ini yang merujuk pada definisi anak adalah mereka yang berusia di bawah usia 18 tahun akhirnya menjadi celah banyaknya kasus bullying yang tak membuat jera pelaku. 

Berbeda jauh dengan sistem ideologi Islam yang memiliki sistem sanksi yang shahih. Batas balighnya seseorang atau usia 15 tahun menjadi tolak ukur dalam menetapkan pertanggungjawaban pelaku, dan hal ini pasti mampu membuat jera. Kemudian, Islam juga memiliki sistem yang sempurna dalam menjamin terbentuknya kepribadian yang mulia baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat. Setiap individu rakyat akan dididik sedini mungkin dalam keluarga yang kental akan nilai-nilai Islam. Penanaman akidah Islam yang kuat dan mendasar akan menjadi kurikulum pendidikan pertama yang akan ditemui anak dalam ruang lingkup keluarga. 

Para orang tua akan menjalankan perannya dengan baik dan benar sesuai syariat Islam. Mereka akan menanamkan nilai-nilai tauhid dan keyakinan yang kuat terhadap Sang Pencipta, Allah subhanahu wa ta’ala. Anak-anak akan senantiasa diingatkan terkait halal dan haram sedini mungkin dalam rangka mempersiapkan akil baligh mereka. Adapun menjadi hal yang biasa, ketika anak-anak bahkan telah mengerti darimana mereka berasal, untuk apa mereka hidup dan akan kemana mereka setelah hidup di dunia. Inilah kurikulum mendasar bagi seorang muslim. Ketika ia paham betul akan tujuan hidupnya di dunia, yaitu beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata, maka dalam mengurus diri sendiri, berhubungan dengan orang lain dan Sang Pencipta akan dipenuhi dengan keimanan dan penuh kehati-hatian supaya tidak terjerumus dalam dosa.

Negara atau daulah Islam tentu akan menyediakan atmosfir kehidupan yang Islami untuk setiap individu rakyatnya. Dari urusan keluarga yang sangat didukung dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, hingga menyediakan majelis-majelis ilmu dan lembaga masyarakat yang sangat mendidik dan mengayomi. Oleh karena itu, benar bahwasanya Islam hadir bukan hanya sebagai sebuah agama ritual belaka, melainkan Islam hadir sebagai sebuah ideologi yang mampu mengatur segala lini kehidupan manusia di dunia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al-Baqarah: 208). 

Apa yang terjadi pada generasi kita hari ini, banyak dari mereka yang terlibat dalam perilaku tercela seperti tindak kekerasan menjadi bukti bahwasanya Islam belum diterapkan secara keseluruhan di tengah-tengah kaum muslimin hari ini. Sistem kehidupan yang tidak mendukung untuk amar ma’ruf nahi munkar menjadi boomerang bagi pengikut setia sistem sekularisme kapitalisme. Dalam hal mencetak generasi yang hebat saja mereka tak segan berbicara uang atau keuntungan, maka bagaimana bisa umat keluar dari peradaban yang bobrok ini. Oleh karena itu, hari ini Indonesia gawat bullying, jadi sudah seharusnya sistem pendidikannya membutuhkan kurikulum yang komprehensif, yaitu pendidikan berbasis Islam yang shahih dari Al-Mudabbir, Sang Pengatur, Allah subhanahu wa ta'ala. Wallahu a’lam bishshowab.

Referensi:
https://trends.tribunnews.com/2024/03/02/pengakuan-remaja-putri-korban-bullying-di-batam-mau-bela-adik-malah-dikeroyok-pulang-pulang-nangis?page=2 
https://www.kompas.tv/regional/489674/polisi-tetapkan-4-tersangka-kasus-bullying-di-batam-kepala-korban-ditendang-hingga-disundut-rokok 
https://tafsirweb.com/829-surat-al-baqarah-ayat-208.html
https://www.youtube.com/watch?v=iQMdKf2-md4 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar