Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Krisis Moral Pada Generasi, Islam Solusi Hakiki

Senin, 12 Februari 2024



Oleh : Japti Ardiani 


Seorang pelajar SMK berinisial J (17) menjadi pelaku pembunuhan satu keluarga di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.  Korban satu keluarga yang berjumlah lima orang itu ditemukan meninggal pada Selasa (6/2/2024) pukul 00.30 Wita. Belakangan diketahui, kelima korban yakni W (34), SW (34), RJ (15), VD (10), dan ZA (2) merupakan keluarga mantan pacar J.

Kapolres PPU, AKBP Supriyanto menjelaskan, rumah korban malam itu hanya ditempati sang ibu SW (34) dan tiga anaknya yakni anak perempuan pertama RJS (15), anak kedua laki-laki VDS (11), dan anak ketiga laki-laki ZAA (3).

Ayah mereka W (34) berada di rumah orangtuanya. Saat W pulang ke rumah dan memasuki ruang tamu pada dini hari, J yang sengaja mematikan lampu rumah langsung membunuh korban. SW yang terbangun ikut dibunuh beserta ketiga anaknya. “Luka korban rata-rata di kepala,” ujar Supriyanto, dikutip dari Kompas.com (7/3/2024). Setelah melakukan pembunuhan, J mengaku memperkosa jenazah SW dan RJS. Pelaku juga sempat mengambil tiga ponsel milik para korban dan uang tunai Rp 300.000.

Supriyanto mengungkapkan, penyelidikan awal menunjukkan J melakukan aksi pembunuhan satu keluarga di Penajam Paser Utara karena motif sakit hati atau dendam. Menurutnya, keluarga tersangka dan korban sempat mengalami konflik karena masalah ayam dan korban belum mengembalikan helm yang telah dipinjam selama tiga hari. Salah satu korban yakni RJS berdasarkan pengakuan keluarga pernah menjalin hubungan dengan pelaku. Namun, keduanya tidak direstui orangtua RJS karena remaja perempuan itu memiliki pasangan lain. “Sementara ini, dendam karena percekcokan antar tetangga sebelah,  permasalahan ayam, kemudian juga korban meminjam helm belum dikembalikan selama tiga hari,” jelas dia. (Kompas.com, 08/02/2024)

Bila mendengar berita diatas dan melihat dari segi psikologis pelaku cukup menunjukkan bahwa kondisi mental para generasi saat ini sangat lah memprihatinkan. Dan peristiwa seperti ini tidaklah sendiri tetapi terjadi diberbagai daerah di Indonesia khususnya. Saling membunuh, saling mem bully, saling tawuran itulah potret suram kondisi generasi kita saat ini. Sungguh miris.

 Jikalau terus seperti ini, tidak sedikit pemuda yang merasa tidak berguna dan hancur
masa depannya bersama la dia sebagai korban. Sikap generasi yang mengedepankan tawuran hingga melakukan pembunuhan karena keinginan yang tak kunjung bisa di capai dan ini bila seperti ini  terus dilakukan maka tinggal
menunggu waktu hancurnya moral generasi saja. Martabat pemuda, yang banyak potensi dan idenya sangat disayangkan ketika harus rusak. Mereka dibutakan oleh hawa nafsunya, tidak
tahu arah, dan dilepas oleh keluarga dan negara. Padahal, mereka adalah harapan bangsa. Nyatanya, sudah tergambar rusaknya pergaulan di tengah pemuda. 

Kenapa hal ini bisa terjadi? Ini terjadi karena kuat nya sekularisme dan liberalisme di negeri ini. Saat ini para pemuda tidak punya pandangan hidup atau tujuan hidup untuk beribadah kepada Allah. Mereka ditanamkan pemikiran sekuler atau pemisahan agama dari kehidupan
oleh sekolah- sekolah mereka. Mereka disibukkan dengan berbagai aktivitas akademik, dan punya mindset sekolah hanya untuk dapat kerja, supaya kaya. Mereka disibukkan dengan slogan bebas berpendapat dan berbuat maka hasil nya seperti ini. Mereka senantiasa melakukan apa yang mereka inginkan, sesuka hati mereka. Sehingga, agama tidak ada apa apanya di hadapan mereka. Agama hanya dijadikan sarana ibadah spiritual saja. Padahal, Islam itu adalah agama yang lengkap. Mengatur seluruh kehidupan manusia, tetapi sayangnya di sistem sekarang agama dipisahkan dari kehidupan dan di nomer sekiankan.

Didalam pendidikan sekuler  cenderung mengesampingkan aspek pendidikan akhlak bagi pelajar bahkan tingkat mahasiswa.

Hal ini terjadi karena sistem pendidikan kita lebih mengacu pada aspek materialistis, yakni bagaimana agar seorang pelajar dan mahasiswa dapat meraih nilai tertinggi sebagai tolak ukur keberhasilan, bukan berdasarkan penanaman akhlak, moral atau pemahaman materi yang ia miliki untuk perubahan di masa depan.

 Selain itu krisis identitas diri pelajar dengan adanya pergaulan bebas mudah ikut-ikutan menjadi sebuah hal yang lumrah dilakukan.Akibatnya karena mengalami kemerosotan dalam berfikir dan berbuat.

Pendidikan sekularisme sangat berbeda dengan pendidikan Islam. Dalam sistem pendidikan Islam di mana asasnya adalah asas Islam di mana salah satu tujuan pendidikannya adalah untuk mencetak generasi yang memiliki syakhsiyah atau
kepribadian Islam. 

Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan sekarang, dimana kepribadian
murid tidak dilandaskan dengan Islam. Generasi yang berkepribadian Islam tidak akan mudah
untuk melanggar perintah Allah dan berlomba-lomba untuk menjadi pribadi yang taat kepada
Allah. Mereka juga tetap belajar ilmu dunia, tetapi ilmunya tidak direndahkan hanya untuk
mendapat pekerjaan saja, tetapi untuk kemaslahatan ummat. Terbukti saat sistem Islam
dahulu pernah dijadikan sistem hidup manusia, lahirlah ilmuwan-ilmuwan muslim yang hebat
dalam ilmu sains dan juga tidak luput menguasai ilmu qur'an, hadist, fiqih, dan yang lainnya. Itu masih didalam sistem pendidikan Islam belum di bidang lainnya.

Hanya Islam yang mampu menyelamatkan generasi muda dari liberalisasi yang jelas-jelas merusak. Dengan penerapan Islam secara kaffah akan melindungi generasi dari kerusakan media dan pergaulan bebas secara komprehensif.


Peradaban Islam akan melahirkan generasi yang berkualitas, generasi yang sholeh dan sholehah, bertaqwa, penyejuk bagi orang tua, pengemban dakwah yang cerdas dan intelektual dan menjadi pemimpin umat terbaik. Marilah kita menjadi orang yang peduli terhadap masa depan generasi, tidak ada solusi lain untuk menyelesaikan permasalahan ini kecuali dengan kembali  menerapkan aturan Allah SWT. Wallahu alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar