Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

BANJIR MELANDA, RAKYAT MENDERITA

Sabtu, 03 Februari 2024



Oleh: Ummu Yucky

Seperti yang telah kita ketahui bahwa Indonesia memiliki 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Saat ini sudah memasuki musim hujan. Seperti biasa bahkan setiap tahun jika musim hujan tiba, banjirpun melanda. Akibatnya masyarakat pun menjadi gelisah dan menderita. Salah satu contohnya seperti yang diberitakan oleh CNN Indonesia pada hari Sabtu 13 Januari 2024 BPBD Riau mencatat sedikitnya 6.000 orang dari sejumlah daerah di provinsi Riau mengungsi akibat rumah, lahan, dan tempat usaha mereka terdampak banjir beberapa pekan terakhir. Edy Afrizal Kepala BPBD Riau mengatakan bahwa jumlah korban banjir di provinsi Riau terus bertambah.

Sebenarnya apa yang menjadi penyebab banjir itu? Mengapa menjadi bencana tahunan?

Sesungguhnya ada beberapa faktor penyebab banjir menjadi bencana tahunan. Pertama kurang sadarnya masyarakat, yaitu membuang sampah di sungai karena fasilitas pembuangan sampah yang diberikan kurang memadai. Bahkan ada yang masih ditarik biaya bulanan hanya untuk membuang sampah. Mungkin bagi masyarakat menengah ke atas ini tidaklah menjadi soal yang rumit, namun bagi masyarakat menengah ke bawah, mereka akan sedikit terbebani dengan biaya bulanan sampah. 

Yang kedua, karena sistem tata kelola pembangunan yang tidak mempertimbangkan untuk saluran resapan air. Pembangunan suatu wilayah yang tidak direncanakan secara komprehensif, karena dibangun berdasarkan asas kapitalisme. Sistem ini hanya mengutamakan keuntungan saja, dan mengabaikan dampak terhadap lingkungan, termasuk tata kota secara keseluruhan dalam berbagai bentuk. Seperti alih fungsi lahan, pembangunan wilayah perkotaan, daerah tujuan wisata atau lainnya. Dalam kapitalisme siapa pemegang uang dialah yang berkuasa, jadi membangun semaunya yang penting menguntungkan baginya, tanpa memperhatikan orang lain.

Berbeda dengan sistem pemerintahan Islam. Dalam Islam, kebijakan pembangunan sangat mempertimbangkan kemaslahatan masyarakat dari aspek manapun. Sehingga tetap dalam keharmonisan, tidak ada yang merasa dirugikan salah satu pihaknya. Pembangunan pun dibangun untuk kepentingan masyarakat, bukan kepentingan individu atau kelompok yang memiliki kebijakan. Jadi pembangunan yang dilakukan akan memperhatikan saluran resapan air, mempertimbangkan pembuangan limbah, dan sampah. Sehingga pembangunan yang dilakukan dapat memudahkan urusan dan kehidupan masyarakatnya.

Sejarah telah membuktikan, di masa kekhilafahan Abbasiyyah, dibangun beberapa bendungan di Kota Baghdad, Irak. Bendungan-bendungan itu terletak di sungai Tigris. Pada abad ke-13 Masehi, di Iran dibangun bendungan Kebar yang hingga kini masih bisa disaksikan. Bendungan pengatur air (diversion dam) juga berhasil dibangun oleh sarjana-sarjana muslim. Bendungan ini difungsikan untuk mengatur atau mengalihkan aliran air. Bendungan pengatur air pertama kali dibangun di sungai Uzaym, di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan model ini dibangun di daerah-daerah lain di negeri Islam.

Selain itu, pada 970 Masehi, orang-orang Yaman berhasil membangun bendungan Parada dekat Madrid, Spanyol. Hingga kini, bendungan-bendungan yang dibangun pada masa keemasan kekhilafahan Islam, masih bisa dijumpai di Kota Kordova.

Di antara bendungan masyhur di Kordoba adalah bendungan Guadalquivir yang diarsiteki oleh al-Idrisi. Bendungan ini didesain sedemikian rupa hingga bisa difungsikan untuk alat penggilingan hingga sekarang.

Adapun daerah-daerah pemukiman yang awalnya aman dari banjir dan genangan, namun karena sebab-sebab tertentu terjadi penurunan tanah sehingga terkena genangan atau banjir, maka Khilafah akan berusaha semaksimal mungkin menangani genangan itu. Jika tidak memungkinkan, Khilafah akan mengevakuasi penduduk di daerah itu dan dipindahkan ke daerah lain dengan memberikan ganti rugi atau kompensasi kepada mereka. Secara berkala, Khilafah mengeruk lumpur-lumpur di sungai, atau daerah aliran air agar tidak terjadi pendangkalan.

Tidak hanya itu saja, khilafah juga akan melakukan penjagaan yang sangat ketat bagi kebersihan sungai, danau, dan kanal, dengan cara memberikan sanksi bagi siapa saja yang mengotori atau mencemari sungai, kanal, atau danau. Khilafah juga membangun sumur-sumur resapan di kawasan tertentu. Sumur-sumur ini, selain untuk resapan, juga digunakan untuk tandon air yang sewaktu-waktu bisa digunakan, terutama jika musim kemarau atau paceklik air. Itulah masa keemasan Islam dalam mengatasi banjir.

Begitulah potret penguasa dalam sistem khilafah Islam. Tidakkah kita rindu dengannya?

Wallahu alam bishshawaab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar