Oleh: Misita (Pelajar)
Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK merupakan suatu kabar buruk bagi seorang karyawan. Di-PHK sama dengan kehilangan sumber pendapatan. Apalagi mendapatkan pekerjaan di masa sekarang ini bukanlah hal yang mudah. Ditambah lagi banyaknya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dan harga kebutuhan pokok yang tinggi mengharuskan kita memiliki sumber pendapatan dengan segera.
Pada awal tahun 2024 ini, kita dikejutkan dengan adanya PHK Massal. Beredar di media sosial kabar PHK massal oleh PT. Hung-A yang disebut-sebut sekitar 1.500 pekerja akan kehilangan pekerjaannya.
PT Hung-A Indonesia melakukan PHK atas ribuan pekerjanya karena akan menutup operasional mulai Februari 2024. Beredar kabar, pabrik ban asal Korea Selatan (Korsel) itu tengah berencana segera hengkang dari Indonesia dan Vietnam akan jadi lokasi baru untuk membangun pabriknya.
(www.cnbcindonesia.com, 20/01/2024)
Kabar akan adanya PHK juga disampaikan oleh produsen alat otomotif Bosch.
Produsen alat otomotif Bosch, berencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.200 karyawan pada divisi pengembangan perangkat lunak. Rencananya pemangkasan ini akan dilakukan secara bertahap sampai akhir 2026 mendatang.
(finance.detik.com, 19/01/2024)
Adanya PHK massal ini pastinya menjadi kabar yang menyedihkan bagi kita semua.
Belum lagi pada tahun 2023 kemarin, setidaknya ada 7.200-an pekerja jadi korban PHK di 36 perusahaan, baik karena tutup total, tutup hengkang atau relokasi, maupun efisiensi biaya.
Banyaknya PHK ini, menunjukkan bukti buruknya situasi ekonomi sekarang. Yang mana ekonomi sekarang ini berlandaskan pada sistem ekonomi kapitalisme.
Sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem untuk para perusahaan atau pemilik modal berkuasa. Landasan kegiatan ekonominya, hanya berorientasi pada untung dan rugi si perusahaan. Buktinya, ketika perusahaan memandang bahwa tidak ada lagi keuntungan maka mereka akan melakukan banyak PHK dengan berbagai dalih, seperti efisiensi biaya atau adanya kalah daya saing.
Inilah egoisme sistem ekonomi kapitalisme yang hanya menyelamatkan perusahaan dan abai dengan nasib pekerja.
Ditambah lagi, dengan tidak adanya jaminan dari negara. Bahkan kalaupun ada, jaminan tersebut hanya dalam bentuk jaminan sosial yang jumlahnya tidak memadai.
Belum lagi adanya bantuan tersebut hanya digunakan sebagai alat legitimasi kekuasaan dan juga alat politik.
Berbeda dengan Islam.
Karena Islam menjadikan negara sebagai penanggung jawab kesejahteraan rakyat.
Sehingga negara memiliki berbagai mekanisme untuk mewujudkannya, termasuk dalam menciptakan lapangan kerja.
Seperti, menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan kondusif. Mengharamkan segala jenis transaksi yang merugikan, seperti transaksi gharar, kartel, monopoli dan penimbunan barang.
Serta Islam menjamin kebutuhan pokok rakyat dengan berbagai mekanisme sehingga semua rakyat hidup sejahtera.
Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar