Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Islam, Solusi Bagi Bullying Yang Kian Marak

Rabu, 15 November 2023



Oleh: Ummu Fathan

Kasus perundungan (bullying) pada anak usia sekolah masih menjadi masalah serius. Kasus bullying di Cilacap, Jawa Tengah, yang telah menarik perhatian nasional, hanyalah salah satu contoh dari masalah ini yang mencuat ke permukaan publik.

Tidak ada orang yang senang dibully. Tidak ada pula orang normal yang juga senang menyaksikan aksi bullying. Sehingga dimanapun terjadinya, bullying tetap akan mendapatkan perhatian dari orang yang masih memiliki kepedulian. Sebab pada dasarnya semua orang tidak menyukai perbuatan buruk lagi merugikan orang lain.

Baru-baru ini digagas gerakan yang ditujukan untuk mengatasi bullying. 
Sebagai wujud keterpanggilan sebagai warga negara, Prof Susanto telah meluncurkan Gerakan Pelopor Anti Bullying melalui Olimpiade Anti Bullying tingkat nasional bagi pelajar tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA. Gerakan ini akan diselenggarakan oleh Sang Juara.

Untuk menjadi pelopor antibullying, peserta harus mengikuti langkah-langkah tertentu. Pertama, peserta dapat mengakses situs web Sang Juara https://sangjuara.or.id/. Selanjutnya, peserta harus mendaftar untuk mengikuti ujian kompetensi dasar (TKD) antibullying dengan menjawab soal kompetisi online yang telah disediakan melalui sistem Sang Juara.

Hasil ujian akan tersedia pada menu peringkat. Peserta yang berhasil meraih Medali Emas akan mendapatkan Bimbingan Teknis Gratis Tingkat Nasional terkait Strategi Pencegahan Bullying yang efektif di Sekolah/Madrasah/Pesantren, disampaikan oleh narasumber terpilih dan tokoh nasional. [1]

Kepedulian dan keterpanggilan individu untuk mau menyelesaikan kasus bullying adalah hal baik yang perlu diapresiasi. Terlepas bagaimana nanti hasilnya ke depan, yang jelas kepedulian tetaplah bentuk awal dari upaya mencari solusi atas permasalahan bullying yang kian marak dan meresahkan akhir-akhir ini.

Namun yang menjadi catatan adalah bahwa kasus bullying memiliki faktor penyebab yang kompleks. Sehingga untuk dapat mengatasinya memang diperlukan solusi yang mampu membaca akar masalah muasal dari kompleksitas penyebabnya terlebih dulu. Menemukan akar masalah menjadikan potensi solusi yang ditawarkan bisa pas dan tepat sasaran. Mengingat selama ini sebenarnya juga sudah banyak solusi yang ditawarkan, namun di lapangan angka bullying tak kunjung taklukkan.

Secara mendasar penyebab bullying tidak dapat dipisahkan dari paradigma pendidikan sekuler yang tengah berlangsung. Banyak hal yang berkaitan dengan urusan mendidik generasi saat ini yang dilakukan tanpa menjadikan Islam sebagai landasan. Imbasnya apa yang menjadi tolak ukur berhasilnya mendidik bukan lagi benar salah dimata Allah, bukan lagi terikat pahala dan dosa. Namun lebih condong pada ukuran keberhasilan secara materi, harta, dan kedudukan yang bertahta.

Akibat dari diberikannya informasi seputar ajaran agama namun tidak menjadikan agama sebagai landasan berpikir dan bersikap, maka lahirlah generasi individualis. Mereka semakin membesar secara fisik namun tidak secara kematangan kepribadian, sehingga meraka mendapatkan informasi tentang hubungan persaudaraan antar sesama manusia, namun tidak paham dan mempraktikkan. Wujudnya asal bisa bahagia, seakan tak mengapa membuat orang lain menderita fisik ataupun mental.

Pendidikan sekuler yang didukung oleh tayangan media tanpa filter kekerasan dan kebebasan ini pada akhirnya menyumbang anak-anak mendapatkan informasi berorientasi liberal. Mereka suka berbuat bebas tanpa memikirkan akibatnya dengan dalil sesuai hak asasi yang mereka mau. Alhasil wujud bahagia yang mereka dapatkan semu, karena masih menggantung efek negatif.

Semua penyebab eksternal hobi bullying seakan terintegrasi alias berkaitan satu dengan lainnya. Oleh karena itu solusinya pun memerlukan integrasi juga, yakni melibatkan semua elemen terkait. Namun tentunya mindsetnya tidak bisa jika masih mengandalkan milik sekulerisme.

Mau tidak mau harus ada revisi, yakni menjadikan aturan yang berperikemanusiaan dengan batasan pahala dan dosa. Dan Islam adalah pilihannya. Islam penting dijadikan landasan untuk melahirkan kebijakan yang mampu mengatasi bullying. Mengapa? Sebab Islam satu-satunya yang datang dari Zat Maha Benar, yang Maha Tahu akan tabiat manusia, sehingga Maha Sempurna aturanNya untuk umatNya

Oleh karena itu, sejak mengurus masalah pendidikan anak, Islam tak boleh dilalaikan. Akidah menjadi pondasi menanamkan kesadaran anak, bahwa tujuan hidup adalah mengabdi pada Pencipta melalui ibadah. Bahwa segala perbuatannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Bahwa ada pahala dan dosa atas apa yang sengaja diperbuatnya. Sehingga anak memiliki rem sebelum bertindak semaunya.

Dengan Islam pula kontrol masyarakat akan ditegakkan melalui amar makruf nahi mungkar. Masyarakat akan dibuat peka dan sensitif dengan ketidakberesan di sekitarnya. Lalu mereka akan proaktif untuk saling menasehati dalam kesabaran dan kebaikan, termasuk berkaitan dengan konten tayangan publik. Namun apabila ada korban, mereka tak segan-segan melaporkan.

Begitupun dengan pihak keluarga, semuanya akan diarahkan untuk memainkan peran utamanya menjalankan fungsi pengasuhan dan pendidikan awal bagi generasi. Keluarga akan diberikan peluang belajar sekaligus menanamkan Islam bagi anggotanya. Keluarga dibuat paham dengan misi dan teknis menyelamatkan dari api neraka. Sehingga mereka akan memperhatikan sepak terjang masing-masing penghuninya apakah ada yang melanggar aturan Allah atau tidak.

Sayangnya keluarga sekarang sibuk bejibaku dengan ekonomi. Waktu dan tenaga dicurahkan dalam porsi besar untuk memastikan kebutuhan pokok terpenuhi dan biaya kebutuhan lain tercukupi. Akibatnya jatah perhatian bagi keluarga terpaksa dipangkas. Dan keluarga seperti ini tidak hanya satu dua, melainkan hampir dimana-mana ada. Walhasil bentukan masyarakat yang ditemui pun juga masyarakat yang sibuk menyelamatkan ekonomi.

Dari sini maka diketahui betapa pentingnya uluran riil dari negara untuk membackup individu, keluarga, dan masyarakat dalam menyudahi kasus bullying yang kian marak. Tentunya negara yang dimaksud adalah negara yang mampu menerapkan Islam dalam semua ranah tersebut tanpa terkecuali. Yang mampu menjadikan Islam sebagai sistem, dipahami ajarannya, sekaligus dipraktekkan dalam seluruh sendi kehidupan. []
 

Referensi:
1. https://news.republika.co.id/berita/s2u6je423/marak-kasus-bullying-mantan-ketua-kpai-luncurkan-gerakan-pelopor-anti-bullying

Sumber gambar : mubadalah.id

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar