Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Hari Santri, Saatnya Jihad Terpatri di Hati

Selasa, 07 November 2023


Oleh: Ledy Ummu Zaid

Seperti yang kita ketahui, setiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai ‘Hari Santri’ nasional. Adapun istilah ‘santri’ sendiri secara umum adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, dikutip dari laman wikipedia.com. Indonesia yang mana salah satu negeri muslim terbesar di dunia pasti memiliki banyak lembaga pendidikan Islam yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Maka dari itu, tak heran santrinya pun tersebar dimana-mana. Ketika hari santri tiba, maka semua akan turut memeriahkannya, mulai dari mengadakan apel, pengajian akbar hingga bazar santri dan lain-lain. 

Ada yang berbeda dari peringatan hari santri tahun ini. Tema yang diangkat cukup menarik, yaitu “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Tidak seperti biasanya, Kementerian Agama (Kemenag) mengambil tema yang berkaitan dengan jihad. Lantas, jihad seperti apa yang dimaksud? Dan bagaimana santri seharusnya mengambil sikap?

Dilansir dari laman kemenag.go.id (22/10/2023), Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dalam peringatan hari santri tahun ini mengajak semua pihak untuk dapat terus menjaga semangat hari santri dalam menghadapi situasi dan kondisi saat ini. “Semangat hari santri ini harus terus kita pegang teguh sesuai dengan konteks saat ini, konteks kondisi saat ini, di mana juga ada krisis ekonomi akibat perang, adanya krisis pangan akibat perang, adanya krisis energi akibat juga adanya perang”, ungkap beliau saat menghadiri Apel Hari Santri 2023 yang digelar di Monumen Tugu Pahlawan, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Minggu (22/10). 

Terkait dengan tema hari santri tahun ini, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa latar belakang dibentuknya hari santri merujuk kepada resolusi jihad yang disampaikan oleh Kiai Haji Hasyim Asyari selaku Rais Akbar Nahdlatul Ulama pada masa kemerdekaan Indonesia. “Beliau menyampaikan bahwa melawan penjajah itu wajib. Melawan penjajah itu adalah fardu ain, dan tewas, meninggal melawan musuh itu hukumnya mati syahid. Ini sebuah fatwa yang luar biasa sehingga kita semua saat itu termasuk para santri berjuang untuk kepentingan bangsa, berjuang untuk kepentingan negara, dan berjuang untuk kepentingan umat,” ungkapnya, dikutip dari laman kemenag.go.id (22/10/2023).

Di tempat yang berbeda, dilansir dari laman antaranews.com (22/10/2023), Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, Lestari Moerdijat mengatakan peringatan hari santri menjadi momentum untuk meningkatkan peran para santri dalam proses pembangunan nasional. Rerie, sapaan akrabnya, juga mengatakan bahwa para santri juga harus dibekali nilai-nilai kebangsaan yang kuat dalam menumbuhkan nasionalisme di dalam diri santri dan santriwati. "Pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah harus konsisten membangun ekosistem pendidikan yang baik di pesantren sebagai bagian dari proses pembangunan SDM nasional yang berdaya saing dan berakhlak mulia," ujar Rerie dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (22/10).

Tak bisa dipungkiri, sejarah menunjukkan motivasi para santri dalam perjuangan kemerdekaan negeri ini. Pada masa penjajahan silam, santri turut menjadi garda terdepan dalam memerangi para penjajah kafir.  Mereka berjihad dengan mempertaruhkan nyawa turun ke medan perang demi membela kemerdekaan umat. Namun hari ini, ketika umat dijajah pemikirannya, peran santri dalam kehidupan mengalami degradasi dari keagungan motivasi jihad mereka di masa lalu. Adapun sistem sekulerisme, ideologi yang memisahkan agama dari kehidupan telah menjangkiti pemikiran umat hari ini. Tak terkecuali para santri yang juga terseret pada pemikiran-pemikiran Barat yang liberal atau bebas. Ketika negeri-negeri Barat men-setting dunia untuk mengadopsi asas kapitalisme dengan materialistik sebagai orientasinya, maka para pemimpin yang memiliki kewenangan dalam membuat kebijakan pasti akan memasukkan nilai-nilai ini kedalam kehidupan rakyat yang mereka atur. Di pesantren misalnya, para santri hari ini tentu dibekali dengan pelatihan-pelatihan kewirausahaan supaya dapat bersaing di kancah nasional dan internasional. Harapannya ketika lulus, mereka bisa mendapat pekerjaan yang tidak kalah bagus dari para lulusan bangku sekolah. Inilah ciri khas paham kapitalisme yang hanya mengedepankan keuntungan belaka daripada mengedepankan akidah dan akhlak para santri tersebut.

Ironi, di tengah berbagai problem kehidupan yang terjadi pada tingkat global, regional maupun nasional, santri hari ini seperti kehilangan arah dalam menentukan tujuan hidup mereka. Oleh karenanya, sangat relevan mengembalikan kembali spirit resolusi jihad dalam makna yang sebenarnya sebagaimana awalnya. Islam mendorong setiap muslim terlebih para santri untuk berperan dalam kehidupan sesuai syariat Islam. Jihad sendiri memiliki makna yang agung dalam Islam, karena mengorbankan harta dan nyawa demi menolong agama Allah subhanahu wa ta’ala balasannya adalah syahid dan surga-Nya kelak. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “(Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu…” (TQS. Ash-Shaff: 11). 

Islam menjadikan akidah Islam sebagai asas dalam kehidupan dan asas dalam menyelesaikan segala persoalan dunia. Kemudian, dengan meneladani Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dalam menerapkan Islam secara kaffah atau menyeluruh dalam kehidupan, maka kehidupan umat akan terjaga dengan baik. Dalam persoalan kemanusiaan yang terjadi antara Palestina dan Israel misalnya, dunia seolah-olah bungkam dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan muslim Palestina atas kekejaman zionis Yahudi yang dzalim. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.” (TQS. Al-Baqarah: 191). Sebenarnya jika bisa memahami lebih dalam dalil tersebut, para santri dapat membela sesama saudara muslimnya dengan jihad yang sebenar-benarnya. Adapun memperjuangkan terterapkannya kembali sistem Islam di tengah-tengah umat seluruh dunia menjadi solusi hakiki sekaligus sikap yang seharusnya dimiliki oleh para santri hari ini. Hati dan pikiran mereka pun tidak terkotak-kotak dalam batas regional semata melainkan berdasarkan akidah dan ukhuwah Islamiyah. Namun sayangnya, hari santri hanya berulang dari tahun ke tahun dan menjadi momentum peringatan sejarah masa lalu belaka, tetapi ruh jihad yang sebenarnya sudah tak lagi terpatri di hati para santri. Wallahu a’lam bishshowab.

https://kemenag.go.id/nasional/presiden-pegang-teguh-semangat-hari-santri-hadapi-kondisi-dunia-saat-ini-aQuQN
https://www.antaranews.com/berita/3786345/mpr-hari-santri-momentum-tingkat-peran-santri-dalam-pembangunan
https://almanhaj.or.id/3864-jihad-amalan-yang-paling-utama.html
https://tafsirweb.com/707-surat-al-baqarah-ayat-191.html


Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar