Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Cegah Bunuh Diri Dengan Memahami Hakikat Hidup dalam Islam

Rabu, 15 November 2023



Oleh: RM Ica

Angka bunuh diri relatif tinggi belakangan ini. Jawa Tengah menjadi provinsi paling banyak kasus bunuh diri di Indonesia, sepanjang Januari hingga medio Oktober 2023, sebut data Pusat Informasi Kriminal Nasional Kepolisian RI (Pusiknas Polri). Tercatat, ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia, dalam periode tersebut. Jawa Tengah sebanyak 356 kasus.

Disusul Jawa Timur sebanyak 184 kasus, Bali 94 kasus, Jawa Barat 60 kasus, dan Yogyakarta 48 kasus. Lalu, Sumatera Utara 41 kasus, Lampung 27 kasus, Sumatera Barat 26 kasus, Bengkulu 22 kasus, dan Sulawesi Utara 18 kasus. Jika ditotal, jumlah kasus bunuh diri ini melampaui angka tahun 2022, yakni 826 kasus. [1]

Bunuh diri tentu bukanlah hal baik, bahkan dalam agama Islam, bunuh diri jelas dilarang. Namun sayangnya banyak orang yang merasa tak mampu ditempa masalah dan justru beranggapan akan selesai beban masalahnya jika hidupnya diakhiri paksa.

Model pemikiran seperti ini bisa jadi dimiliki oleh orang yang tidak mengetahui kehidupan sesudah kematian. Atau mereka tengah lupa bahwa perjalanan manusia di dunia ini masih memiliki konsekuensi setelah kehidupan dunia berakhir. Yakni berupa pertanggungjawaban atas segala yang telah diperbuat selama di dunia, termasuk ketika memutuskan untuk bunuh diri.

Dalam Islam larangan bunuh diri tertuang dalam surat An-nisa ayat 29, yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."

Rasulullah juga bersabda yang artinya: "Barangsiapa yang terjun dari sebuah bukit untuk menewaskan dirinya, maka kelak ia akan masuk neraka dalam keadaan terlempar jasadnya. Ia kekal di dalam neraka selama-lamanya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Juga dalam sabdanya yang artinya: "Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, ia akan diazab dengan itu di hari kiamat." (HR. Bukhari dan Muslim).

Maka berdasarkan ajaran uraian dalil di atas, bunuh diri bukanlah solusi. Justru nekat bunuh diri memiliki potensi masalah yang lebih besar di kemudian nanti. Sehingga jikalau penuh masalah, maka jangan menyentuh ide bunuh diri. Yang harus dilakukan adalah mencari penyebab masalah tersebut, menghadapi, dan menyelesaikannya.

Tak dapat dipungkiri memang di tengah kehidupan kapitalis saat ini, banyak sekali masalah yang bermunculan. Mindset kapitalis mendoktrin bahwa kesenangan materi adalah kesenangan yang harus dicapai dan dimiliki sebesar-besarnya. Akibatnya tujuan hidup tak jauh berputar pada urusan materi/harta. 

Kapitalis juga menjejalkan paham sekuler, yang menjadikan Islam bukan lagi standar kebenaran menjalani kehidupan. Pun dalam menakar standar kebahagiaan, Islam juga diabaikan. Kebahagiaan bukan lagi berdasarkan keridhoan Allah, melain hanya dihitung capaian materi dan terpenuhi keinginannya.

Seandainya materi tidak digenggam dan keinginan tidak sesuai ekspektasi, maka stress mudah datang. Merasa gagal, frustasi, dan akhirnya bunuh diri. Apalagi kondisi ini diperparah dengan minimnya atensi masyarakat sekitar pada individu yang sedang bermasalah, maka rasa tidak dibutuhkan kuat mendominasi. 

Ditambah langkanya peran negara untuk hadir mendampingi di tengah problematika individu yang ada, maka tak heran jika individu hasil didikan sekuler semakin tidak paham harus menyelesaikan masalahnya dengan apa dan bagaimana. Hingga pelampiasan stress di jalan salahpun dijabani banyak orang.

Fenomena ini sebenarnya memicu kesadaran berkebalikan. Yakni kesadaran akan pentingnya mengkaji Islam dengan benar, agar diajari bagaimana cara menjalani hidup yang benar. Dan meluruskan konsep hidup bahwa tidak ada tujuan lain dalam dunia ini kecuali untuk beribadah kepada Allah. Terarah pada tujuan yang pasti.

Tujuan ini pada akhirnya akan menyibukkan individu untuk berpikir model kehidupan apa yang bakal diakui alias diterima sebagai bentuk ibadah. Sehingga waktu demi waktu justru akan disibukan belajar dan belajar agar setiap tahapan hidup tetap sesuai koridor aturan Allah. Selalu dalam bimbingan Allah. Jika Allah yang menyertai, mungkinkah masalah pelik tak teratasi?

Paham tujuan hidup juga akan membuat sadar bahwa apapun yang menimpa kita sejatinya adalah sunnatullah (lihat QS Al-Baqarah ayat 255). Sehingga sepelik apapun kenyataan yang tidak sesuai ekspektasi akan tetap membuat individu tersebut bersabar dan terus mencari solusi agar tetap mendapatkan ridho Allah. 

Kepahaman tentang tujuan hidup ini perlu ditularkan kepada banyak orang. Yang tentunya proyek pemahaman akan hakikat hidup ini akan lebih efektif bila dimotori oleh masyarakat bahkan negara Islam. Sama-sama menjadikan kehidupan berbasis aturan Islam, individu mantap akidah Islamnya, dan masyarakat yang berkepribadian Islam. Sehingga bunuh diri bisa dicegah sejak awal. []

Referensi:
1. https://www.alinea.id/gaya-hidup/di-balik-tingginya-angka-kasus-bunuh-diri-b2iaC9PjT

Sumber gambar: Kosmo Digital

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar