Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Sumbangan PT Freeport untuk Indonesia, Bentuk Kepedulian atau Topeng saja?

Selasa, 10 Oktober 2023


Oleh: Heni Satika (Praktisi Pendidikan)

PT Freeport menyumbang dua totem, untuk taman totem dunia yang ada di Sumatera Utara. Dilansir dari kompas.com (27/9/2023) serah terima totem dilakukan oleh PTFI dan Yayasan Maramowe kepada kementrian PUPR.
Menurut direktur EVP Claus Wamafma sumbangan tersebut sebagai bentuk kepedulian PTFI kepada pelestarian seni dan kebudayaan Indonesia.
Bukan hanya menyumbang totem saja, tetapi PTFI juga secara berkala menyediakan dana CSR (Corporate Social Responsibility) yang pengelolaannya dilakukan oleh yayasan. Dilansir dari liputan 6.com bahwa besaran dana CSR sekitar 1 persen dari revenue. Ini digunakan untuk menyumbang pendidikan dan kesehatan masyarakat Papua.
Banyaknya sumbangan yang dilakukan oleh PTFI kepada masyarakat Indonesia, khususnya Papua. Sebenarnya hanyalah topeng dari penguasaan SDA yang mereka lakukan. Total sumbangan itu tidak sebanding dengan perampokan yang mereka lakukan terhadap SDA Indonesia.
PTFI menjadi salah satu perusahaan tambang terbesar di dunia setelah mengelola tambang di kawasan Grasberg. Dilansir dari CNBC Indonesia (7/2/2023) total pendapatan
PTFI sebesar 141 T.
Dana sebesar itu akan lebih bermanfaat jika dikelola oleh negara dan dikembalikan kepada masyarakat. Karena sebenarnya SDA di dalam Islam merupakan kepemilikan umum. Negara dalam Islam hanya wajib mengelola, tidak boleh mengalokasikannya kepada hal lain. Apalagi menyerahkan kepada asing. Sungguh Islam sangat menjaga kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tercermin dalam tata cara pengelolaan Khilafah Islamiyah selama berabad-abad lamanya. Bahkan pada masa Kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz, tidak terdapat warga yang hidup dalam kekurangan. Apakah kita tidak ingin kembali merasakan kesejahteraan dibawah naungan negara Islam?

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar