Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Bukti Cinta untuk Palestina

Sabtu, 14 Oktober 2023


Oleh: RM Ica

Duka Palestina tak kunjung reda, bahkan luka menganga kian terasa akibat ekspansi kependudukan paksa. Kementerian Kesehatan Palestina merilis setidaknya ada 2.269 warga yang tewas, dan ada lebih dari 9.800an terluka akibat serangan Israel baik di Jalur Gaza maupun Tepi Barat.  Dalam pernyataan yang dirilis Sabtu (14/10) seperti dikutip dari Reuters, jumlah korban terbanyak selama periode serangan Israel setidaknya sepekan terakhir adalah di Gaza yakni mencapai 2.215 korban tewas, dan 8.715 terluka. Sementara itu, mengutip dari CNN pada Sabtu malam WIB, UNICEF mencatat lebih dari 700 anak-anak tewas di Gaza, dan 2.450 anak-anak lainnya terluka. [1]

Jumlah itu diduga bakal bertambah lagi karena militer Israel (Israel Defense Forces/IDF) mempersiapkan serangan udara maupun darat untuk menggempur milisi Hamas di wilayah Gaza. Tenggat waktu dari IDF selama enam jam bagi warga sipil untuk mengungsi ke wilayah Gaza selatan pun sudah berakhir pada Sabtu petang, pukul 16.00 waktu setempat (sekitar pukul 20.00 WIB). Pasukan IDF sudah bersiap komplet dengan alutsista di luar perbatasan Jalur Gaza. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun sudah mengunjungi prajuritnya yang berada di luar Jalur Gaza dan menegaskan untuk mempersiapkan, "fase selanjutnya." [1]

Penyerangan atas wilayah Gaza ini memberikan bukti ke sekian kali bahwa atas nama menundukkan lawan, nyata-nyata warga sipil yang dikorbankan. Gempuran sengaja diarahkan ke area yang banyak didominasi oleh warga sipil ini menegaskan bahwa etika dalam melakukan peperangan jelas tidak dimiliki oleh penjajah. Namun yang lebih aneh, justru suara publik untuk para korban ini senyap dari media Barat. Jargon hak asasi yang selama ini mendengung kencang ketika ada di antara mereka yang terluka seakan turut lenyap seiring hancurnya fasilitas di area Gaza. Sangat aneh, mengapa mereka para pegiat hak asasi itu tidak lantang bersuara dan bergerak hebat seperti korban lainnya? Apakah hanya karena korban bukan dari kalangan mereka? ataukah memang ‘settingan sutradara’ agar tak perlu ada suara jika Islam yang dikorbankan?

Padahal jika ditanyakan, sebenarnya siapa yang lebih berhak atas tanah Gaza di Palestina? Menjawab hal ini, tentu harus menggunakan kejernihan hati nurani, tak harus menjadi muslim untuk tahu jawabannya berdasarkan rentetan peristiwa sejarah atas pendudukan Palestina. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut Israel mengambil tanah Palestina, terutama melalui penggunaan kekuatan militer. Pernyataan Putin disampaikan di forum Pekan Energi Rusia di Moskow, Kamis (12/10). Putin mengatakan, masalah Palestina adalah sesuatu yang ada di hati setiap orang yang menganut Islam. Dia menilai, umat Muslim menganggap itu semua sebagai manifestasi ketidakadilan, yang mencapai tingkat yang tidak terpikirkan. Putin mengungkapkan, awal ide mendirikan dua negara berdaulat merdeka, Israel dan Palestina tidak berjalan. Menurut dia, keputusan mendirikan dua negara berdaulat hanya dilaksanakan sebagian. [2]

Maka, diamnya banyak media yang seolah menganggap korban di Gaza adalah hal biasa, jelas menambah luka. Mereka yang seharusnya mendapatkan prioritas dukungan, justru harus berusaha sendiri sesuai kemampuannya sendiri pula. Tak heran bila pada kasus-kasus yang sama Imam Besar Al-Azhar, Prof Dr Ahmed el-Tayeb dalam sebuah unggahan Facebook, pernah menyebut warga Palestina akan selamanya teguh dan tetap melanjutkan perjuangan untuk mempertahankan tanah mereka. Termasuk memperjuangkan menjaga Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama dan situs suci ketiga dalam Islam. [3]

Keteguhan hati mereka adalah wujud cinta untuk Palestina, yang notabenenya bukan hanya kewajiban mereka saja untuk menjaga. Sebagai tanah penting bagi umat Islam, seluruh muslimlah yang sebenarnya memiliki tanggung jawab untuk mempertahankannya. Namun, saat ini perbedaan wilayah yang ditempati kaum muslim menjadi salah satu halangan. Ada sekian banyak kendala dan juga ada perbatasan yang tak bisa ditembus dengan mudah.

Sehingga sakitnya saudara sesama muslim dalam menjaga Palestina tak sepenuhnya bisa dirasakan saudaranya di belahan negeri lain. 

Padahal kontribusi nyata dari saudara muslim lainnya (-selain dana dan doa-) bisa jadi dapat berperan penting bagi selamatnya Palestina ke depan. Mengutip tulisan Kanti Rahmillah, M.Si., dinyatakan bahwa: 
Ibarat kata, pendudukan Israel atas Palestina serupa dengan perampok yang ingin memiliki rumah pemiliknya. Perampok tersebut membunuh dan memukuli penghuni rumah tersebab menginginkan rumahnya.
 
Lantas jika demikian, bantuan apa yang logis diberikan pada tuan rumah yang sedang terancam nyawa dan hak atas rumahnya? Tentulah bantuan yang tepat itu dengan membantu mengusir perampok tersebut. Adapun bantuan makanan dan obat-obatan, tanpa adanya upaya mengusir perampok tersebut, sungguh tak akan menyelesaikan masalah. Perampok itu akan terus-menerus memukuli penghuni rumah.
 
Padahal lagi, jumlah perampok tidak lebih banyak dari warga sekampung. Jika saja warga sekampung bersatu, mengerahkan seluruh potensi yang dimilikinya, niscaya perampok pun akan kalah dan tuan rumah akan selamat jiwa dan tanahnya. 
Begitu pun Palestina, sungguh mereka membutuhkan bantuan militer, bantuan senjata untuk mengusir Israel.
 
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana agar negeri-negeri muslim yang memiliki kekuatan militer mengerahkan tentaranya? Sedangkan kita ketahui, para pemimpinnya telah tersandera dengan kepentingan politik negeri adidaya?
 
Jawabannya ada pada thariqah (metode) dakwah Rasulullah saw… Sesungguhnya Nabiyullah telah mencontohkan pada umatnya untuk menerapkan Islam secara kafah dalam satu institusi negara. Hanya dengan kepemimpinan Islamlah, persatuan negeri-negeri muslim akan terwujud.[4]
 
Pendapat di atas, sekiranya menjadi jawaban. Bahwa sejatinya cinta nyata untuk Palestina adalah tergalangnya persatuan kaum muslimin dalam satu kepemimpinan. Yang mengumpul menjadi kekuatan besar, yang bukan hanya saja mempertahankan eksistensi Palestina, tapi juga sekaligus mengembalikan penduduk Palestina menjadi bangsa merdeka. Terbebas dari derita penjajahan dengan dekapan saudara muslim lainnya. [] 
 
Referensi: 
1. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20231014230428-120-1011365/kemkes-palestina-2-ribu-warga-tewas-9-ribu-luka-oleh-serangan-israel 
2. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20231012195213-120-1010559/putin-tanah-orang-palestina-dirampas-israel. 
3. https://www.republika.co.id/berita/qsx27b313/imam-besar-alazhar-warga-palestina-teguh-menjaga-alaqsa  
4. https://www.muslimahnews.com/2021/05/15/menyoal-kontribusi-nyata-untuk-palestina/

Sumber gambar: iStock

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar