Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Antara Islam Dan Politik

Jumat, 15 September 2023


Oleh: U Diar

Di tengah memanasnya suhu perpolitikan saat ini, berbagai suara saling beradu untuk menunjukkan kekuatan kandidat pemimpin yang diusung. Berbagai aliran dan pandangan mengalir, tak terkecuali yang menyangkut pautkan dengan Islam. Namun pada porsi penyangkut pautan dengan Islam ini ada sejumlah hal yang perlu dipikirkan lebih dalam sebelum ditelan mentah-mentah.

Mengalir pendapat yang menyarankan agar masyarakat jangan memilih calon pemimpin yang menggunakan agama sebagai alat politik untuk meraih kemenangan. Namun, tendensi agama yang dimaksud diduga ditujukan kepada agama Islam. Pasalnya pada pendapat lanjutannya dikaitkan dengan bahasan Islam seharusnya ditebarkan sebagai rahmat untuk semesta alam, bukan rahmatan lil islami saja.

Pendapat seperti di atas tentu saja memiliki penafsiran yang beragam, seakan-akan Islam itu memiliki sisi negatif jika menyatu dengan politik. Hingga tak sedikit yang kemudian terbawa pandangan jangan membawa agama dalam politik atau jangan ngomong politik jika membahas soal agama. Padahal di lapangan justru Islam ini dijadikan atribut memoles calon kandidat ketika menjelang pemilihan. Banyak yang semula sangat frontal dengan ide Islam, tiba-tiba mendadak memakai pakaian islami atau mengunjungi pesantren ketika pemilihan telah dekat.

Lebih jauh, memang sebenarnya tidak ada yang keliru jika dikatakan Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, tidak ada tendensi negatif seharusnya. Sebab makna rahmatan lil alamin disana memang tidak khusus bagi muslim saja, tetapi yang memang benar-benar berlaku untuk semuanya yang ada di alam ini, apapun keyakinannya.

Banyak ulama tafsir yang memaknai rahmatan lil alamin bukan sebatas bagi kaum muslimin. Prof. Wahbah Azzuhaili dalam tafsir Al Munir (17/142). menjelaskan makna rahmatan lil alamin yang terkandung di dalam Alquran surat Alanbiya ayat 107: tidaklah Kamu mengutus engkau, wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat untuk semesta alam, manusia, dan jin...

Pendefinisian manusia disini juga dilihat dari sisi manusiawinya, bukan dari sisi agamanya. Hal ini terbukti dari bagaimana baiknya perlakuan Islam kepada orang kafir yang tidak memerangi Islam ataupun kepada ahlu dzimmah. Dalam HR. AdDaruquthni, Rasulullah bersabda yang artinya: "Aku memuliakan orang-orang yang menepati dzimmahnya."

Bahkan perlakuan baik kepada selain muslim pun tersaji hingga di masa kejayaan Islam sampai di Andalusia. Negeri yang kini berada di wilayah Spanyol tersebut di masa Islam dahulu populer dengan julukannya sebagai negeri tiga agama. Yakni Islam, Yahudi, dan Nashrani. Semuanya hidup dengan damai dan rukun berdampingan, kendati di masa tersebut aturan Islam lah yang berlaku di kehidupan umum.

Maka sungguh ironi jika kemudian ada stigma terhadap Islam dari sisi rahmatan lil alaminnya. Bukankah tidak berlebihan jika kemudian pandangan miring tersebut justru mengisyaratkan adanya islamofobia? Menuduhkan hal yang bukan-bukan kepada Islam dan ajarannya, namun tidak didahului dengan keadilan dalam mengungkapkan fakta yang ada.

Maka sangat tidak tepat bila untuk mendukung kandidat tertentu dan merendahkan kandidat yang lainnya dilakukan dengan cara buruk sangka pada Islam. Karena urusan kepemimpinan sendiri pada hakikatnya hanya akan menimbulkan penyesalan jikalau tidak dipandu dan diatur di atas rel Islam yang kebenarannya berasal dari Zat Yang Maha Mengetahui segala hal.

Nabi memperingatkan bahwa perebutan kepemimpinan dan kekuasaan melalui sabdanya: "Sungguh kalian akan berambisi terhadap kepemimpinan (kekuasaan), sementara kepemimpinan (kekuasaan) itu akan menjadi penyesalan dan kerugian pada hari kiamat kelak (HR. al Bukhari, an Nasai, dan Ahmad).

Oleh karena itu sebenarnya antara politik (dalam hal ini masalah kepemimpinan), sebenarnya memang harus diatur dengan Islam. Supaya hal yang berkaitan dengan kriteria calonnya hingga bagaimana nanti caranya memimpin, tidak menyalahi apa yang Allah aturkan. Sehingga tidak semestinya alergi dengan politik selama itu membahasnya dalam ranah sesuai aturan Islam.

Justru jika tidak memakai Islam, dikhawatirkan tidak dapat menjalankan amanah sebagaimana yang Allah ridhoi. Akibatnya sesal di kemudian hari, sebagaimana yang tersirat dalam sabdanya: "Tidaklah seorang hamba yang Allah beri wewenang mengatur rakyat, lalu mati, dan di hari ketika mati dia menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan untuk dirinya surga (HR. Al Bukhari). []

Sumber gambar: artikula.id

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar