Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Agar Penistaan Alquran Tidak Berulang

Senin, 10 Juli 2023



Oleh: U. Diar
 
Dunia muslim kembali dilukai dengan aksi penistaan Kitab Suci Umat Islam, Alquran. Pelakunya adalah Salwan Momika, seorang warga Irak berusia 37 tahun yang beberapa tahun lalu melarikan diri ke Swedia. Ia melakukan aksi pembakaran, perobekan, penendangan terhadap Alquran tepat di momen idul adha berlangsung.

Aksinya memicu kecaman keras dari dunia internasional, baik di negara-negara Asia hingga Amerika Serikat. Reaksi ini adalah salah satu bentuk kemarahan kaum muslimin, atas dinistakannya elemen keagamaan yang dalam Islam sendiri kedudukannya dimuliakan.

Justru aneh jika kemudian ada tokoh bernisial, bahkan dari kalangan akademisi universitas islami yang menyarankan untuk tidak usah merespon pembakaran Alquran dengan marah-marah. Karena menurutnya pelaku tidak mengetahui isi Alquran, sehingga perilakunya dijawab saja dengan prestasi keilmuan dan peradaban seni seperti yang ditunjukkan PA (peraih golden buzzer salah satu ajang pencarian bakat).

Memang benar bahwa Alquran tidak akan hilang dan tetap hidup dalam perjalanan sejarah manusia. Sebab Allah sendiri yang menegaskan penjagaanNya atas Alquran sebagaimana yang tercantum dalam surat Alhijr ayat 9. Namun bukan berarti sebagai umat, kaum muslimin tidak boleh marah atas insiden pelecehan terhadap simbol agamanya.

Karena seorang muslim itu bersikap tidak ngawur berdasarkan perbandingan selera. Kaum muslim bersikap sebagaimana teladan yang diberikan Rasulullah dalam hidup. Beliau adalah sosok yang tidak diragukan lagi dari sisi kepercayaannya kepada Kalamullah. Beliau maksimal tawakal dan doanya, namun di saat yang sama beliau mencotohkan adanya ikhtiar untuk melakukan sesuatu yang Allah janjikan.

Rasulullah tetap merancang strategi, mengatur kekuatan, memetakan taktik dll ketika berusaha merealisasikan janji kemenangan bagi Islam dan kaum Muslimin. Beliau mencontohkan bahwa meskipun Islam akan menyebar ke seluruh dunia, tetap saja ada usaha sungguh-sungguh dan serius bagaimana mewujudkannya. Yang ditunjukkan adalah bukan pasrah dan mengerjakan aktivitas lain yang tidak berkorelasi langsung dengan persoalan yang tengah terjadi.

Rasulullah memang slow dan cool ketika fisik dan pribadi beliau yang disenggol. Namun beliau tegas dan keras ketika berurusan dengan kaum kafir yang menyenggol Islam. Dan di negeri ini ada Sosok Buya Hamka yang mewarisi ketegasan beliau dalam membela Islam. "Kalau agamamu dinista, kamu tidak marah, maka gantilah bajumu dengan kain kafan", demikian quote yang sering ada dalam meme Buya Hamka.

Kasus penistaan pada Alquran ini seharusnya memberikan kesadaran pula bahwa prestasi duniawi yang mengharumkan sekalipun tidak berkaitan langsung dengan redanya penistaan pada Islam. Sebab penistaan simbol Islam ini adalah bentuk kebencian pada Islam sekaligus islamophobia yang menurun. Perilaku ini semakin leluasa tatkala berlindung pada standar ganda kebebasan berpendapat dan berekspresi.

Jika Islam yang berada diposisi korban, maka mereka mengatakan itu adalah kebebasan, ekspresi seni dll. Pelaku mengalami gangguan, sedang tidak sehat dll digunakan untuk menjustifikasi pemakluman pada pelaku. Sedang bila pada posisi sebaliknya, yakni pelaku diketahui muslim, maka sangat cepat sekali framing negatif terhadap Islam dinarasikan di banyak media. Bahkan sebelum masih status terduga pun ada dihilangkan nyawanya.

Dan sampai kapan ini akan terjadi? Sampai Islam dan kaum muslimin memiliki pelindung sejati, yakni pemimpin yang memiliki kewenangan dan kedaulatan menyelamatkan agama dan umatnya tanpa basa-basi. Pemimpin ini yang diibaratkan sebagai perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya dan berlindung dengannya. Tanpa adanya perisai yang melindungi, para pembenci Islam bisa seenaknya melakukan aksinya, sebab mereka bisa jadi pd tidak akan ada yang menindak tegas.

Keberadaan pemimpin perlu ditopang dengan adanya institusi politik yang berdaulat, yang dikenal dengan kekhilafan Islam. Institusi ini sifatnya harus menyatukan seluruh negeri muslim dalam satu kepemimpinan, sehingga ia memiliki kekuatan besar untuk digerakkan melawan segala bentuk penistaan terhadap Islam. 

Dengan adanya persatuan Muslim dalam satu kepemimpinan dan satu wadah institusi inilah penistaan terhadap Alquran dan juga pelecehan terhadap Islam tidak akan terulang. Oleh karena itu sudah saatnya kaum muslimin disadarkan dan disatukan untuk menjadi besar dan kokoh menjalankan kehidupan Islam.[]

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar