Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Prilaku Sadis Anak Potensi Tumbuhnya Kriminalitas

Kamis, 15 Juni 2023


Oleh: Fatimah Abdul (Pemerhati Sosial dan Generasi)

Anugrah paling berharga dalam hidup berumahtangga adalah hadirnya anak-anak. Kehadiran anak mampu mengusir rasa lelah dan penat kita menghadapi betapa sulitnya bergelut dengan dunia. Buah cinta yang merupakan amanah dari Allah SWT bagi para orang tua untuk dididik dan dibesarkan supaya memahami agama (Islam). Mengenal Rabb yang menciptakannya sekaligus tunduk dan patuh atas semua perintah dan larangannya. Namun, apa jadinya bila anak-anak yang kita harapkan mampu membawa kebaikan dunia akhirat ini justru membawa problematika dalam kehidupan rumah tangga dan  bermasyarakat? Melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji bahkan mengarah pada tindakan kejahatan.

Banyak sekali kita jumpai dalam pemberitaan baik dimedia sosial, media cetak ataupun media elektronik, marak sekali terjadi fenomena tindak kekerasan bahkan mengarah pada kejahatan yang pelakunya justru masih diusia anak-anak. Kasus perundungan yang begitu sering terjadi di lembaga pendidikan baik korban dan pelaku pun juga merupakan anak-anak. Ini sungguh sangat memprihatinkan, mengingat hukuman yang dijatuhkan atas kasus-kasus perundungan yang sangat fatal dan menyebabkan kematian tidaklah membuat pelaku jera untuk mengulangi perbuatannya.

Seperti kasus perundungan yang terjadi di SDN Negeri kecamatan Sukaraja kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Seorang anak laki-laki yang masih berusia 9 th harus tewas akibat dikeroyok oleh 3 kakak kelasnya. Korban yang masih duduk di bangku SD kelas 2 itu harus mengalami kritis di rumah sakit selama 3 hari dan meninggal dunia setelah diketahui dikeroyok sebanyak 2 kali di sekolah (bandung.kompas.com, 20/05/2023)9

Seorang pelajar SMP, AS (14) ditangkap. Direktorat Reserse Narkoba (Ditnarkoba) Polda Sulawesi Selatan menangkap lantaran menjadi kurir narkoba jenis sabu-sabu. (tribunmanado.co.id, 22/01/2020)
Sungguh luar biasa bukan, bahkan seorang siswa SMP kelas 3 pun berani menjadi seorang kurir narkoba. Tergiur oleh keuntungan besar yang didapat  dari hasil menjadi kurir, ia tak takut berprofesi sebagai pengedar barang haram.

Masih segar dalam ingatan bahwasanya di daerah Tasikmalaya Jawa Barat juga pernah terjadi kasus dugaan perundungan disertai dengan tindakan asusila yang menimpa anak usia 11 tahun. Ia di bully dan dipaksa untuk bersetubuh dengan hewan (kucing). Peristiwa tersebut direkam dengan ponsel dan disebarkan ke media sosial (tribunnews.com, 22/06/2022)

Dunia pendidikan saat ini benar-benar sedang terpuruk. Kasus-kasus tersebut tidak hanya terjadi ditingkat SD saja bahkan juga terjadi ditingkat SMP dan SMA. Prilaku anak-anak tingkat menengah dan tingkat atas justru lebih mengerikan lagi. Ada Apa dengan sistem pendidikan kita saat ini? Mengapa prilaku-prilaku tak pantas nan sadis ini begitu mudahnya terjadi? Apa penyebabnya dan apa solusi atas permasalahan ini?

Sangat penting untuk dipahami bahwa prilaku yang ada pada diri setiap manusia itu dipengaruhi oleh pemahamannya. Saat ini pemahaman yang sedang dianut oleh masyarakat Indonesia adalah paham Sekulerisme. Paham Sekulerisme ini adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama Sama sekali tidak diberikan ruang untuk mengatur hidup umat melainkan hanya sebagian kecil saja yang berhubungan dengan ibadah ritual. 

Sementara itu Sekulerisme memiliki paham penopang dengan daya rusak yang luar biasa yaitu Liberalisme. Liberalisme mengagungkan 4 kebebasan yang boleh dianut oleh setiap individu. Kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan bertingkah laku dan kebebasan atas kepemilikan. Bisa dibayangkan bila generasi muda kita dibebaskan untuk memilih agama bahkan tak memiliki agama pun dibebaskan? Bagaimana pula bila generasi ini dibebaskan bertingkah laku bahkan bebas untuk menjadi LGBT ataupun transgender? Bagaimana jadinya bila generasi muda bebas berpendapat bahkan untuk menghina Nabi besar Muhammad SAW dan ajarannya, menghina Al-Quran yang mulia juga menghina para ulama? Bagaimana situasi tidak menjadi "cheos" bila siapapun dibebaskan mencari harta bahkan mengambil yang bukan miliknya dengan cara-cara yang tidak makruf? 

Sungguh sayang, kondisi miris dan tragis tengah terjadi saat ini. Generasi muda yang tengah dijauhkan dari agamanya (Islam) bahkan ditakut-takuti dengan labeling "radikal dan terroris". Mereka tidak memahami agamanya yang sangat sempurna mengatur kehidupan manusia. Sehingga, pemikirannya yang bersumber pada pemahaman asing menghasilkan prilaku yang asing dan tidak benar pula. 

Saat ini dunia pendidikan tidak mengajarkan aqidah yang lurus, hanya sebatas transfer ilmu yang bersifat umum dengan lebih mementingkan tingginya angka-angka dari pada pemahaman aqidah yang benar dan lurus pada diri anak-anak didiknya. Hasilnya,,,? Bisa dilihat sekarang betapa bobroknya prilaku anak-anak yang makin sadis meskipun mereka menuntut ilmu.

Sekolah hanya menyediakan waktu selama 2 jam untuk pelajaran agama dan ini jelas tidak cukup bahkan sangat kurang. Semboyan atau slogan yang ada  dalam dunia pendidikan dengan mengedepankan anak memiliki akhlak mulia, bertanggung jawab dan berbakti pada orang tua hanyalah sebatas omong kosong belaka. Faktanya anak-anak hanya diberikan kesempatan belajar agama dengan waktu yang sangat terbatas. Paham sekulerisme yang dianut oleh negara dengan sistem demokrasinya membiarkan berbagai tontonan yang tidak mendidik di media sosial seperti pornografi dan pornoaksi. Saluran televisi hanya menyuguhkan hiburan yang seolah mengajari generasi dengan kehidupan yang sarat dengan kesenangan. Lantas bagaimana anak bisa menjadi pribadi yang berakhlak mulia bila tujuan hidup yang diinginkannya tidak sejalan dengan upaya yang ada?

Sistem pemerintahan Islam tegas dalam hal pendidikan yang mengedepankan penanaman aqidah sejak dini. Kurikulum yang ada dalam sekolah mengajarkan tsaqofah Islam sehingga pemahaman yang ada dalam diri generasi muda adalah keimanan dan ketaqwaan. Karena Islam menjadikan keimanan sebagai landasan dalam setiap perbuatan, maka ia menjadi benteng dari segala perilaku jahat/sadis.  Setiap individu akan memahami bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT, untuk itu perbuatan jahat sudah pasti akan ditinggalkan.

Selain itu benteng pertama yaitu keluarga akan berperan aktif dalam membentuk kepribadian anak yang Islami. Kemudian benteng kedua adalah masyarakat yang akan mengontrol kehidupan sosial. Masyarakat bertanggung jawab atas lingkungan bila terjadi hal-hal yang menyimpang sehingga mereka akan mencegah terjadinya perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan Islam. Benteng ketiga adalah negara yang menerapkan regulasi, sehingga apabila negara tidak menerapkan aturan Islam sudah pasti generasi muda dalam ambang kehancuran. Terapkan Islam Kaffah maka Allah SWT akan melimpahkan keberkahan bagi seluruh umat manusia.
Wallahua'lam bishawab.[]

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar