Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Perbaikan Jalan Menunggu Viral Islam Solusi Cemerlang

Jumat, 12 Mei 2023



Oleh: Japti Ardiani 


Jalan rusak masih menjadi permasalahan serius Pemerintah Kabupaten Blitar. Dari data Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat total ada 300 kilometer jalan yang mengalami kerusakan.
Ratusan kilometer jalan rusak tersebut mayoritas berada di wilayah selatan Blitar seperti di Kecamatan Bakung, Panggungrejo, Wates hingga Wonotirto. Kondisi kerusakan jalan ini pun bervariatif mulai dari sedang hingga berat.
“Total sekitar 300 kilometer yang mengalami kerusakan kategori sedang hingga berat,” kata Kabid Bina Marga PUPR Kabupaten Blitar, Hamdan Zulkifli, Kamis (beritajatim.com, 27/4/2023).

Seperti yang dilakukan oleh sejumlah masyarakat Desa Tumpakkepuh Kecamatan Bakung Kabupaten Blitar. Masyarakat di sana mampu menggalang dana hingga Rp20 juta. Dana tersebut digunakan untuk menambal sejumlah jalan yang berlubang. Dan hal tersebut tidak hanya melanda 1 titik daerah di Blitar saja akan tetapi banyak daerah di Blitar yang mengalami serupa.

Jalan yang berlubang membentuk kubangan bahkan rusak hingga berpuluh-puluh kilometer tidak hanya melanda daerah Lampung yang viral karena ulah celotehan Bima, tetapi jalan berlubang dan rusak parah melanda hingga menyebar ke banyak daerah di Indonesia.

Seperti yang terjadi di Blitar, diketahui bahwa Desa Kebonsari, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, nekad memperbaiki jalan yang rusak dengan biaya patungan mereka sendiri.

Hal itu dilakukan setelah jalan rusak tersebut tak kunjung diperbaiki . Terlebih lokasi jalan rusak itu merupakan langganan jadi lokasi kecelakaan. Apalagi saat malam hari jalan tersebut juga gelap gulita lantaran tidak ada lampu penerangan jalan. Sehingga pengendara beresiko besar terjerumus ke lubang jalan yang rusak.

Padahal perbaikan jalan yang rusak bukan tanggung jawab warga tetapi tanggung jawab pemerintah. Kalau Pemerintah saja bisa membangun jalan tol dan mega proyek lainnya tetapi kenapa untuk perbaikan jalan di desa- desa belum diperhatikan secara keseluruhan? Inilah yang menjadi PR Pemerintah seharusnya. Dengan rusaknya jalan aktivitas perekonomian pun menjadi tidak menentu. Harga bahan-bahan pokok dan sekunder meningkat. Dikarenakan sulitnya medan untuk mendapatkan barang. Ditambah lagi banyaknya kecelakaan yang sering kali merenggut korban jiwa dan kerusakan sarana transportasi.

Jalan merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan, tak sedikit nyawa melayang dengan sia-sia akibat jalan berlubang. Dan kondisi ini bisa berjalan bertahun-tahun lamanya tanpa ada perbaikan yang signifikan. Itulah kondisi nyata di dalam era kapitalisme. Seakan nyawa manusia tiada harganya. Keuntungan materilah yang menjadi tujuan utama. Semuanya dihitung dengan untung dan rugi secara materialistis.

Wajar saja, bila pengelolaan infrastruktur, termasuk jalan sampai saat ini dikelola dengan sistem kapitalisme. Sistem ini menjadikan semua sektor apa pun selama bisa menjadi sumber uang, akan dikomersialisasi. Sebab, orientasi sistem ini adalah materi. Maka, tidak heran jika pembangunan jalan tol bekerjasama dengan swasta, dan rakyat harus membayar jika ingin menikmatinya.

Tetapi ketika ruas jalan rusak, tak ada perbaikan secepatnya atau diperbaiki dengan kualitas yang buruk. Selain itu, minimnya kesadaran menjaga diri dan orang lain di antara pemudik juga menjadi faktor meningkatnya angka kecelakaan. Kasus kecelakaan di musim mudik tidak boleh dipandang sebagai kasus rutinan yang diantisipasi seadanya. Sistem kapitalisme sudah gagal dalam menyediakan sarana transportasi yang aman, nyaman dan murah. 

Berbeda sekali dengan sistem Islam, yang mana tujuan politik adalah mengurusi urusan umat. Dan mengurusi ummat adalah amanah yang sangat besar dan luar biasa pertanggungjawaban nya. Sehingga  kesejahteraan umat menjadi tujuan utama.

Islam menjadikan penguasa sebagai pihak   yang bertanggungjawab  untuk memenuhi  kebutuhan masyarakat, dan akan memberikan amanah kepada individu yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi. Ketika seseorang mengambil amanah, ia harus menunaikan amanah itu sebaik-baiknya agar tidak menjadi penyesalan di akhirat. Karena kekuasaan adalah amanah dari Allah Swt yang akan dimintai pertanggungjawaban.

Dan sebagaimana penguasa di masa kejayaan Islam yang pernah ada, menyediakan alat transportasi yang nyaman, murah dan bisa mengantarkan mereka ke tempat tujuan dengan aman adalah fasilitas negara yang tersedia. Penguasa akan mencurahkan perhatian dengan sepenuhnya. Maka dari itu, apa pun yang berkaitan dengan ummat akan diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Dan perlu ditegaskan kembali bahwa Penguasa dalam sistem Islam juga akan menjalankan tugasnya sebagai penjaga jiwa.

Jika saja pemerintah menggunakan sistem pemerintahan Islam, maka otomatis ketakwaan akan terwujud mulai dari jenjang keluarga, masyarakat, dan negara. Dengan kata lain, masyarakat dan pemerintah sama-sama takwa. Sehingga, masyarakat menaati kebijakan pemerintah yang sesuai syariat dan pemerintah pun menjalankan pemerintahan untuk mengharap ridha Allah Swt. yang berarti berujung kemaslahatan masyarakat.

Maka jelaslah sudah, hanya dengan sistem Islam manusia akan sejahtera. Hanya dalam penerapan sistem Islam, kaum muslim akan mendapatkan kejayaan. Maka tingginya angka kriminalitas, pelecehan, penghinaan agama, polemik anggaran dan banyak lagi, merupakan hasil dari sistem warisan penjajah yang masih diterapkan sampai saat ini. Maka, tidak wajar jika kita masih betah berlama-lama dalam sistem ini.

Seharusnya, kita bersegera untuk kembali pada penerapan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Semoga Allah menguatkan kita untuk bersungguh-sungguh memperjuangkan penerapan syariat-Nya.

Wallohu a’lam bishawab.

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar