Oleh: Fatimah Abdul ( Pemerhati Sosial Dan Generasi )
Sungguh mengejutkan, dilansir dari laman berita tirto.id hasil survey nasional
lembaga Indonesia Political Opinion (IPO) menyebutkan bahwa kondisi politik
saat ini di Indonesia tidak begitu buruk. Sebesar 42% responden menilai kondisi
politik hari ini baik, 1% menilai sangat baik. Kemudian, masih dalam
survey yang sama menyebutkan bahwa sebesar 79% responden menilai kondisi
politik pada hari ini tidaklah berdampak apa-apa ke kehidupan mereka. Lima persen
sisanya menilai sangat tidak berdampak.
Pernahkan rakyat berpikir mengapa atau bagaimana bisa politik tidak berdampak
pada kehidupan mereka? Padahal politik adalah aktivitas untuk memilih pemimpin
yang sejatinya bertugas untuk mengurus negara dan rakyatnya? Sungguh ini
tidaklah masuk logika.
Lantas apa fungsi penguasa bila tidak memberikan pengaruh dalam kehidupan
rakyatnya. Tunggu dulu! Jangan-jangan survey yang dilakukan hanya untuk rakyat
kecil atau rakyat biasa saja, karena nyatanya politik itu berpengaruh sangat
besar dalam kehidupan banyak sekali para penguasa dan pengusaha. Mereka
memiliki harta kekayaan yang luar biasa banyak. Kendaraan super mewah serta
rumah besar indah bertingkat. Politik memberikan privilege yang luar biasa pada
mereka dan anak-anaknya serta para kerabatnya.
Bisa dikatakan bahwasanya saat ini rakyat tidak terurus atau bisa jadi tidak
diurus. Harusnya apabila aktivitas politik berjalan dengan semestinya (yaitu
memilih para pemimpin ataupun pejabat yang mengurusi rakyatnya) maka rakyat
harusnya sudah sejahtera bukannya justru malah merana.
Inilah bukti buruknya sistem pemerintahan demokrasi kapitalis yang mana
kekuasaan ada pada pemilik modal saja.
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang memilih pemimpin melalui pemilu.
Pelaksanaan pemilu membutuhkan biaya yang sangat fantastis. Tahun ini saja
rencana anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan pemilu kurang lebih mencapai
sebesar Rp 25,01 triliun yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).
Untuk calon pemimpin sendiri tentu membutuhkan biaya yang banyak untuk
kampanye. Bila tidak memiliki biaya dalam memuluskan hasratnya, maka
diperlukanlah deal dengan para pemilik modal untuk membantu mengangkat calon
tersebut ke kursi jabatan, (tentu dengan iming-iming imbalan). Biasanya imbalan
berupa jabatan atau regulasi yang memudahkan proses suatu perusahaan untuk
melakukan aktivitasnya. Akhirnya, para pejabat ini sibuk dengan aktivitasnya
sendiri demi harta sehingga rakyat diabaikan. Pejabat yang seharusnya fokus
mengelola harta kekayaan negara justru menggadaikannya kepada asing,
menyerahkan pengelolaan aset negara kepada swasta sehingga hasil yang diterima
rakyat sangatlah kecil dan tidak tersalurkan dengan baik dan merata atau adil.
Itulah sebabnya rakyat tidak bisa merasakan dampak apapun dari keberadaan
politik dan pejabat negara beserta aktivitasnya.
Bertolak belakang dengan sistem pemerintahan Islam/Khilafah. Politik dalam
Islam adalah meriayah umat. Islam menempatkan pemimpin sebagai pengurus urusan
rakyat. Seorang Khalifah bertanggung jawab atas kelangsungan hidup umatnya
melalui penerapan hukum Syariat. Khilafah adalah jalan/metode dalam menegakkan
hukum-hukum Allah SWT. Hukum Allah SWT adalah yang terbaik oleh karenanya tidak
akan didapati aturan-aturan yang kontradiksi. Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman:
اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا
لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?"
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 50)
Hukum tidak dapat dibeli, tidak ada budaya korupsi, penyalahgunaan jabatan dan
sejenisnya. Para pejabat akan merasa takut berbuat yang demikian karena rasa
takut akan azab Allah SWT yang akan ditimpakan atas perlakuan buruk selama
menjabat/memimpin. Sedikit kesalahan pasti akan dipertanyakan dan dimintai
pertanggung jawaban meskipun "hanya" seekor keledai yang mati terperosok akibat
jalan yang rusak. Maka, hukum Syariat Islam akan benar-benar melahirkan
pemimpin yang amanah dan taat kepada Allah SWT. Wallahua'lam bishawab. []
Note: Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar