Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Ketika Flexing Menyapa Remaja

Sabtu, 15 April 2023



Oleh: Arin RM

Flexing sedang menjadi trend. Bukan di kalangan publik figur yang memang sarat dengan glamornya harta benda, melainkan turut menyapa dunia di luar mereka. Yup, dunia remaja tak luput dari sapaan aksi unjuk kekayaan, show up kepemilikan atas dalih mengapresiasi hasil kerja keras.

Pergeseran arus flexing di luar kalangan selebritis disinyalir sebagai sisi negatif dari kemajuan teknologi. Dengan semakin mudahnya akses ke dunia maya, sosial media berkembang begitu pesat. Jenisnya semakin beragam, dan penggunanya turut mengalami kenaikan.

Postingan atau unggahan setiap hari seakan tak berjeda. Level flexingnya pun beraneka aspek. Dan nyatanya kendati itu bagian dari pamer, peminatnya tetap banyak. Terbukti beberapa konten flexing bisa bertahan viral. Bahkan turut menyuntikkan gaya bicaranya ke pengguna media sosial lainnya. Dari sinilah konten flexing semakin terangkat, semakin banyak dilihat, semakin banyak ditiru, tak terkecuali oleh remaja.

Sangat disayangkan memang, sebab harta benda dan segala kemewahan dunia pada dasarnya adalah titipan dari Zat Maha Kaya yang menciptakan manusia. Kendati ada usaha untuk mendapatkannya, namun semuanya adalah sebatas kadar rizki yang telah dituliskan jatahnya. Artinya, dengan atau tanpa ditunjukkan sekalipun apa yang seharusnya menjadi bagian kita pasti akan dimiliki, yang tidak ya tidak akan sampai. Sehingga tak seharusnya membuat orang lain sibuk kepingin apa yang belum dimiliki atau sibuk menginginkan apa yang dimiliki orang lain.

Selayaknya, kepemilikan apapun harus disertai rasa terhubung pada Sang Pemberi Rizki. Supaya setiap bertambahnya kenikmatan tidak hanya dibingungkan dengan bagaimana memerkannya. Melainkan sibuk memikirkan bagaimana caranya setiap harta dan kenikmatan saat ini bisa menjadi "aset investasi abadi" yang akan memberikan manfaat di kehidupan akhirat kelak.

Jika ini yang dipikirkan, maka tak akan dijumpai perbuatan membanggakan diri atas apa yang dicapai. Sebab berbangga diri dengan maksud menginginkan pengakuan hebat dari makhluk adalah hal yang dilarang dalam Islam. Oleh karena itu memang sudah selayaknya remaja tak ikut-ikutan akan tren kekinian yang sebenarnya tidak mendatangkan manfaat akhirat.

Pun, andaikan remaja memahami Islam lebih jauh, mereka akan memahami bahwa cara untuk menunjukkan jati diri, menunjukkan eksistensi agar diakui bukan dengan cara flexing. Allah yang menciptakan manusia berserta nalurinya, juga lengkap menyiapkan panduan bagaimana naluri tersebut dapat dipenuhi dengan baik, tanpa menyisakan dosa. Memang setiap orang berhak bahagia atas capaianya, namun caranya tidak selalu pamer harta.

Terlebih jika pemahaman Islam akan kebahagiaan dimiliki, maka dapat dipastikan bahwa standar bahagia bukan dengan bergelimangnya harta, terkenalnya diri, ataupun terpenuhinya semua keinginan. Bahagia hakiki adalah ketika ridla Allah didapatkan, yang salah satu tandanya adalah dimudahkannya melakukan kebaikan demi kebaikan. Semakin berbuat baik, semakin ingin mengulangi lagi, semakin ingin lebih baik lagi dengan tulus, tanpa menginginkan kekaguman dari sesama manusia.

Pemahaman mendalam tentang Islam di kalangan remaja juga akan mengantarkannya pada kesadaran bahwa salah satu fase hidup yang dijalani manusia akan sampai pada fase penghisaban atas segala hal. Tak terkecuali penghisaban atas harta dan amal perbuatan. Dan khusus harta, kelak akan ditanyakan dari mana diperoleh serta untuk apa habis digunakan. Dengan pemahaman ini, maka setiap remaja niscaya akan hati-hati berbuat agar tidak berat kelak di akhirat. Pun soal harta, akan peduli halal dan berkahnya dibandingkan banyak dan gayanya. Hidup dijalankan sebaik-baiknya, gaya sederhana dan bersahaja, namun urusan akhirat dipersiapkan sebaik-baiknya, sebagaimana yang Rasulullah contohkan.

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Sumber gambar: http://recode.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar