Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Derita Palestina Tiada Henti Islam Solusi Hakiki

Sabtu, 15 April 2023


Oleh: Tri S, S.Si


Konflik lama yang tak terselesaikan terus berulang, konflik Palestina dan Israel. Dunia pun bergeming, tak ada aksi nyata dari para pemimpin di berbagai belahan dunia, terutama negara-negara muslim. Bungkam, sibuk dengan urusan dapurnya. Padahal, saudaranya tengah diluluhlantakkan oleh Israel laknatullah. Paling banter, sekadar kecaman yang minus aksi nyata.


Tanah Palestina sudah bertahun-tahun direbut oleh Israel di antaranya Tepi Barat, Yerusalem Timur, Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan di Suriah, dan Semenanjung Sinai di Mesir. Seluruh wilayah ini direbut dalam kurun waktu enam hari dalam perang yang dikenal sebagai Perang 1967 atau Perang Juni. Dilansir Al Jazeera, dikutip dari detik.com, hingga kini perang selama enam hari itu disebut juga sebagai Hari Naksa yang berarti 'Hari Kemunduran'. Naksa adalah kelanjutan peristiwa besar pada tahun 1948, yang 'membuka jalan' bagi Perang 1967. Sebab di tahun 1948, pasukan Israel melakukan serangkaian serangan berujung pembersihan etnis Palestina yang disebut sebagai Hari Nakba. Demi menjalankan misi untuk menciptakan 'Negara Yahudi', pasukan Zionis mengusir sekitar 750 ribu warga Palestina dari tanah air mereka dan menghancurkan wilayah-wilayah Palestina.


Parahnya lagi, di bulan Ramadhan mulia ini Israel kembali membuat ulah. Serangan pada Senin (10/4) itu terjadi di tengah gelombang kekerasan dalam konflik Israel-Palestina dalam beberapa hari terakhir. Dilansir kantor berita AFP, Senin (10/4/2023), Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan bahwa Mohammed Fayez Balhan (15) tewas setelah ditembak tentara Israel di bagian kepala, dada dan perut".


Kondisi ini tentu sangat melukai umat Islam. Keberingasan Israel bahkan di bulan Ramadhan bukan sekali dua kali. Sehingga sangat aneh, jika ada umat Islam bahkan pemimpin umat Islam masih mau bekerjasama dan menerima Israel. Padahal sudah jelas sekali bagaimana track record Israel sebagai bangsa penjajah. Kecaman demi kecaman datang dari para pemimpin negeri-negeri Islam yang membela Palestina. Sama sekali tidak membuat Israel takut untuk mengulangi agresi mereka. Malah makin menjadi-jadi.


Negara Zionis Israel paham bahwa para pemimpin Dunia Islam hanya berhenti dalam kecaman. Mereka tidak akan bergerak lebih dari itu, apalagi hingga mengangkat senjata membebaskan Palestina dari penindasan mereka. Para pemimpin negeri-negeri Islam telah mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan oleh Allah dan kaum Muslim untuk melindungi agama dan jiwa umat. Mereka lupa dengan firman Allah SWT: 

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul serta jangan pula kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian tahu" (TQS al-Anfal [8]: 27).


Justru para pemimpin itu berupaya untuk menormalisasi hubungan mereka dengan zionis itu. Sangat jelas sekali kecaman mereka hanya sebatas retorika. Kita tidak bisa berharap lebih. Israel adalah negara harbi fi'lan yang jelas-jelas memerangi umat Islam. Haram bagi kita untuk memiliki hubungan diplomatik dengan mereka. Permusuhan mereka sudah sangat terang-terangan di depan mata, tidak butuh bukti apapun lagi.
 

Ketidak tegasan sikap pemimpin negeri-negeri Islam adalah angin segar bagi Israel. Kebiadabannya akan semakin menjadi. Umat Islam Palestina butuh kejelasan, butuh aksi nyata, bukan sekedar aksi sosial tapi jelas aksi angkat senjata membebaskan mereka dari penjajah Israel.


74 tahun berlalu, negara-negara muslim hanya jadi penonton atas kekejaman Israel terhadap Palestina. Diamnya negara-negara kaum muslim atas kekejian ini karena memiliki ketergantungan sangat tinggi terhadap AS. Sehingga, Palestina tidak memiliki dukungan politik dan strategi perjuangan yang kuat layaknya Israel.


Kondisi ini akan terus berlanjut hingga ada kekuatan politik yang seimbang yang mampu melepaskan Palestina dari jajahan Israel dan terlepasnya negara-negara kaum muslim dari ketiak Amerika. Negara Arab yang posisinya dekat dengan Palestina pun sama kondisinya, tak ada taring untuk menggigit. Lihat saja bagaimana Liga Arab bekerja, yang tujuan pembentukannya untuk mencegah negara Yahudi eksis di Palestina, justru tak memiliki peran signifikan dalam upaya pembebasan Palestina.
Selagi AS menjadi negara superpower dan negara-negara kaum muslim memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap AS, maka Israel tak akan angkat kaki dari Palestina sedikit pun. Bahkan, bisa jadi perlahan Palestina sepenuhnya dikuasai Israel laknatullah.


Eksistensi Israel atas Palestina sejatinya bisa lenyap jika ada negara superpower yang posisi politiknya bisa setara dengan AS, bahkan lebih. Hanya saja, itu tidak akan teraih selama negara-negara kaum muslim masih berpijak pada asas yang diemban AS, Kapitalisme-Sekularisme. 



Dari sinilah urgensinya sebuah negara berpijak pada ideologi yang jelas dan benar. Ideologi tersebut tak lain bersumber dari wahyu, yakni Islam. Tidakkah cukup keheroikan Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al-Ayyubi jadi potret kegemilangan peradaban Islam melahirkan pribadi-pribadi pembebas yang memerdekakan Palestina? Mereka terbentuk karena Islam telah terinternalisasi dalam pribadi-pribadi kaum muslim kala itu. Semangat dakwah dan jihad jadi orientasi hidup mereka.


Hakikatnya, Israel tak mengenal bahasa damai. Israel hanya mengenal bahasa jihad. Jihad yang akan menggentarkan musuh-musuh Islam dan menjaga izzah kaum muslimin. Pengusiran Israel dari tanah Palestina tak lain hanya bisa dilakukan dengan mengirimkan militer di bawah payung jihad dan ini hanya akan terjadi jika seluruh negara kaum muslim bersatu di bawah satu payung yang sama, berpijak pada satu asas yang sama yakni Islam dalam bingkai institusi Khilafah Islamiyyah. Wallahu a’lam bi ash-shawwab.

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar