Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Akar Masalah Kekerasan Pada Generasi

Sabtu, 15 April 2023



Oleh: Rinica M

(2/3) Kekerasan berkedok perang sarung jelas menambah daftar panjang kerusakan akibat perbuatan yang salah di sebagian generasi. Sebagaimana diketahui bersama, kekerasan bukanlah satu-satunya persoalan yang menunjukkan betapa tipisnya rasa kemanusiaan generasi saat ini. 

Ada kerusakan non kekerasan yang juga menyumbang peliknya persoalan negatif generasi. Narkoba, putus sekolah, bullying, arus flexing, hedonisme masih sering dijumpai. Bahkan soal zina dan segala akibatnya belum kunjung tuntas terselesaikan. Parahnya terkait pergaulan bebas ini pun turut memanfaatkan momen Ramadan dengan modus ibadah bersama.

Sampai-sampai Maratua Simanjuntak mengatakan MUI Sumut sebenarnya telah mengeluarkan Fatwa Nomor : 02/KF/MUl-SU/V/2017 tentang Tradisi Asmara Subuh saat Ramadan. MUI memfatwakan Tradisi Asmara Subuh yang merupakan berkumpulnya antara laki laki dan perempuan yang bukan muhrim secara bebas pada pagi hari di bulan Ramadan adalah haram. "Tradisi Asmara Subuh sebagaimana dimaksud hukumnya haram. Karena itu, MUI Sumut mengimbau kepada masyarakat khususnya generasi muda untuk tidak melakukan Asmara Subuh tersebut agar ibadah puasa yang dilakukan tidak dirusak dengan kegiatan-kegiatan yang melanggar syariat," ujarnya. [4].

Di luar itu, persoalan generasi yang rapuh tak kunjung menemukan solusi. Generasi strawberry masih lazim dijumpai. Potensi militan yang seharusnya diberdayakan untuk sebaik-baiknya menyiapkan diri sebagai agent of change justru terbajak over fantasy atau depresi lantaran menganggap beban hidup yang berat dan menimpa secara bertubi-tubi. 

Semua persoalan ini menampakkan betapa kompleks dan rumitnya problematika yang tengah di alami sebagian generasi. Level yang sudah seperti ini tentunya membutuhkan penyelesaian dengan segera, sebuah penyelesaian menyeluruh yang menyentuh akar masalah penyebab persoalan secara mendasar. 

Apabila dicermati dengan seksama, maka akan didapatkan akar masalah yang membelenggu generasi secara umum, di antaranya:
1. Banyak yang belum mengenali jati dirinya, akibatnya terjadi kebingungan dalam menentukan “siapa saya, saya ini ada karena apa, apa konsekuensinya bagi diri dan hidup saya?”. Hal ini memberi sumbangan besar bagi pilihan sikap yang diambil. Jika setiap generasi sadar bahwa dirinya adalah makhluk yang diciptakan Allah, maka dia akan berusaha untuk menjadi yang terbaik versi penciptanya. Dia akan berusaha mencari tahu apa yang menjadi konsekuensi dari diciptakan, sehingga akan berusaha mengenal Zat Yang Menciptakan dan sungguh-sungguh berbuat terbaik sesuai misi penciptaan.
2. Belum tahu arah hidupnya. Hal ini merupakan turunan dari krisis jati diri yang membuat generasi insecure dan pada akhirnya lebih memilih mengikuti arus dari luar. Akibatnya standar kebaikan mereka bukan lagi Ridha tidaknya Allah, melainkan kekinian atau ketinggalan.
3. Tidak memahami bahwa kematian bukanlah final dari persoalan duniawi. Sehingga ketika hidup di dunia merasa bebas berulah sembari lupa bahwa kelak ada fase penghisaban yang menjadi momen pertanggungjawaban semua perbuatan.

Semuanya menandakan bahwa ada yang kering dari sisi ruhiyahnya. Ketika akidah tidak tertanamkan dengan kokoh, maka profil generasi yang seharusnya dimaksimalkan potensinya justru tidak muncul sama sekali. Akibatnya standar capaian kepribadian menjadi lemah, terlebih ketika kepribadian itu tidak disandarkan pada batasan Islam. Disambiguitas kepribadian ini pada akhirnya menjadikan pandangan dan jalan hidup menjadi kacau. Hidup mulia tidak lagi dinilai dari ketakwaan, sehingga status mulia tidak lagi dikejar dengan ketaatan pada agama. (Bersambung 3/3)

Referensi:
4. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230319012029-20-926817/mui-sumut-larang-asmara-subuh-dan-petasan-saat-ramadan-hukumnya-haram

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com
Sumber gambar: jabar.genpi.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar