Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Sistem Rusak Lahirkan Generasi nir-Akhlak

Senin, 13 Maret 2023




Oleh: Nur Faktul ( Pemerhati Sosial Dan Generasi )

Pada saat ini kenakalan pada generasi muda bukan lagi hal remeh yang cukup di pandang sebelah mata. Kenakalan yang sudah mencapai tahap kekerasan fisik sampai merenggut nyawa dan kehormatan harusnya segera di seriusi agar mampu terselesaikan hingga akarnya. Misalnya saja baru-baru ini kasus penganiayaan anak pejabat pajak Mario Dandy Satriyo, terhadap putra petinggi GP Ansor Jonathan Latumahina, David.
Penganiayaan secara brutal oleh Mario ini terjadi di sebuah perumahan di Pesanggarahan, Jakarta Selatan, Senin (20/2) sekitar pukul 20.30 WIB. (Dikutip dari www.cnnindonesia.com). Hal ini cukup menghebohkan publik sebab korban sampai mengalami koma, terlebih lagi dilakukan oleh seorang anak pejabat.

Jika ditelisik lebih jauh lagi, kasus serupa bukanlah hal sulit ditemukan dalam masyarakat sekuler hari ini. Banyak kasus kekerasan seperti bullying hingga tawuran yang dilakukan oleh generasi muda namun acapkali terlupakan begitu saja. Seolah perilaku seperti itu adalah hal yang wajar. Sehingga tidak butuh penanganan serius dari negara. Logikanya jika ada pelaku maka cukup diberi sanksi sekedarnya dan diberi arahan sekenanya. Bahkan, setingkat anak SD saja ada yang sudah menjadi pelaku bullying hingga melakukan pelecehan seksual kepada teman sebayanya. Bukankah ini menjadi bukti bahwa generasi muda saat ini sudah sakit parah, mereka butuh solusi efektif agar mampu menjadi penerus bangsa.

Rusaknya akhlak pada generasi muda merupakan hasil dari penerapan sistem sekuler di negeri ini. Mengapa bisa dikatakan demikian? Sebab pada sistem ini kebebasan dalam berbagai aspek membuat segalanya disesuaikan oleh banyak kepentingan manusia. Seseorang bebas menyebarkan konten-konten sampah yang mempengaruhi perkembangan mental generasi saat ini. Ditambah minimnya pendidikan agama membuat pemuda tak lagi mengenal akhlak yang baik dan buruk serta benar salah yang semakin bias. Secara kasat mata problem generasi hanyalah persoalan individu dan keluarga terutama orang tua. Benar memang, orang tua yang mampu mendidik anaknya tentu tidak akan membiarkan anak-anaknya sampai berbuat yang demikian. Namun, masalahnya ada berapa banyak keluarga atau orang tua yang mampu 24 jam mengawasi dan mendidik ketat anaknya? Tentu tidak semuanya. Dengan demikian peran masyarakat dan juga negara sangat diperlukan untuk membentuk generasi yang cemerlang.

Sebagai seorang muslim sudah seharusnya ketika mendapati masalah kehidupan segera menengok bagaimana Islam memberikan solusi. Islam akan menerapkan sistem pendidikan Islam dalam rangka menghasilkan generasi berkepribadian Islam sekaligus calon pemimpin peradaban. Negara akan mengontrol media agar hanya menayangkan konten-konten bermanfaat penunjang pendidikan. Pada saat yang sama dalam sistem Islam akan menerapkan sanksi secara tegas dan membuat jera para pelaku kekerasan. Islam juga akan menjamin kesejahteraan ekonomi keluarga sehingga para orang tua bisa fokus memberikan dan memberikan pendidikan terbaik untuk anaknya. Tentu hal ini juga berbanding lurus dengan murahnya biaya pendidikan. Masyarakat juga akan terdorong untuk saling menasehati sehingga generasi muda tidak lagi mudah terbawa arus kerusakan. Namun, sayangnya hal ini hanya akan terjadi bila sistem Islam di terapkan dalam tatanan negara. Maka berharap problem ini usai dalam sistem sekuler saat ini hanyalah mimpi. Sudah saatnya umat Islam bangkit taraf berfikirnya, bahwasanya sistem Islamlah yang mampu mengatasi segala problem kompleks yang tengah kita hadapi. Wallahu a'lam bi shawab.

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar