Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Stunting dan Bonus Demografi

Senin, 20 Februari 2023



Oleh : Mutia Syarif

Indonesia dikabarkan akan mendapatkan bonus demografi pada 100 tahun kemerdekaannya. Tentu saja hal ini merupakan sebuah anugrah bagi sebuah bangsa.  Bonus demografi merupakan suatu keadaan penduduk yang masuk dalam usia produktif jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Banyaknya penduduk pada usia produktif, jika diarahkan secara tepat maka akan menjadi kekuatan bangsa tersebut.

Namun, disisi lain, generasi sekarang masih dihantui oleh stunting yang hingga kini masih belum teratasi secara tuntas. Dalam hal ini, menurut World Health Organization (WHO), masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap buruk jika prevalensi stunting lebih dari 20 persen.

Padahal generasi sekarang inilah yang akan menjadi pemimpin dimasa depan. Seperti yang diketahui, stunting pada anak akan memengaruhi banyak hal. Pertumbuhan anak yang pernah terkena stunting akan berbeda dengan anak sehat lainnya. Tinggi badannya akan ada dibawah rata-rata, begitupun pertumbuhan IQ nya. Stunting dinilai akan mengancam bonus demografi Indonesia yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2045.

Dengan kata lain, puncak bonus demografi di Indonesia pada 2045 terancam terbuang sia-sia jika target penurunan stunting belum tercapai. Hal itu dikemukakakn oleh pakar ilmu gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Prof Dr Razak Thaha pada Rakerda Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Sulawesi Selatan 2022 di Makassar, Rabu (16/3/2022).

Alih-alih menjadi sebuah hal yang mengintungkan, bonus demografi tersebut akan menjadi beban negara.

Pemerintah perlu mencari tahu akar permasalahan stunting dan mengatasinya hingga tuntas. Akar masalah stunting adalah bukan hanya persoalan administrasi. Namun penyebab sebenarnya adalah kemiskinan struktural akibat penerapan sistem kapitalisme. Dalam sistem ini, masyarakat sulit sejahtera. Bagi rakyat yang berpenghasilan rendah, akan sulit memperoleh bahan pangan bergizi yang kian hari kian tak terjangkau harganya. Beban rakyat semakin sulit. Ditambah lagi, periayah rakyat, yakni pemerintah, menganggap rakyat sebagai konsumen. Secara tidak langsung pemerintah berlepas tangan dalam mengurusi rakyatnya. Akibatnya, rakyat miskin banyak melahirkan generasi stunting. Yang mana memiliki IQ rendah dan fisik yang lemah.

Indonesia akan tetap memiliki generasi ber-IQ rendah dan fisik yang lemah jika tidak melepaskan diri dari belenggu sistem kapitalisme. Dalam sistem ini, kesejahteraan hanyalah milik para pemilik modal. Kesenjangan sosial akan semakin menganga. Si kaya semakin kaya, dan si miskin semakin miskin. Hal ini tentu berbeda dengan sistem Islam. Dalam islam, pemerintah adalah periayah rakyatnya. Sehingga kesejahteraan rakyat menjadi salah satu tujuan utama dalam pengurusan rakyat.

Negara akan mengelola sumber daya alam sendiri. Sehingga hasil dari pengelolaan tersebut dapat disalurkan langsung kepada rakyat. Negara akan memastikan tak ada satupun rakyat yang kekurangan pangan dan kurang gizi. Sehingga permasalahan stunting dapat teratasi secara tuntas. Didukung pula dengan sistem pendidikan Islam. Maka hal tersebut akan mencetak generasi cemerlang dengan akidah yang kuat, fisik yang kuat, cerdas dan berakhlak mulia. Dengan hal ini, maka bonus demografi yang akan datang, akan menjadi sebuah kekuatan bagi negara. Karena generasi penerusnya kuat dan cerdas.

Wallahu'alam


Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar