Oleh: Japti Ardiani
Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menyongsong harapan dan peluang yang baru di 2023 untuk menuju Indonesia yang maju. Penggalan kalimat ini ditulis Jokowi sebagai ucapan selamat tahun baru di akun Twitter resminya @jokowi. "Apa yang patut kita kenang dari 2022 yang segera kita tinggalkan? Banyak. Ada yang menggembirakan, tidak sedikit pula yang kurang menyenangkan,” tulis Jokowi (mediaIndonesia.com, 1 Januari 2023).
Bila mengutip pernyataan Bapak Presiden bisa dikatakan bahwa selama tahun 2022 yang banyak terjadi adalah hal yang menyedihkan, banyak kejadian-kejadian dan kebijakan-kebijakan yang sangat miris untuk di ingat. Melihat kasus-kasus yang banyak terjadi pada tahun 2022 dan dengan cara penyelesaian yang dilakukan, apakah hal itu menunjukkan bahwa permasalahan yang ada sudah terselesaikan?
Pasalnya, setidaknya dalam setahun terakhir ini, kondisi negeri ini seperti jalan di tempat seperti tidak ada perbaikan. Berbagai keterpurukan masih dialami dan dirasakan oleh bangsa ini. Angka kemiskinan dan pengangguran masih tinggi. Angka kriminalitas masih terus meningkat. Bahkan ada yang dilakukan oleh aparat. Contohnya kasus pembunuhan sadis oleh Sambo dimana kasus ini Sampai tahun 2023 yang baru saja kita mulai belum juga tuntas. Contoh lainnya adalah kasus narkoba dan judi online yang bernilai triliunan rupiah, yang di antaranya juga melibatkan sejumlah oknum aparat. Dengan hal ini tingkat kepercayaan masyarakat terhadap aparat semakin berkurang.
Belum lagi kasus korupsi makin menjadi-jadi. Penistaan agama (Islam) juga makin marak. Ironisnya, para pelakunya sering dibiarkan begitu saja tanpa ditindak tegas. Kerusakan moral pun makin brutal. Salah satu contohnya adalah makin marak dan terbukanya fenomena LGBT di berbagai daerah dan semakin hari semakin tinggi tanpa henti. Kasus terorisme, yang dilakukan oleh OPM di Papua, juga makin sadis. Sudah menewaskan ratusan orang. Di antara korbannya bahkan aparat keamanan.
Mafia impor masih banyak bercokol dan tersebar di berbagai tempat. Mafia hukum dan perundang-undangan masih bergentayangan. Setelah berhasil meloloskan UU Omnibus Law yang lebih berpihak pada pemilik modal dan oligarki ketimbang berpihak kepada rakyat, mereka pun berhasil mengesahkan KUHP baru yang juga sarat dengan sejumlah pasal yang bermasalah. Salah satunya adalah pasal-pasal yang bisa membuka peluang rezim untuk bertindak makin otoriter.
Mafia peradilan juga makin terang-terangan. Bagaimana, misalnya, ada ulama divonis berat dengan tuduhan terlibat tindakan terorisme yang tidak pernah terbukti di pengadilan. Sebaliknya, banyak koruptor yang nyata-nyata merugikan negara triliunan rupiah dihukum seringan-ringannya dan saat dipenjara pun mendapatkan fasilitas mewah.
Nah itulah sebagian dari banyaknya potret permasalahan di negeri ini dan mirisnya setiap tahun hal itu terulang dan selalu terulang. Seolah-olah permasalahan yang terulang tidak ada koreksi nya. Tetapi dengan adanya permasalahan yang tiap tahun selalu berulang-ulang dan bertambah, hal itu semakin menunjukkan bagaimana Sekulerisme Kapitalisme tidak akan membawa kepada suatu kedamaian. Dengan tetap menggunakan sistem tersebut yang akan ada hanyalah permusuhan dan permasalahan.
Sekali lagi, dengan melihat kenyataan tersebut seharusnya memunculkan pertanyaan dibenak kita semua: Mengapa semua itu terjadi dan terus-menerus melanda bangsa dan negeri ini? Apa akar persoalannya? Apa pula solusinya yang mendasar dan total?
Sesungguhnya pangkal dari segala bencana, keterpurukan dan kerusakan yang melanda bangsa dan negeri ini adalah akibat dosa, kemaksiatan dan pembangkangan kita kepada Allah SWT. Allah SWT telah berfirman:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)", (TQS ar-Rum [30]: 41).
Dan salah satunya adalah dengan tetap diterapkan sistem Kapitalisme Sekularisme di negeri ini, selagi itu masih ada maka nasib bangsa ini akan tetap sama bahkan akan lebih mengerikan lagi.
Sudah saatnya kita mencari sebuah solusi atas masalah ini, dan tidak lain solusi untuk semuanya adalah dengan kembali pada Islam semata. Karena pembuat aturannya adalah Allah, Maha Segalanya. Kita harus bisa benar-benar bangkit, dan kebangkitan dari segala keterpurukan hanyalah dengan cara kita kembali pada Islam dan totalitas syariahNya bukan yang lain. Dan harus menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai rujukan hidup kita dalam semua aspek kehidupan kita. Semua ini sebagai perwujudan takwa kita kepada Allah SWT. Takwa inilah yang akan menjadikan kita mendapatkan ragam keberkahan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman:
"Andai penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan membukakan bagi mereka pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka telah mendustakan (ayat-ayat Kami). Karena itu Kami menghukum mereka karena tindakan yang mereka lakukan itu", (TQS al-A’raf [7]: 96).
Dalam ayat tersebut sudah jelas-jelas dikabarkan yang pada intinya, apabila negeri ini menggunakan aturan Allah serta beriman dan bertaqwa maka keberkahan akan senantiasa tercurahkan tanpa henti.
Wallahu a'lam bishawab.
Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar