Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Mengapa Wanprestasi Tetap Lestari? (2/3)

Sabtu, 14 Januari 2023



Oleh: U. Diar

Dari berbagai analisis, akan didapati kesimpulan bahwa faktor utama yang menyebabkan demikian rumitnya persoalan yang melingkupi generasi saat ini adalah tidak adanya kehidupan Islam, yaitu kehidupan dimana syariah Islam diterapkan secara menyeluruh.

Islam seharusnya bukan hanya sebatas dipakai untuk urusan ibadah ritual, pada seremonial pernikahan atau di upacara kematian semata. Islam seharusnya juga dijadikan acuan dalam menyiapkan pembinaan terpadu bagi para generasi.

Sebagaimana dirasakan bersama, selama ini Islam hanya dipandang sebagai pengatur urusan ibadah dan akhlak saja. Padahal sejatinya Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh, kaamilan wa syamiilan. Semua aturan ada disana, termasuk soal mendidik dan mengarahkan generasi. Dan sebenarnya kaum beriman diperintahkan untuk memasukinya secara menyeluruh.

Namun, kondisi keumuman saat ini justru menunjukkan fakta yang sebaliknya. Islam kian terasa asing lantaran sekulerisme dan kapitalisme bersimbiosis untuk memalingkan umat dari Islam. Sekularisme getol mengondisikan agar umat tidak lagi menjadikan agama sebagai rambu-rambu dalam menjalan kehidupannya. Sekulerisme sengaja membatasi penggunaan Islam hanya di ruang-ruang tertentu, sementara untuk aktivitas duniawi lebih dipercayakan kepada hasil kesepakatan sesama manusia. Padahal, apa yang dipikirkan manusia belum tentu sebaik apa yang sudah diaturkan oleh Pencipta manusia itu sendiri. Karena sehebat-hebatnya manusia sejatinya memiliki ambang batas juga.

Sedangkan kapitalisme mendidik umat agar dalam kehidupan dunia ini materi lebih diutamakan. Urusan kebahagian terpenuhi bila materi dikantongi, begitu titahnya. Bahayanya, siapapun yang terserang simbion virus tersebut, tanpa sadar akan mengesampingkan urusan agama. Memandang hidup mulia bila sudah punya harta, tahta, dan pasangan yang sedap dipandang  mata. Fokus pada urusan personal, tetapi dengan tetap kurang peduli bagaimana pengaturan agama terkait masing-masing urusan.

Sebagai akumulasinya, akan bermunculan individu-individu yang jauh dari pemahaman agamanya, dan semakin parah bila yang dijauhi adalah agama Islam. Sebab tak kenal lagi mana yang harus dikerjakan, mana yang harus ditinggalkan. Akhirnya wajar jika perintah agama tidak ditunaikan, larangan tidak ditinggalkan, hingga yang terasa dalam meyakini agama bukan lagi rahmat melainkan fasad.

Dalam Alquran surat Arruum ayat 41, Allah berfirman yang artinya “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” Terkait penjelasan ayat di atas, Abul aliyah mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah di bumi, berarati dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan. Sedangkan makna agar mereka kembali (ke jalan yang benar) bermakna agar mereka tidak lagi mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat (www.ibnukatsironline.com).
Oleh karena itu, dari sini penting untuk mengedukasi seputar larangan maksiat, bahaya, dan dampaknya kepada generasi. Risalah akhir tahun yang baru digelar adalah salah satu contoh edukasinya. Jika tokoh umat sudah disentuh, maka di masa sesudahnya menjadi tugas bersama untuk meneruskan gagasan, melanjutkan kepedulian pada generasi, agar mereka siap menjadi pemimpin umat di masa depan.

Sumber gambar: merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar