Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Melanjutkan Kepedulian Pada Generasi Calon Pemimpin Umat (1/3)

Sabtu, 14 Januari 2023



Oleh: U. Diar

Sepanjang 2022, aneka rupa potret generasi meramaikan pemberitaan di berbagai media. Ada yang menginformasikan tentang prestasi, ada juga yang mengabarkan tentang fenomena kerusakan yang tengah melanda generasi. Namun disayangkan angka pemberitaan tentang prestasi generasi belumlah mengimbangi tingginya wanprestasi.

Sebagai misal adalah hasil Survei yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kemenkes pada Oktober 2013, menemukan sebanyak 63% remaja sudah pernah melakukan hubungan seks dengan kekasihnya maupun orang sewaan dan dilakukan dalam hubungan yang belum sah. 

Sementara, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 (dilakukan per 5 tahun) mengungkapkan, sekitar 2% remaja wanita usia 15-24 tahun dan 8% remaja pria usia di usia yang sama mengaku telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah, dan 11% diantaranya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. [1]

KPAI mencatat ada 84 persen siswa di Indonesia yang pernah mengalami kekerasan di sekolah. Berdasarkan data KPAI, 40 persen siswa usia 13-15 tahun melaporkan pernah mengalami kekerasan fisik oleh teman sebaya. Sedangkan 75 persen siswa mengaku pernah melakukan kekerasan di sekolah. Selain itu, 50 persen anak melaporkan mengalami perundungan (bullying) di sekolah. Ada sebanyak 45 persen siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan menyebutkan bahwa guru atau petugas sekolah merupakan pelaku kekerasan. [2]

Generasi juga tak luput dari serangan obat terlarang. Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkapkan ada peningkatan prevalensi penyalahgunaan narkoba pada rentang usia 15 sampai 64 tahun, dari 1,80 persen di tahun 2019 menjadi 1,95 persen pada 2021. Remaja hingga mahasiswa masuk dalam kategori tersebut. [3]

Wanprestasi semakin menjadi-jadi tatkala dunia pendidikan juga sedang tidak baik-baik saja. Secara garis besar, dapat dirasakan bahwa sinyal agama makin dijauhkan dari dunia pendidikan. Pun dapat dilihat pula bahwa kurikulum sering mengalami perubahan. Terkesan para pelajar dididik untuk menjadi sosok yang lebih siap sebagai pengisi lapangan kerja, tetapi minim penanaman adab-adab luhur. Sementara, pada saat bersamaan penguatan moderasi di sekolah dinilai kian menjauhkan pelajar dari nilai-nilai Islam dan mendekatkan dengan nilai-nilai Barat.

Demikian pula kondisi pendidikan tinggi, nuansa kapitalisasi tercium kian semerbak. Tersirat kuliah sekadar dijadikan jembatan memasuki dunia kerja. Orientasi pendidikan bergeser mengikuti arahan dan kebutuhan pencapain WCU (World Class University).

Padahal,  globalisasi pendidikan berpotensi  membuka jalan bagi negara Barat untuk bisa mengontrol dunia pendidikan sesuai kepentingan mereka. Barat lebih mudah memastikan jalannya pendidikan mengikuti standar internasional. Selama pendidikan hanya berkiblat pada pendidikan Barat, akan berat untuk mencetak generasi unggul dan berkarakter pemimpin terbaik secara independen. Tentu menjadi sulit pula untuk membangun negara besar yang mampu memimpin peradaban.

Referensi:
1. https://www.kemenkopmk.go.id/seks-bebas-bertentangan-dengan-budaya-bangsa-indonesia

2.  https://nasional.tempo.co/read/1084922/hari-pendidikan-kpai-84-persen-siswa-alami-kekerasan-di-sekolah

3. https://www.inews.id/news/nasional/bnn-ungkap-penggunaan-narkoba-meningkat-di-kalangan-remaja-hingga-mahasiswa

Sumber gambar: dictio.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar