Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Bersedihlah Pada Tempatnya

Sabtu, 14 Januari 2023



Oleh: Rinica M

Kisah remaja putra yang sedih karena tertolak cintanya kembali menghebohkan media. Konon remaja ini usianya masih belasan tahun, namun ia mulai bermain cinta monyet sejak di bangku SD. Dikabarkan ia rela bolos sekolah hanya demi menemui sosok yang dicintainya yang kebetulan beda sekolah. Namun sayang, cintanya bertepuk sebelah tangan. Kesedihan tak dapat ia sembunyikan dan anehnya justru ini yang membuatnya jadi viral.

Memiliki ketertarikan kepada lawan jenis itu tidak salah, sebab pada dasarnya setiap makhluk, termasuk manusia memiliki fitrah berupa naluri kasih sayang. Naluri kasih sayang ini merupakan anugerah Allah yang melengkapi dua naluri lainnya. Yaitu naluri beragama dan naluri survivalitas/mempertahankan eksistensi diri.

Walaupun naluri ini melekat sebagai fitrah yang pasti ada pada setiap orang, bukan berarti ia bebas diekspresikan ala konsep liberal Barat. Justru karena fitrah ini anugerah dari Zat Yang Maha Tahu akan manusia, maka pengendalian naluri ini sesungguhnya juga harus tunduk pada bagaimana Zat Maha Mulia mengatur dan mengarahkan.

Pengeskpresian naluri kasih sayang ini tidak terbatas pada soal laki-laki dan perempuan semata. Tak melulu berwujud kasmaran antara lawan jenis. Naluri kasih sayang ini bisa nampak pada bagaimana perlakuan baik orang tua ke anak, perlakuan hormat anak kepada orang yang lebih tua, rasa saling menghargai dan merawat ciptaan Allah lainnya, rasa simpati dan empati pada yang berbeda nasib dll.

Jika harus dilarikan pada urusan cinta pada lawan jenis, maka haruslah di penuhi syaratnya. Tidak bisa sembarangan asal bahagia, tabrak aturan Allah hanya karena mengedepankan hak semata. Bila baligh telah dilalui, lalu muncul rasa cinta pada lawan jenis, satu-satunya jalan adalah dengan melakukan pernikahan. Dan untuk ini, harus disiapkan kemampuan. Baik kemampuan ilmu terkait rumah tangga dan kewajiban masing-masing, kemampuan fisik dan mental, juga termasuk kemampuan finansial.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: "Saya belum pernah melihat solusi untuk dua orang yang saling jatuh cinta, selain nikah" (HR. Ibnu Majah 1847, Mushannaf Ibn Abi Syaibah 15915 dan dishahihkan Al-Albani).

Maka tatkala segala kesiapan dan kemampuan dikantongi, silahkan menyalurkan naluri kasih sayang melalui jalur pernikahan. Jika belum memenuhi kemampuan bagaimana? Alihkan dulu pada optimalisasi dua naluri lainnya. Ketika yang satu melemah, dua naluri lain dapat dikuatkan.

Dalam hadis dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Wahai para pemuda, siapa diantara kalian yang sudah mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah akan lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa yang tidak mampu, hendaknya dia berpuasa. Karena itu bisa menjadi tameng syahwat baginya.” (HR. Bukhari 5065 dan Muslim 1400).

Sehingga bila dari sisi kedewasaan saja belum cukup, maka alangkah baiknya jika kesempatan masa muda digunakan untuk menguatkan naluri agama misalnya. Dan justru dengan kuatnya naluri agama, maka kecenderungan untuk mencintai agama semakin baik, kecenderungan untuk semakin mengenal dan taat ada aturan Zat Yang Maha Tahu semakin baik.

Dengan kuatnya naluri agama, kesibukan yang mewarnai keseharian remaja akan benar-benar tersalurkan pada kesibukan yang membawa manfaat dunia akhirat. Dengan kenal agama, mereka akan menjadikan tolak ukur aktivitas nya pada Ridha Allah semata. 

Kalaupun harus sedih, maka sedihnya level tinggi, bukan sekadar sedih karena bujukan syahwat salah tempat. Sedih orang yang kenal agama akan melahirkan kepedulian atas dorongan iman dan ilmu, layaknya Shalahuddin al Ayyubi yang jarang senyum lantaran sedih memikirkan nasib umat Islam yang terdzalimi di Baitul Maqdis.

Kesedihan seperti Shalahuddin itulah contoh kesedihan pada tempatnya, galau karena berkaitan dengan persoalan agama. Resah karena ada problema yang bersinggungan dengan iman dan Islamnya. Oleh karena itu, penting mendekatkan remaja dengan Islam secara rutin dan intensif. Agar mereka paham, agar tahu kapan harus mengejar naluri kasih sayang, agar mereka tahu kapan dan bagaimana kesedihan harus ditempatkan. []

Sumber gambar: karyapemuda.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar