Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Jika Pemuda Tak Paham Agama, Apa Jadinya?

Kamis, 15 Desember 2022




Oleh: Rinica M

Keyakinan akan adanya peran pemuda sebagai agen perubahan masih melekat di masyarakat. Potensi pemuda dengan segenap nilai positifnya dipandang sebagai kekuatan strategis untuk mengawal perubahan. Harapan besar disandarkan kepada mereka, untuk melanjutkan estafet peradaban sekaligus menyelesaikan persoalan kehidupan yang kian beragam.

Hanya saja, fenomena kekinian menunjukkan fakta yang sebaliknya. Pemuda yang digadang sebagai harapan kebaikan justru terseret arus sekuler global. Pengaruhnya secara tidak disadari mulai melumpuhkan potensi pemuda, terutama yang muslim. Pemuda yang seharusnya menghabiskan usia mudanya dengan ilmu justru terenggut waktunya untuk mengejar modernitas ala tatanan sekuler.

Kesempatan muda dihabiskan untuk mencoba hal-hal baru yang ditawarkan hedonis, disibukkan mengumpulkan dunia yang diiming-imingkan materialis, disesaki angan-angan semu yang tidak jauh dari food, fashion, and fun. Di satu sisi pelan tapi pasti nilai keislaman mulai dijauhkan dari pemuda muslim. Jika ada yang berupaya menggunakan identitas Islam, maka ia harus bersiap dianggap 'asing' oleh pandangan modernitas tadi. Bahkan tak sedikit yang distigma tanpa melihat kesesuaian realita.

Akibatnya identitas keislaman mulai dijauhi pemuda. Betapa bangganya mereka yang mengenal artis dunia, mengikuti gaya hidup mereka. Ironisnya ada yang justru tidak mengenal dekat sosok Nabi ataupun shahabat. Lebih mirisnya, banyak yang kemudian tidak mengetahui apa yang diajarkan dan diwariskan Nabi Muhammad. Hingga gaya hidup hingga visi masa depannya tidak selaras dengan ajaran yang Nabi tuntunkan. Inilah disorientasi tujuan hidup yang jarang disadari.

Tanpa mengenal agama, sulit membedakan mana kebenaran hakiki yang harus diikuti dan mana kebenaran semua yang hanya menawarkan "kebanggaan" sebatas keseruan atau kekinian. Tanpa bimbingan agama, perbuatan akan jauh dari tuntunan syariat. Tanpa memahami agungnya agama, akan hilang kecintaan pada risalah luhur. Hingga akhirnya tak kenal syariat, tak minat menyebarkan, dan tanpa sadar mengambil pilihan menentang penerapan syariat.

Jauhnya pemuda dari agama membuat mereka tidak mengetahui apa hakikat Islam sesungguhnya. Mereka kadang mudah dijebak dengan degradasi nilai syariat hanya dengan embel-embel 'Islam atau Islami'. Pemuda yang seharusnya menjadi filter penangkal serangan terhadap nilai-nilai dalam keyakinannya justru rawan dibajak untuk dijadikan agen penentang ajaran agamanya sendiri. Mereka bangga dengan ajaran toxic sekuler, tapi benci dengan aturan yang terpancar dari keyakinannya.

Inilah mengapa, sudah saatnya pemuda muslim dikembalikan kesadarannya. Mereka perlu dibuat move on dari kelamnya sekuler. Tujuan hidup mereka harus disorientasikan kembali untuk mencari ridha ilahi. Mereka harus dibuat bangga dengan Islam, hingga merekalah yang nantinya akan menggerakkan perubahan dengan visi misi syiar Islam yang kokoh. Sebab demikianlah Rasulullah mencetak pemuda di masa itu, menjadi agen perubahan ke arah Islam, bukan mengikuti jebakan materi  zaman jahiliyah.

Pemuda di zaman Rasul senantiasa dibina dengan Islam. Rumah Arqam bin Abi Arqam menjadi saksi bisu bagaimana jiwa muda digembleng. Iman shahabat dikokohkan, ketaatan kepada syariat ditekankan, kepribadian mereka dicetak menjadi sosok yang mencerminkan agungnya ajaran Islam. Hingga kualitas keimanannya tidak diragukan, mereka siap dengan segala konsekuensi ketika menyebarkan syiar Islam.

Hasilnya pemuda dari kalangan shahabat memiliki daya ketangguhan untuk menghadapi serangan jahiliyah. Dengan pahamnya mereka atas Islam, mereka jadi mampu mewarnai masyarakat. Menggeser nilai-nilai kufur ke arah diterapkannya nilai-nilai Islam secara menyeluruh di masyarakat.

Bahkan gerakan syiar Rasulullah dan shahabat yang berkelompok secara terorganisir ini terbukti mampu menjadikan kebenaran menang atas kebatilan. Islam diterima bukan hanya oleh penduduk sekitar Makkah, melainkan menyebar ke daerah-daerah di sekitarnya.

Bukan hanya dijadikan standar dan panduan ritual, melainkan digunakan sebagai pedoman dalam semua perbuatan di keseharian. Dari urusan individu, masyarakat, hingga bernegara pun saat itu semuanya berazaskan Islam. Dan inilah yang menjadi kunci kejayaan Islam bisa bertahan hingga puluhan abad.

Dengan demikian, pemuda muslim saat ini seharusnya diarahkan untuk memiliki pemahaman agama sebagaimana pemuda di zaman Rasulullah. Bukan hanya oleh individu saja, tetapi sama-sama diarahkan juga oleh masyarakat dan elemen-elemen negara. Sebab tanpa kerjasama terorganisir dalam memahamkan Islam, tak akan sebanding daya tangkal menyainhi besarnya arus sekuler yang terbukti melemahkan.[]

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Sumber ilustrasi: id.pinterest.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar