Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Misteri Gagal Ginjal Akut, Butuh Jaminan Kesehatan

Minggu, 13 November 2022




Oleh : Ummu Dayyin

Kembali menjadi sorotan publik disaat musim penghujan dan kemarau yang tidak bias diprediksi saat ini menjadikan banyaknya kasus anak yang sakit karena terganggunya sistem imun tubuh. Kali ini terjadi kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak usia 6 bulan sampai 18 tahun sungguh memprihatinkan. Diduga kejadian ini diakibatkan karena mengkonsumsi obat berbentuk sirup. Hal ini didapati dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap sisa sampel obat yang dikonsumsi oleh pasien, sementara ini ditemukan jejak senyawa yang berpotensi mengakibatkan gangguan ginjal akut atipikal ini. Saat ini, Kementeriankes dan BPOM masih terus menelusuri dan meneliti secara komprehensif termasuk kemungkinan faktor risiko yang lainnya. Kemenkes juga memperkirakan 75 persen karena senyawa kimia kandungan polietilen glikol. Kandungan itu kata Budi, bisa menimbulkan senyawa berbahaya seperti etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG). Kandungan EG dan DEG itu diduga masuk ke tubuh anak melalui berbagai obat sirup. (republika.co.id, 23/10/2022)
Seperti yang dikutip dalam pedomanrakyat.news (20/10/2022) menyampaikan bahwa hingga 18 Oktober 2022, jumlah kasus gagal ginjal akut yang dilaporkan sebanyak 206 dari 20 provinsi. Angka kematian sebanyak 99 anak dengan angka kematian pasien yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo mencapai 65%. Kemen Kesehatan bersama BPOM, ahli epidemiologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), farmakolog, dan Pusat Laboratorium Forensik (Puslatfor) Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) tengah melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab pasti dan faktor resiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut. Untuk meningkatkan kewaspadaan dan dalam rangka pencegahan, Kemenkes juga sudah meminta tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair/sirup, sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas.
Gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak usia 6 bulan-18 tahun terus mengalami peningkatan hingga berujung pada kematian anak. Mirisnya kasus gagal ginjal ini paling banyak didominasi oleh anak usia 1-5 tahun, seiring dengan peningkatan tersebut Kemenkes meminta para orang tua agar tidak panik, tenang, namun selalu waspada terutama apabila ada tanda-tanda yang mengarah pada gejala gagal ginjal akut. Seperti, jika ada diare, mual, muntah, demam selama 3-5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk, serta jumlah air seni semakin sedikit atau tidak bisa buang air kecil sama sekali.
Persoalan kesehatan yang menimpa anak bukanlah permasalahan baru di negeri ini. Misalnya masalah stunting dan kurang gizi, hingga hari ini masih belum juga mendapatkan solusi. Kematian anak yang tinggi, melalui fenomena gagal ginjal akut dalam dua bulan terakhir ini, seharusnya menyadarka masyarakat terutama penguasa bahwa ada kesalahan dalam tata kelola kesehatan di negeri ini, sebab kesehatan sangat erat kaitannya dengan lingkungan yang bersih, makanan yang bergizi, edukasi tentang pola hidup sehat, hingga perlindungan ketat oleh negara dari penyakit yang berbahaya. Namun faktanya, penanganan terhadap kasus gagal ginjal akut pada anak ini berjalan sangat lamban. Pasalnya, kesehatan di bawah pengelolaan sistem kapitalisme adalah objek komersialisasi yang bisa diperdagangkan Setiap tahun subsidi kesehatan terus dikurangi, negara hadir bukan sebagai pengurus urusan rakyat namun bertindak sebagai regulator yang memuluskan bisnis para korporasi termasuk dalam bidang kesehatan. Maka tak heran, jika kasus gagal ginjal ini sangat lamban ditangani hingga menelan ratusan nyawa anak pun menjadi korban.
Oleh karena itu, perwujudan kesehatan anak tidak akan pernah terwujud dalam sistem kapitalisme, akar masalanhnya bukan pada teknis pelayanan, melainkan pada sistem kebijakannya. Berbeda dengan sistem Islam. Bagi Islam, anak bukan saja sekedar aset masa depan, akan tetapi mereka merupakan bagian dari masyarakat yang wajib dipenuhi kebutuhannya. Negara akan berusaha sekuat tenaga untuk mengupayakannya dari penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai (gratis), pemenuhan gizi yang tercukupi (kaya atau pun miskin), serta pemberian pendidikan yang merata baik di kota maupun di desa. Sistem ekonomi Baitul Mal dalam negara Islam yaitu Khilafah, akan memberikan uang (dana) untuk mencukupi segala kebutuhan rakyatnya termasuk anak-anak. Penghasilan yang di gunakan negara berasal dari Baitul Mal yang diperoleh dari jizyah, kharaj, ghanimah, fa'i, harta tak bertuan, pengelolaan sumber daya alam. Semua pendapatan itu tetap dan besar sehingga memampukan negara dalam memberikan pelayanan kesehatan secara memadai, gratis, dan berkualitas untuk seluruh rakyat. Semua bentuk pelayanan yang dilakukan negara bukanlah untuk mencari keuntungan, tetapi semata-mata untuk mengurusi kebutuhan seluruh masyarakat. Hal ini dilakukan atas dasar keimanan dan tanggung jawab, karena akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.

Wallahu alam bish-sawab

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar