Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Tragedi Kanjuruhan Antara Represif dan Fanatik

Sabtu, 08 Oktober 2022




Penulis : Heni Satika (Praktisi Pendidikan)

Sabtu 1 Oktober 2022, merupakan peristiwa yang tidak terlupakan setidaknya oleh Aremania dan sepakbola tanah air. Sekitar 130 orang meninggal dalam pertandingan Arema melawan Persebaya. Mereka meninggal dalam kondisi mengenaskan, terinjak-injak, dan berdesakan. Bukan karena keributan antar penonton atau supporter, tetapi disebabkan kepanikan menghadapi gas air mata yang dilontarkan kepolisian di tengah tribun penonton.

Tragedi itu bermula ketika Arema kalah 2-3  melawan Persebaya dalam lanjutan Liga I. Tak berapa lama setelah peluit panjang ditiup tanda permainan berakhir, beberapa suporter yang kecewa turun dari tribun selatan dan memasuki lapangan. Tak berapa lama, puluhan supporter mengikutinya turun ke lapangan. Melihat kondisi tersebut, dilansir dari BBC News Indonesia pihak aparat kemudian menembakkan gas air mata, bukan kepada penonton yang turun ke lapangan. Tetapi justru ke arah tribun yang masih penuh penonton.

Akibatnya ratusan orang panik lalu lari ke arah pintu keluar. Terjadi penumpukan massa di gate, saling dorong, dan berdesakan. Kejadian ini kemudian diperparah dengan pintu keluar yang belum terbuka. Akibatnya sudah bisa dibayangkan, banyak orang terjatuh, tertindih hingga terinjak-injak. Dikutip dari Healthline, efek gas air mata bisa menyebabkan  dada berat, batuk, tenggorokan seperti tercekik, dan sesak napas. Inilah penyebab konsentrasi massa di pintu keluar.

Situasi yang sangat mencekam masih ditambah suasana di tengah lapangan antara supporter dan pihak keamanan. Banyak beredar video yang menggambarkan bagaimana represifnya aparat terhadap para supporter. Mulai dari mengejar dan memukulnya dengan tongkat tanpa ampun. Ada juga aparat yang mengeluarkan tendangan mautnya, hingga supporter terjengkang.

Pihak keamanan dinilai bertindak represif terhadap para supporter yang mereka bahkan, tidak membawa senjata dan hanya ada supoter Arema saja. Kejadian tersebut memancing beragam komentar, salah satunya dari ekonom politik di Murdoh University Jacqui Baker seperti dilansir dari CNN Indonesia mengatakan bahwa kejadian tersebut karena kegagalan reformasi kepolisian sehingga ketika polisi tidak bertanggungjawab atas tindakan mereka akan lahir ketidakprofesionalan.

Duka ini tentu bukan milik Aremania saja, tetapi duka seluruh rakyat Indonesia. Indonesia yang dikenal sebagai negara mayoritas muslim, tentu saja yang meninggal mayoritas kaum muslim. Allah menyanjung nyawa seorang muslim lebih berharga daripada dunia dan seisinya (HR Ibnu Majah (2668), Tirmidzi (1395), Nasai (3998) dengan sanad shohih)

Supporter Arema memang dikenal loyal dan memiliki fanatisme terhadap klubnya sebagaimana dilansir dari IDN TIMES. Aremania terkenal dengan semangatnya yang atraktif dalam mendukung klubnya. Terlihat dari salah satu bagian lirik lagunya, mereka rela mati di tanah lapang demi mendukung Arema.

Sebagai seorang muslim, yang menjadikan Al Quran sebagai tuntunan hidupnya. Selayaknya setiap sikap kita disesuaikan dengan ajaran dan tuntunan dari Rasulullah SAW. Sepakbola merupakan olahraga yang diperbolehkan, sebagaimana ada dalam kitab Bughyatul Musytag fi Hukmil Lahwi wal la’bi was sibaq. Mengatakan bahwa boleh bermain sepak bola jika dilakukan tanpa taruhan (judi). Bahkan dalam kitab Bulughul Umniyah halaman 224, As-Sayyid Ali Al Maliki menjelaskan ada syarat tambahan  bahwa permainan bola diniatkan untuk latihan kekuatan fisik sehingga pemain bisa beribadah dengan baik.

Dari sini kita bisa memperoleh pelajaran bahwa permainan sepakbola itu bertujuan untuk menyehatkan badan agar bisa beribadah dengan tenang. Apapun yang dilakukan seorang muslim di dunia, sebaiknya terfokus pada ibadah. Sehingga tidak akan ada fanatisme pada sebuah klub, semuanya berujung loyalitas kepada Allah.

Mengenai tindakan aparat yang represif juga tidak pantas untuk dilakukan, bagaimanapun juga aparat keamanan baik polisi maupun tentara adalah  para pelindung rakyat. Dalam kitab Tabshiratu al Hukkam, Ibn Farkhun menuturkan kisah kepala kepolisian yakni Ibrahim bin Husain bin Khalid yang menghukum orang yang bersumpah palsu. Ibrahim yang saat itu menjabat sebagai kepala polisi adalah orang yang mulia, baik dan ahli fikih dan menguasai tafsir. Saat khilafah ditegakkan setiap aparat bukan hanya bertanggungjawab kepada pemerintah tetapi juga kepada Allah SWT.

 Inilah ruh yang tidak terlihat pada aparat keamanan kita hari ini. Apalagi rentetan kasus yang menimpa institusi POLRI membuat mereka harus secepatnya berbenah. Pembenahan dilakukan bukan hanya dengan menghukum oknum yang bersalah tetapi juga merubah sistem yang ada di dalam POLRI itu sendiri. memasukkan ruh atau kesadaran akan hubungannya dengan Allah. Perubahan ini juga harus berkorelasi dengan hukum yang berlaku di negara ini. Berharap POLRI lebih baik tetapi masih memakai sistem demokrasi yang pembuat hukumnya manusia jelas seperti panggang jauh dari api. 

Wallahu'alam bish showab.

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar