Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Pemuda dalam Bidikan Arus Global (1/2)

Jumat, 14 Oktober 2022




Oleh: Ummu Diar


Catatan sejarah menuliskan bahwa Islam pernah mengalami berabad-abad kebesarannya. Di masa tersebut didapatkan sejumlah fakta bahwa mampu eksisnya Islam dikarenakan topangan anak-anak muda dengan cita-cita yang tinggi. Anak-anak muda yang di masa rintisan harus menempuh jalur-jalur yang sulit, namun mereka berhasil menakhlukkannya. Mereka tidak kenal kecuali hanya Islam ini agama, di siang hari dapat disaksikan mereka adalah para kstaria yang menggedor benteng-benteng kekafiran dan kemunafikan, tapi jika di malam hari mereka tidak akan dijumpai kecuali dalam kondisi sedang bersujud kepada Allah.

Islam mampu melahirkan generasi muda di kala itu sebagai sosok yang ikhlas, merdeka, dan penuh amanah. Islam yang diterapkan secara sistematis menyediakan ruang bagi para pemuda untuk memaksimalkan peran mereka, berkontribusi terbaik bagi agamanya, menginisiasi perubahan hingga level dunia. Rasulullah SAW mengisi ring pertama dakwah dengan para pemuda karena anak muda luar biasa berkontribusi untuk perjuangan Islam. Di masa selanjutnya, pemuda Islam tergambar sebagai sosok terbaik yang berlomba-lomba menyumbangkan hasil inovasinya untuk peradaban umat di dunia, yang jejak karyanya dan sumbangsihnya masih dapat dirasakan hingga kini.

Namun gambaran pemuda di atas tidak sepenuhnya utuh terlestarikan hingga kini. Padahal Survei Global Muslim Travel Index (GMTI) 2022 menunjukkan tren peningkatan populasi penduduk usia muda. Mereka tersebar dalam beberapa generasi. Generasi (gen) Z (lahir 1996—2010) sebanyak 27,2%, milenial (lahir 1981—1995) sebanyak 22,9%, dan gen Alfa (lahir 2011—2025) sebanyak 21,5%. Ketiganya membentuk 1,46 miliar atau 70% penduduk muslim di dunia. (Kompas, 08/06/2022). Melihat jumlah pemuda yang begitu besar ini, seharusnya berdampak positif bagi perkembangan dunia Islam.

Sayangnya, Fenomena global justru mengungkapkan bahwa di tengah kondisi hampir semua generasi muda menjadi pasar bagi kemajuan teknologi, justru mata pisau negative yang merasuk ke karakter generasi. Life style kekinian sangat sulit dipisahkan dari koneksi internet. Banjir informasi akhirnya tak dapat dihindari, padahal internet sejatinya adalah pisau bermata dua. Arus informasi negative merambat sama cepatnya atau bahkan melebihi arus positif. Akibatnya generasi muda global tak selalu seindah infografik dunia maya. Di dunia nyata, nilai-nilai kehidupan jauh dari idealisme yang dielu-elukan di dunia maya. 

WHO melaporkan setiap detik terdapat satu orang bunuh diri di seluruh dunia. Angka orang yang kehilangan nyawa akibat bunuh diri bahkan lebih parah dibanding jumlah orang yang terbunuh dalam perang. Bunuh diri di dunia hampir mencapai 800.000 jiwa setiap tahun. Bahkan, angka ini belum termasuk kasus yang tidak resmi tercatat. Mirisnya, bunuh diri adalah penyebab kedua kematian di kalangan pemuda yang berusia antara 15 dan 29 tahun. (lihat: https://kaltimtoday.co/6-negara-dengan-kasus-bunuh-diri-tertinggi-di-dunia/). Menurut WHO juga, sekitar 73 juta aborsi terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. (lihat: https://www.insertlive.com/lifestyle/20220323155001-19-270879/4-negara-miliki-angka-aborsi-paling-banyak-indonesia-termasuk). 

Mengapa fenomena ini bisa terjadi? Tak dapat dipungkiri hanyutnya pemuda dalam dunia maya membuat mereka berfantasi hingga di dunia nyata. Ketika dunia nyata tak seindah pencitraan yang mereka bangun di dunia maya, maka kekecewaan menghantam kuat. Keringnya sisi ruhiyah mereka pada akhirnya membuat sentilan ringan persoalan kehidupan sebagai masalah yang mereka anggap besar. Menjelma menjadi generasi rapuh, namun disisi lain sangat suka dengan kenyamanan, tanpa peduli nyaman di zona salah atau benar. Inilah sebenarnya gambaran akumulasi dari sekularisme itu sendiri.

Semunya menggambarkan bahwa bidikan kebathilan serius memalingkan generasi muda dari fitrah mereka sebenarnya. “Musuh-musuh Islam berusaha merintangi jalan para pemuda muslim, mengubah pandangan hidup mereka, baik dengan memisahkan mereka dari agama, menciptakan jurang antara mereka dengan ulama dan norma-norma yang baik di masyarakat. Mereka memberi label buruk terhadap ulama sehingga para pemuda menjauh, menggambarkan para ulama dengan sifat dan karakter yang buruk, menjatuhkan reputasi para ulama yang dicintai masyarakat, atau memprovokasi penguasa untuk berseberangan dengan mereka.” (Fatwa Syaikh Ibnu Baaz, 2/365). 

Mereka yang tidak menginginkan kebangkitan Islam, menghalalkan segala cara untuk menghalanginya. Termasuk di antaranya adalah kanalisasi dan propaganda pada pemuda muslim, menyibukkan mereka pada hal-hal yang jauh dari Islam. Dalam hal pendidikan, misalnya, sekularisme dijadikan sebagai asas. Untuk menanamkan prinsip materialisme, sekolah difokuskan untuk mencari kerja. Sayang sekali jika sampai potensi pemuda, bahkan potensi bonus demografi justru terkena bidikan mengukuhkan roda besi korporasi.  

Belum lagi arus 5F (fun, food, fashion, film, faith) dan 1S (sing) juga dilancarkan. Hal ini membuat para pemuda rawan terlena dengan glamor dunia. Mereka bisa saja lupa bahwa tujuan hidup sebenarnya adalah taat pada Allah Taala. Mereka pun menjadi pemuda pragmatis karena terdidik dengan pendidikan yang pragmatis pula. Seluruh cara ini adalah upaya untuk menyibukkan dan menjauhkan pemuda dari peran utama mereka.

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Sumber gambar: nationalgeographic.grid.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar