Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Menggandeng Asing, Mampukah Masalah Stunting Diatasi?

Senin, 03 Oktober 2022





Oleh: Siti Fatimah (Pemerhati Sosial dan Generasi)


Berbicara masalah stunting, saat ini generasi negeri kita berpotensi mengalami masalah gizi buruk. Stunting adalah kondisi dimana seorang anak mengalami gagal pertumbuhan akibat dari kekurangan gizi secara kronis sehingga berpengaruh terhadap kondisi perkembangan  fisik. Umumnya anak yang mengalami problem stunting akan memiliki ukuran tubuh yang lebih pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak anak berada dalam kandungan ibu, akan tetapi kondisi ini akan terlihat setelah ia menginjak usia 2 tahun.

Bagaimana cara mencegah supaya anak yang lahir tidak mengalami stunting? 
Tidak ada jalan lain untuk mengatasi masalah ini selain memenuhi kebutuhan asupan gizi ibu hamil. Dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gizi, maka janin pun otomatis akan berkembang dengan baik. Memenuhi asupan nutrisi anak dengan optimal, menjaga kebersihan dan pola makan anak, jangan sampai terjadi situasi dimana anak susah makan karena hal ini akan membuat tumbuh kembang anak meniadi terganggu. Jadi ketersediaan makanan yang memenuhi porsi 4 sehat 5 sempurna sangatlah penting untuk mencegah kondisi stunting pada anak-anak.

Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa ketersediaan makanan bergizi merupakan kunci dalam mencegah masalah stunting. Namun, bagaimana hal ini bisa terwujud apabila tingkat kemiskinan masih sangat tinggi. Terlebih pasca terjadinya wabah COVID-19 yang membuat kondisi masyarakat menjadi sangat terpuruk. Maka dari itu masalah kesejahteraan ini pun harus segera diselesaikan.

Saat ini pemerintah mengambil kebijakan bekerjasama dengan asing dalam mengatasi masalah stunting. Kerja sama itu diimplementasikan dalam kegiatan bertajuk "Gerakan Makan Telur Bersama" yang diselenggarakan pada Ahad (25/9/2022) di Lapangan Desa Kebumen, Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Dilansir dari republika.co.id (jum'at, 22/09/22) Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi, ST, MT mengatakan bahwa, kolaborasi yang dilakukan adalah sebagai upaya membangun ekosistem di bidang pangan, peternak sejahtera karena diambil telurnya dengan harga sangat baik, pedagang untung dan masyarakat bisa tersenyum. 
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga diketahui tengah menggandeng sejumlah mitra swasta dan asing untuk memperkuat penanganan penurunan prevalensi stunting.
Kerja sama tersebut dituangkan dalam Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh BKKBN bersama Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), Yayasan Bakti Barito, dan PT Bank Central Asia Tbk serta Amerika Serikat, melalui United States Agency for International Development atau USAID (jambi.antara.com, jum'at, 23/09/22).


Apakah kerjasama-kerjasama  yang dilakukan pemerintah tersebut dapat mengatasi masalah stunting? 
Kemungkinan iya namun sifatnya hanya sementara. Kerjasama BKKBN, Mitra swasta dan asing tentu tidak dilakukan selamanya, sementara pemenuhan kebutuhan akan gizi ibu hamil dan balita/anak adalah kontinyu dari waktu ke waktu. Solusi ini tentu tidak menyentuh pada akar permasalahan stunting yaitu kemiskinan. Apabila masalah klasik dari kemiskinan ini dapat diatasi maka problem stunting pun secara otomatis berangsur-angsur akan dapat diatasi.

Ironinya, masalah kesejahteraan atau kemiskinan ini sangat pelik. Dengan penerapan sistem ekonomi kapitalisme liberal kemiskinan seolah sudah menjadi branding yang melekat pada rata-rata rakyat Indonesia. Kapitalisme liberal menciptakan "gap" antara yang kaya dan yang miskin menjadi sangat lebar. Sementara pemerintah yang seharusnya menjadi wakil dari rakyatnya mengelola SDA untuk kesejahteraan umat malah menggadaikannya demi kepentingan pribadi dan politik. Kemaslahatan yang seharusnya untuk rakyat justru digunakan demi kepentingan pribadi dan golongan, sehingga dalam mengatasi masalah umat pemerintah mengharapkan uluran tangan swasta dan asing. Pemerintah justru mengabaikan fakta bahwa swasta dan asing melakukannya demi tujuan terselubung yang tentu saja menguntungkan pihak mereka.

Islam sangat tegas dalam segala hal, termasuk tegas dalam tugas kepemimpinan. Seorang pemimpin bertanggung jawab penuh atas pemenuhan kebutuhan dasar rakyat per-individu. Sandang, pangan, dan papan akan dijamin oleh pemerintah Islam secara tidak langsung melalui penyediaan lapangan pekerjaan. Sementara itu untuk pemenuhan kesehatan dan pendidikan diberikan secara gratis. 

 رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ »(رَوَاهُ مُسْلِمٌ)


Artinya: Dari Ibnu Umar RA dari Nabi SAW sesunggguhnya bersabda: sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya....[ HR. Muslim].

Bagaimana pemerintah mampu memenuhi kebutuhan itu sementara untuk pendidikan dan kesehatan saja saat ini berbiaya sangat mahal, apakah mampu pemerintah Islam dalam membiayainya kebutuhan ini?
Islam memiliki banyak pemasukan dari Baitul Mal, yaitu dari pos pendapatan milik umum melalui hasil pengelolaan sumber daya alam seperti tambang emas, minyak, gas, batubara, mineral, dan lain sebagainya. Pendapatan harta milik negara seperti tanah dan bangunan. Fai, kharaz, rikaz, usyur, jisyah, zakat, harta warisan yang tidak memiliki ahli waris dan lain sebagainya. Selain itu sistem moneter negara Islam yang anti riba berbasis emas dan perak menjadikan perekonomian sangat stabil serta "resistant" terhadap inflasi dan krisis. 
Dengan sistem perekonomian yang kuat dan kebutuhan rakyat yang terpenuhi dari berbagai sisi maka kemiskinan jelas akan dapat diatasi. Dengan teratasinya masalah kemiskinan rakyat maka masalah stunting akan dapat diatasi. Syariat Islam adalah satu-satunya solusi atas problematika kehidupan.

 Wallahu'alam bish shawab. []

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar