Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Hilangnya Ratusan Nyawa Salah Siapa?

Jumat, 07 Oktober 2022




Oleh : Ummu Dayyin (Pemerhati generasi)


Tepat pada 1 Oktober 2022 kemarin menjadi hari menyedihkan bagi bangsa Indonesia. Pasalnya pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya menimbulkan duka mendalam dunia pesepakbolaan Indonesia. Ratusan Aremania dinyatakan meninggal dunia dan lainnya mengalami luka-luka akibat kejadian ini. Seperti yang dikutip dari republika.co.id (2/10/2022) Muhammad Riandi Cahyono merupakan salah satu Aremania yang turut menjadi korban dalam tragedi tersebut. Pada saat kejadian, Riandi tak menampik ikut turun ke lapangan bersama Aremania lainnya. Hal ini semata-mata untuk menyampaikan protesnya karena Arema FC kalah dengan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan. Bukannya respons positif, Riandi justru mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi. Banyak Aremania yang dipukul oleh petugas sehingga membuatnya sedih dan kecewa. Ditambah lagi, petugas melakukan penembakan gas air mata ke suporter. Berdasarkan pengamatan Riandi, gas air mata ditembak ke arah dekat papan skor. Tak hanya di area stadion, gas mata juga ditembakkan di luar stadion. Situasi ini menyebabkan banyak suporter sesak napas hingga jatuh kesakitan.
Akibat kejadian ini banyak korban yang berjatuhan, dari berbagai sumber terdapat perbedaan mengenai korban. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan jumlah korban meninggal mencapai 131 orang. Korban luka sekitar 306 orang pada Senin (3/10/2022) pagi. Sumber lain menyebutkan korban meninggal sudah mencapai sekitar 180-an. Sementara korban luka tercatat sekitar 448 orang yang tersebar di beberapa RS dan klinik di Malang. Terlepas dari perbedaan angka ini, terdapat kesamaan penyebab banyaknya korban ini yaitu karena penggunaan gas air mata yang ditembakkan petugas terutama ke arah tribun penonton, hingga membuat panik para supporter, dan berlarian mencari jalan keluar, berjejal, sesak nafas dan terinjak-injak apalagi terdapat keterangan bahwa ternyata pintu tribun terkunci rapat. Ucapan bela sungkawa pun dating dari berbagai pihak, mereka juga mengadakan doa bersama dan sholat ghoib untuk korban yang meninggal dunia. 
Sungguh menyedihkan, menyaksikan tragedi kemanusiaan yang menelan ratusan korban. Duka mendalam tidak hanya dirasakan oleh keluarga dan kerabat dekat, tapi dunia pun turut berduka. Tuntutan meminta keadilan pun mulai berkumandang di segenap penjuru. Dari kejadian ini banyak pembelajaran yang bisa kita ambil. Pertama kematian datangnya sewaktu-waktu. Sungguh tidak akan ada yang mengira bahwa kepergian para supporter Aremania dengan suka cita untuk mendukung pemain kebanggaan singo edan ini justru berakhir duka. Bahkan dibenak mereka mungkin pertandingan akan berakhir dengan kemenangan dan ditutup dengan pesta ala koboy jalanan seperti event-event kemenangan Arema FC sebelumnya. Lebih-lebih jika dikandang sendiri. Namun ternyata kematian justru menjemput tak kenal waktu dan tempat. Di kala kita sedang beribadah ataukah berhura-hura tak ada yang bisa memastikan berakhir dengan khusnul khotimah ataukah su’ul khotimah. Karena itu menjadi cambuk bagi kita untuk senantiasa beramal sholeh setiap saat, agar ketika ajal menjemput kita membawa bekal amal jariyah. Sebagaimana hadist Rasulullah saw berikut:
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh.” (HR Muslim).
Kedua, tak berartinya nyawa manusia. Tindakan repressive yang dilakukan aparat dengan melemparkan gas air mata ke arah tribun dan juga pemukulan kepada supporter, seakan menunjukkan arogansi aparat pada saat itu.. Aparat yang diharapkan menjadi penganyom justru menjadi penyebab jatuhnya korban. Seakan begitu murahnya nyawa manusia tergadaikan dalam sistem ini. Sungguh ironis, padahal dalam Islam nyawa manusia begitu sangat berharga dibanding seluruh bumi dan isinya. Rasulullah saw bersabda bahwa  :
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani). 
Dari kejadian ini kita belajar untuk lebih mawas diri, baik dari pihak aparat maupun masyarakat. Untuk saling bekerja sama dengan baik, jangan justru menimbulkan pancingan emosi yang membuat orang lain bersikap arogan. Dilain itu, jika kemungkinan adanya beberapa pihak yang memiliki niatan lain, baik itu menunggangi suatu peristiwa atau pengalihan isu semoga segera kembali kepada sang ilahi untuk bertobat. Dan seyogyanya kita semua berbenah dan saling evaluasi memperbaiki sistem yang ada sebagaimana tuntunan agama agar tidak melenceng dari ketetapanNya. Selain itu mari kita berusaha untuk membangkitkan potensi para pemuda agar menjadi calon agen perubahan untuk meraih kebangkitan umat yang cemerlang.
Wallahua’lam bishawab…. 


Note: Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar