Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Radikalisme di Dunia Pendidikan, Ada?

Senin, 12 September 2022




Oleh: Arin RM

 

Topik radikalisme tampaknya masih menjadi hot item untuk dilandingkan ke publik. Betapa tidak, di tengah memanasnya pengungkapan kasus tembak menembak di sebuah instansi, secara mengejutkan ada himbauan terkait pencegahan radikalisme di dunia pendidikan. Tentu menjadi pertanyaan bagi publik, sebenarnya radikalisme itu apa dan kepada siapa distigmakan?

 

Beberapa pertanyaan mengemuka, diantaranya mengapa bahasan radikalisme kerap dialamatkan pada hal yang berbau Islam? Sebagai permisalan, jika berbicara radikal di dunia sekolah, kenapa yang disorot rohisnya? Jika di level perguruan tinggi, mengapa yang disorot lembaga dakwah kampusnya? Bukankah kebanyakan pelaku tawuran, geng motor bersenjata tajam yang meresahkan masyarakat itu tidak diajarkan di rohis ataupun lembaga dakwah kampus?

 

Untuk menetralkan stigma yang mengarah pada Islam, memang harus didudukkan kembali apa makna radikal sebagaimana mestinya. Radikal secara umum dimaknai kembali kepada asanya atau dasarnya. Sehingga jika berbicara tentang Islam, maka radikal bermakna mempelajari Islam dari dasarnya, yakni memahami akidah Islam sebagai landasan atau dasar bagi kekokohan keislaman seseorang.

 

Lebih dari itu, Islam tidak mengajarkan kekerasan sembarangan. Kalaupun ada stigma dengan mencontohkan perbuatan oknum di area tertentu, maka tidaklah serta merta informasi yang beredar bisa dijadikan persepsi untuk memandang Islam secara global. Sebab hakikat ajaran Islam dan perilaku penganut Islam itu tidaklah sama. Islam adalah Islam, yang ajarannya pasti benar sebab bersumber dari wahyu Allah. Sedangkan penganut Islam, adalah orang, makhluk yang memiliki keterbatasan dan kelemahan, yang dimungkinkan keliru memahami sesuatu.

 

Oleh sebab itu, tidak layak jika yang mempelajari Islam, yang berjalan mempraktekkan ajaran Islam kemudian terimbas opini negative seputar radikalisme. Sebab bagaimanapun juga ada dampak psikologis yang pada akhirnya justru membuat orang takut dengan ajaran Islam. Dan sebagai pelarian justru menerima ajaran sekuler Barat secara bablas. Bukankah ini justru berbahaya? Bukankah seks bebas, pembullyan, hingga kekerasan lainnya bermunculan ketika tidak ada norma agama yang dijadikan panutan?

 

Nilai agama yang syarat dengan penjagaan adab dan aturan kebaikan dalam menjalani hidup memang seharusnya dipelajari. Dan masa untuk mempelajari itu adalah sejak kecil, selama hidup, terutama di usia belajar aktif. Tentu masa mengisi pelajaran agama ini efektif jika diintegrasikan dalam ranah pendidikan, sebab masa belajar anak terpanjang adalah ketika mereka berada di posisi sebagai pelajar. Maka, stigma radikalisme harus dijauhkan dari lingkup pendidikan supaya siapapun yang akan menata diri dengan Islam tidak insecure dengan issue yang berkembang.

 

Pun jejak sejarah membuktikan bahwa Islam justru agama yang ramah, bahkan dengan agama di luar Islam pun toleransi nyata ditunjukkan. Kejayaan Islam yang pernah membentang megah hingga lintas benua selama berabad-abad tidak lantas membersihkan kepercayaan di luar Islam. Umat beragama lain beserta tempat beribadah mereka masih tetap eksis hingga saat ini. Dan bukti itu terserak di berbagai tempat yang dulunya pernah dikuasai oleh Islam. Bahkan bahasa Arab pun banyak diserap dalam berbagai bahasa lokal negeri-negeri modern saat ini. Jadi julid betul bila radikalisme dialamatkan pada Islam.

 

Terlebih, Nabi Muhammad sebagai manusia panutan kaum muslimin dicatat sejarah sebagai sosok paling berpengaruh di dunia. Dihormati dan dipatuhi dalam urusan religi dan di urusan publik. Jika demikian adanya, benarkah ajarannya mengarah pada kekerasan? Sehingga sudah seharusnya muslim bangga dengan Islam. Sudah sewajarnya jika generasi muslim senang belajar Islam, dan sudah selayaknya banyak sajian mengajarkan Islam bagi generasi ini, tak terkecuali di dunia pendidikan. []

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Sumber gambar : http://deksjabar.pikiran-rakyat.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar