Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Remaja Kuat Dalam Dekapan Keluarga

Rabu, 13 Juli 2022



Oleh: Rinica M

Potret remaja saat ini penuh warna. Di satu film dapat disaksikan betapa banyak remaja yang memiliki prestasi gemilang. Akademis baik, non akademis pun berprestasi. Di lain film, tergambar kondisi remaja yang terpuruk dalam kelam. Akrab dengan narkoba, pergaulan bebas, geng motor, berani dzalim pada orang tua, dll.

Ungkapan umum menyatakan: "masa remaja masa mencari identitas". Identitas ini yang selanjutnya akan dipakai sebagai stereotip, dan selanjutnya melekat sebagai jati diri remaja. Lantas apa standar identitas yang sesungguhnya?

Dunia akhir zaman seperti saat ini menawarkan banyak pilihan. Sayangnya tidak sedikit yang justru mengarahkan pada hasil akhir menyedihkan. Terbaca dari media, pemberitaan positif belum mendominasi populasi berita soal remaja. Artinya memang tidak semua remaja berhasil menjatuhkan pilihan pada identitas positif.

Banyak faktor yang menyebabkan pilihan tidak melulu tepat. Yang utama adalah standar baik buruknya sesuatu yang dipilih. Era digital yang mendominasi akhir zaman sangat akrab dengan dunia maya. Dan remaja adalah bagian di dalamnya. Mereka dapat menemukan apa saja di sana.

Ketika baik buruk di pasrahkan pada penilaian publik, maka standar viral dan kekinian di dunia maya yang menang. Tak sedikit yang menilai apa-apa yang viral itu baik, sehingga perlu diikuti. Apakah ia nya bertentangan dengan norma atau tidak, tak lagi disoal. Apalagi alam sekuler memang nyata mengesampingkan nilai agama dalam memandang banyak hal.

Wajar jika kemudian tak sedikit remaja terseret pada pilihan kekinian, walaupun itu akhirnya mengarahkan pada pola hidup hedonis. Asal senang untuk dirinya sendiri, tak soal akibatnya apa. Sehingga narkoba, miras, seks bebas, atau hal apapun yang dianggap menyenangkan dan membuat bisa eksis diterima pergaulan, dicoba.

Lingkungan memang beragam, sehingga bila tidak ada bantuan masyarakat dan negara, tentu berat bertahan. Masyarakat yang kondusif dibutuhkan, sebab di sana remaja akan terwarnai corak kehidupannya. Negara yang melindungi juga harus ada, sebab tanpa payung dari yang memiliki kekuatan, apakah ada jaminan remaja sanggup bertahan dari derasnya arus kebebasan tanpa norma?

Dan yang tak kalah penting tentu peran keluarga. Sebab di sanalah kehidupan remaja bermula sekaligus berlangsung lama. Keluarga adalah pondasi bagi keimanan anak hingga kepribadian anak. Kesuksesan menanamkan pondasi ini yang nantinya akan menentukan kuat tidaknya anak ketika sudah berinteraksi dengan dunia luar.

Oleh karena itu, dalam kacamata Islam, peran penting keluarga tidak dipandang ringan. Ada pembagian sistematis yang berkorelasi langsung dengan pertanggungjawaban di hadapan Tuhan kelak. Tugas yang diberikan pun tak ringan, yakni menjaga diri (pemimpin keluarga) dan anggota keluarga dari api neraka. Artinya basis Islam dan kepatuhan kepada aturannya adalah landasan penting dalam membangun pondasi yang kokoh.

Dan dibutuhkan kerjasama anggota keluarga untuk mewujudkan visi terbebas dari api neraka. Ayah dan ibu, di samping mengasuh dan memadamkan konsep keimanan, juga penting untuk menjadi sahabat terpercaya anak. Dan untuk menjalankan peran ini, mau tidak mau ayah dan ibu pun juga harus menjadi sosok yang senang belajar Islam sekaligus mengamalkannya.

Pengamalan yang dilihat langsung oleh anak, adalah teladan kebaikan langsung dari orang tuanya. Dan apabila menjadi kebiasaan, maka ini akan tertanam sebagai ingatan atau bahkan karakter kuat pada proses pembentukan kepribadian anak. Ia akan melihat bahwa apa yang dipelajari, apa yang dipahami, itulah yang dikerjakan sehari-hari.

Dan untuk mendekati remaja, yang tidak kalah pentingnya adalah faktor komunikasi. Memilih cara yang tepat untuk bisa memahamkan konsep kepada mereka, mengarahkan agar bertanggungjawab terhadap apapun yang diakibatkan oleh pilihannya. Sebab apapun yang diperbuat di dunia, pada hakikatnya akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan pemilik kehidupan.

Sehingga dengan rangkaian proses di atas, juga dengan dekapan keluarga, remaja diharapkan dapat kuat bertahan di lingkungan kehidupan yang sesungguhnya. []

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Sumber gambar : http://tunasilmu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar