Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Polemik PEP, Masalah Ataukah Solusi?

Selasa, 12 Juli 2022



Oleh: Tri S, S.Si



Menteri Sosial telah menginisiasi program Pahlawan Ekonomi (PE) di Surabaya menjadi percontohan nasional. Selain itu, Kemensos juga ingin UMKM berkembang secara nasional. Program ini sebenarnya sudah digagasnya semenjak ia menjabat sebagai walikota Surabaya pada 2010 lalu. Mensos mendorong 1.500 ibu keluarga penerima manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) untuk berani mengubah nasib lewat berwirausaha. Hal ini Mensos dalam acara Sosialisasi Penguatan Perekonomian Subsisten sebagai Upaya Perekonomian Masyarakat di Pendopo Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim), Sabtu (25/6/2022). Kegiatan tersebut digelar untuk mendorong kemandirian finansial dan meningkatkan kesejahteraan KPM PKH secara bertahap. Mereka diharapkan dapat segera lulus dari program PKH dalam waktu enam bulan ke depan (kompas.com, 26/6/2022).


Program itu tentu sejalan dengan program peningkatan produktifitas ekonomi perempuan yang diusung oleh Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenppa). Semua perempuan yang berada di pedesaan atau zona kemiskinan terus didorong untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki demi perbaikan dan pemulihan ekonomi, terutama pasca pandemi covid-19. Perempuan diberikan pelatihan oleh lembaga negara, sehingga produktivitas mereka bisa menggerakkan roda perekonomian. Sehingga program ini dianggap akan menjadi solusi alternatif bagi kemiskinan yang terjadi pada masyarakat. Apakah hal ini memang menjadi solusi yang tepat?


Dalam sistem kapitalisme, perempuan dianggap sebagai pihak yang turut berkontribusi aktif untuk kemajuan ekonomi bangsa. Oleh karena itu, program pemberdayaan perempuan tidak pernah berhenti demi memajukan sektor ekonomi. Begitu pula dengan kesetaraan gender yang digaungkan, demi kontribusi perempuan di ranah publik, bersaing dengan laki-laki dalam dunia kerja. Namun, semua ini ternyata malah menimbulkan permasalahan baru. Seperti misalnya, pelecehan dan kekerasan seksual, perceraian, dan lain-lain. Dalam sistem kapitalisme, perempuan diberdayakan hanya dalam sektor ekonomi. Seolah-olah perempuan adalah mesin penggerak roda perekonomian. Pemberdayaan ekonomi diarahkan sebagai satu-satunya program agar perempuan bisa berdaya dan mandiri.


Padahal permasalahan tidak berkutat pada persoalan ekonomi saja. Akan tetapi, kapitalisme memandang bahwa segala persoalan berujung pada ekonomi. Padahal, alih-alih mendorong perekonomian, program seperti ini– yang mendorong perempuan melakukan usaha atau bisnis, rentan terjadinya gulung tikar lebih awal. Sistem kapitalisme loyal kepada perusahaan besar yang memiliki modal besar. Sementara usaha-usaha yang dijalankan oleh masyarakat kecil dan menengah, justru akan mendapat imbas dari krisis ekonomi atau inflasi yang sering terjadi. Walhasil, usaha yang didirikan pun rubuh. Ekonomi rakyat kecil tidak pernah maju, karena tidak didukung oleh sistem. 


Perempuan, pada hakikatnya diciptakan sama dengan laki-laki. Allah swt. memberikan potensi yang sama kepada setiap manusia. Dalam Islam, pemberdayaan perempuan dilakukan demi menjadikan muslimah yang taat, cerdas, berakhlak mulia, berkepribadian Islam, serta siap menjadi ibu bagi generasi bangsa yang cemerlang. Muslimah harus menyadari dirinya sebagai seorang hamba Allah swt. sehingga apa yang dilakukannya akan bernilai ibadah dalam rangka ketakwaan, baik dalam ranah domestik maupun publik. Perempuan sejatinya telah memiliki peran strategis baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara. Perempuan adalah rekan dan sahabat sejati bagi para suami. Dalam pembentukan rumah tangga yang baik, mereka memiliki visi dan misi yang sama demi pernikahan yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Sebagai ibu, perempuan sangat berperan besar terhadap pembentukan kualitas generasi bangsa dan masa depan negara. Seorang perempuan memiliki peran yang mulia dalam menciptakan peradaban dan generasi penerus bangsa. 


Oleh karena itu, perannya adalah sebagai ummu wa rabbatul bait, yaitu sebagai ibu dan manajer rumah tangga, harus didukung penuh oleh negara. Segala hal yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan, pada akhirnya akan bermuara pada keluarga. Karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Untuk itulah, perempuan didorong untuk menuntut ilmu demi menjalankan tugasnya yang utama.


Sebagai manajer rumah tangga, perempuan juga mengatur urusan ekonomi keluarganya. Memastikan setiap anggota keluarganya terpenuhi kebutuhannya. Mengurus keperluan suami dan anak-anaknya, sehingga mereka merasakan ketenangan dan kenyamanan di dalam rumah. Belum lagi merawat dan mendidik anak-anak sehingga menjadi pengisi masa depan yang berkualitas. Tugas itu bukanlah tugas yang mudah, sehingga mesti didukung penuh, baik oleh suami ataupun negara. Negara berkewajiban menyediakan lapangan pekerjaan untuk laki-laki, yang memiliki tanggung jawab untuk memberi nafkah. 


Negara juga berkewajiban menyediakan pendidikan yang berkualitas bagi anak, dan menjaga akidah dari segala paham yang bisa merusak. Juga menyaring semua informasi atau media demi terjaganya kualitas generasi yang saleh. Dengan begitu, peran ibu dalam segala situasi bisa kondusif. Peran perempuan dalam masyarakat juga begitu strategis. Perempuan memiliki kewajiban untuk amar ma’ruf nahi munkar, atau berdakwah. Mengedukasi masyarakat untuk mensyiarkan Islam dan membina dengan tsaqofah dan akidah Islam. 


Dengan izin suami, perempuan juga boleh berkarir di luar. Menjadi pelayan masyarakat, seperti perawat, dokter, guru, atau segala macam pekerjaan yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan begitu, pemberdayaan perempuan haruslah menyeluruh dan tidak melulu berkaitan dengan ekonomi, melainkan pula terhadap peran strategisnya sebagai ibu. Dengan dukungan penuh dari negara, perempuan bisa mengoptimalkan potensi dan perannya untuk memperbaiki kondisi yang terjerumus dalam sistem kapitalisme. Negara juga melindungi perempuan dan menjaga peran serta hakikat utamanya sebagai perempuan. Namun, dalam sistem kapitalisme, perempuan justru dieksploitasi demi ekonomi atau alat pemuas hawa nafsu. Oleh karena itu, butuh sistem yang senantiasa melindungi dan menjaga kehormatan perempuan, yaitu sistem yang menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Tidak hanya perempuan yang terlindungi kehormatannya, melainkan potensi perempuan sebagai muslimah pun didorong demi mewujudkan ketakwaan pada Allah swt.
Wallahu’alam bisshawab

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar