Oleh: Tri S, S.Si
Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini pemilu masih belum mulai, namun kontestasi politik sudah ramai. Disisi lain, saat ini Indonesia tengah menghadapi gelombang endemi, walau kasus selama 2 hari ini tak sedrastis ketika pandemi. Namun, peralihan dari pandemi ke endemi membuat pemerintah terlihat tak siap. Melihat masyarakat saat ini sangat abai dengan protokol kesehatan, banyak kita temui khususnya di tempat keramaian dimana masyarakat sudah tak sekencang memasang sabuk ketika di masa pandemi, bahkan banyak yang tak lagi memakai masker, tak menjaga jarak bahkan tak menjaga kebersihan seperti mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer. Usaha-usaha yang tadinya ketat kini tengah kendor, setidaknya ini menjadi hal yang utama bagi individu yang harusnya di edukasi terus menerus oleh pemerintah, mengingat untuk kemaslahatan bersama (Kompas.com, 12/06/2022).
Saat ini yang dipikirkan pemerintah ialah bagaimana memajukan dan menggerakkan kembali roda perekonomian di tengah masyarakat. Padahal dilain sisi ini perlu keteraturan, untuk menghadapi endemi ini masyarakat seharusnya lebih protect dalam menjaga diri tentunya dengan tidak menjadi rantai penyebaran dan menjadi pemutus mata rantai dikala menurun atau menaiknya pasca pandemi. Sebab, jika bukan kita yang menjaga siapa lagi. karena jika mengandalkan segelintir orang ataupun pemerintah yang turun tangan langsung rasanya sulit karena sistem ini membentuk pribadi yg individual tanpa memikirkan orang lain.
Setelah membaca di berbagai media tentang kenaikan kasus Covid-19 saat ini walau dalam taraf aman dikatakan, tetapi tidak menutup kemungkinan beberapa hari, pekan atau bulan jika tidak melakukan pengetatan prokes. Angka ini akan terus melonjak bak harga pangan di pasaran. Angka yang tidak kecil dari 300 ke 500, ujar Menteri Kesehatan Budi Gunardi Sadikin saat jumpa pers Jum'at (10/06/2022) lalu.
Kasus Covid-19 di Indonesia pada Minggu kemarin dilaporkan bertambah 551 kasus. Dengan demikian, total kasus Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 6.060.488, terhitung sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020. Data yang sama menunjukkan ada penambahan kasus sembuh. Dalam sehari, jumlahnya bertambah 353 kasus. Dengan demikian, total kasus sembuh dari Covid-19 saat ini tercatat sebanyak 5.899.111. Data yang sama menunjukkan, terdapat 2 pasien Covid-19 yang meninggal dunia dalam periode 11-12 Juni. Penambahan itu membuat total kematian akibat Covid-19 mencapai 156.643 orang. (Kompas.com, 10/06/2022)
Hal ini menggambarkan bagaimana pemimpin di negeri ini tak mempunyai kesiapan yang matang dalam pandemi hingga ke endemi, bahkan untuk mengambil sebuah keputusan saja merasa berat dan sulit dengan pertimbangan sistem ala sekuler kapitalis.
Berbeda dengan Islam yang mempunyai segudang solusi dalam menyelesaikan akar permasalahan yang ada, seperti dalam kutipan hadits berikut:
“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR. Bukhari)
Dalam menghadapi wabah penyakit, Nabi Muhammad SAW telah memberikan konsep karantina untuk menyelamatkan nyawa manusia dari ancaman kematian akibat wabah penyakit menular ini. Sungguh Islam mengajarkan kepada kita dari 14 abad yang lalu, bahkan wabah penyakit ini pun pernah terjadi di zaman Umar Bin Khathab ra. Kini tinggal kita menerapkan apa yang telah Rasulullah SAW contohkan.
Jika berkaca pada kondisi dunia Islam saat ini, secara umum bahkan hampir seluruh negeri terserang wabah ini dan belum teratasi hingga mengakar dan seharusnya ini menjadi pelajaran bagi seluruh umat Islam di dunia menyadari betapa pentingnya kembali pada Islam. Karena hanya solusi Islamlah yang bisa mengatasi masalah ini sampai ke akarnya. Wallahualam bisshowab.
Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar