Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Syiar Perbuatan Keji, Kok Berani?

Minggu, 15 Mei 2022



Oleh: Rinica M

Dunia maya tengah riuh dengan pro kontra terhadap podcast DC perihal gay. Kendati tayangan sudah di hapus, publik masih menyoroti bahwa hadirnya tamu pasangan sesama jenis itu bukan satu-satunya yang pernah tayang di sana. Bahkan jika dilihat lebih luas, akun DC bukan satu-satunya yang pernah menayangkan konten serupa.

Dari pelaku l987 sendiri, banyak yang terang-terangan menaikkan dirinya di akun sosial media. Entah dengan masuk di konten yang populer, atau bahkan membuat akun sendiri. Yang mengherankan, pengikut mereka jumlahnya melebihi hitungan jari. Tergolong berani bukan? Apalagi jika pelakunya dari kalangan muslim, apa benar mereka tidak pernah tahu hukumnya?

Selama ini orang yang berusaha mengingatkan kerap berhadapan dengan pendapat "gak usah ngurusin dosa orang" atau "panitia surga sok sibuk" atau "urusan-urusan mereka, hidup-hidup mereka, kenapa loe ikutan sibuk?" atau perkataan sejenis yang intinya mengarah pada penilaian negatif terhadap orang yang menyampaikan nasehat agar menghentikan kemaksiatan.

Padahal, jika mau membaca Alquran sudah jelas bagaimana hukum menirukan perbuatan kaum Nabi Luth ini. Terkategori sesuatu yang menyalahi syariat, dan ini terkategori perbuatan dosa besar. Perbuatan maksiat seperti ini, apakah benar hanya berimbas pada pelakunya saja?

Jika melihat pada kisah kaum Nabi Luth dulu, di sana ada sosok istri Nabi Luth. Ia bukanlah pelakunya, tapi apakah ketika azab Allah turun ia tidak terimbas? Oleh karena itu perlu dipahami bahwa siapapun yang mendiamkan karena setuju ataupun yang berkontribusi terhadap kemaksiatan itu, bisa jadi kena imbas yang sama.

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (TQS. An-nuur: 19)

Dari sini dapat diketahui bahwa yang Allah berikan azab itu bukan sebatas pelaku kemaksiatannya, tapi yang menginginkan agar kemaksiatan itu tersiar luas. Siapa saja mereka? Semua pihak yang turut membantu menyukseskan gelaran syiar kemaksiatan itu terlaksana dan landing ke publik. Termasuk yang mendukung acara kemaksiatan, yang membela adanya acara kemaksiatan. Apakah yakin mereka aman? Jika tidak yakin, mengapa berani syiar perbuatan keji?

Seorang mukmin seharusnya bijak dalam mengeluarkan syiar. Selayaknya di samping memikirkan sisi untung ruginya juga memikirkan baik buruknya menurut pandangan Allah. Sebab apapun dan sekecil apapun tidak ada yang bisa luput dari perhitungan Allah. Dan semuanya akan mendapatkan balasan secara adil.

Maka, sudah seharusnya bila syiar yang seharusnya digencarkan adalah syiar kebaikan. Kontennya berisi konten yang mengarahkan penontonnya pada ketaatan kepada Allah. Sehingga bukan adzab Allah yang membayangi, melainkan pahala tak terputus yang siap menjadi investasi. 

Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” [HR. Muslim]

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Sumber gambar: pngtree.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar