Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Membentengi Remaja Dari Arus Pergaulan Bebas

Sabtu, 14 Mei 2022



Oleh: Ummu Diar

Seiring perkembangan teknologi, berkembang pula kreativitas penggunaanya. Berbagai aktivitas keseharian ditampilkan, dari hal biasa hingga tak tak lazim pun ada. Akibatnya arus informasi segala rupa begitu cepat sampai kepada khalayak, tak terkecuali remaja.

Tak menjadi soal bila yang dilihat adalah kebaikan. Andaikan terpapar, maka efeknya justru akan menginspirasi untuk turut mencoba berbuat baik juga. Namun sebaliknya, bila yang ditemukan adalah keburukan, hal yang dilarang oleh agama, maka bisa ditebak kemana efeknya bukan?

Sebagai permisalan adalah tayangan/konten yang mengandung unsur pornografi. Apabila sering berseliweran, bukan tidak mungkin akan terlihat meski sepintas. Apa jadinya jika itu kemudian membekas?

Sebanyak 1,57 juta konten negatif di internet hingga Oktober 2021 ditemukan Kementerian Komunikasi dan Informatika ( Kemenkominfo ). Konten pornografi menjadi hal yang paling dominan dari jumlah keseluruhan tersebut.

Tenaga Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa Devie Rahmawati menjelaskan, temuan yang berkaitan dengan pornografi mencapai 1,1 juta konten. "Statistik penanganan konten negatif sampai dengan 30 November mencapai 1.573.282 juta konten. Konten pornografi 1.109.416. Ini masalah serius yang luar biasa," kata Devie di Bogor, Kamis (2/12/2021) malam. [¹]

Pada saat yang sama, remaja juga menjadi penontonnya. Dari Sindonews disebutkan data survei (KPAI) pada 2007 pernah mencatatkan bahwa dari 4.500 remaja yang disurvei, 97 persen di antaranya mengaku pernah menonton film porno. Dalam laman tersebut juga dituliskan daftar kota di Indonesia dengan jumlah seks bebas tertinggi seperti dikutip dari berbagai sumber, Jumat (18/3/2022). Di antaranya: Jogjakarta, Bandung, Kota Gunung Kemukus-Sragen, dan Jakarta. [²]

Bagaimana dengan kota lainnya? Bisa jadi juga ada, namun belum terekam secara data. Kondisi ini tentu memerlukan perhatian serius, mengingat remaja sesungguhnya adalah aset penting untuk meneruskan estafet peradaban. Apa yang akan terjadi jika arus kemaksiatan atas nama pergaulan bebas terus mengepung mereka?

Terlebih dalam kondisi saat ini elemen-elemen dasar yang berperan menaungi remaja juga sedikit banyak terpapar oleh pandangan liberal. Sebagai misal orang tua, yang memang sejatinya memiliki waktu dominan bagi anak, dengan sangat terpaksa menjadi terbatas waktu bertemunya dengan anak. Orang tua tertuntut bekerja sepenuh tenaga untuk mencukupi kebutuhan yang tak murah, sedangkan anak sendiri waktunya banyak tersita untuk belajar di luar rumah.

Selain itu, masyarakat yang selazimnya menjadi bantalan pemental keburukan di lingkungan, juga menghadapi kesibukan yang tak jauh berbeda. Bahkan tak jarang yang sudah menunjukkan pola individualis, sehingga kurang peka terhadap hal yang berkaitan dengan seks bebas selama tidak menimpa dirinya.

Di saat yang sama, negara sepertinya kewalahan dengan konten yang berpotensi merusak generasi. Arus pergaulan bebas yang jelas-jelas bertentangan dengan budaya ketimuran ataupun norma agama masih leluasa melenggang mendekati genggaman generasi. Pada saat yang sama, remaja sendiri juga terbatas waktunya untuk memperdalam ilmu agama. Ilmu yang sejatinya akan menjadi pondasi tentang bagaimana mereka bersikap.

Maka, untuk membentengi remaja dari arus pergaulan bebas ini diperlukan penyadaran bersama dari banyak pihak. Pertama, remaja perlu ditanami keimanan yang kuat lagi kokoh, agar setiap langkah perbuatannya selalu disesuaikan dengan ridha Allah. Dan untuk peran ini, harus duet antara pihak keluarga dan pihak pemangku pendidikan formal.

Kedua, remaja dibekali pemahaman aturan Islam yang lengkap dan benar, terutama terkait pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Ketiga, remaja perlu dikondisikan dengan lingkungan yang baik, komunitas yang baik, dan kesibukan yang hanya mengarahkan pada kebaikan.

Keempat, orang tua perlu menaikkan level akses teknologi dan informasi. Sehingga apa saja yang tengah terjadi di sekitar anak, tidak akan bisa lolos sisi negatifnya. Kelima, orang tua dan anak yang sudah mulai membentengi diri dari arus pergaulan bebas, perlu didukung masyarakat dan negara. Kedua elemen ini harus tidak permisif terhadap arus negatif apapun yang akan merusak generasi.

Selanjutnya perlu dilakukan edukasi masal kepada semua elemen secara massif dan kontinyu. Edukasi yang mengarahkan kepada kebaikan dan terus mencegah dari keburukan. Sehingga upaya pembentangan ini akan semakin kompak dilakukan. Dan Islam adalah alternatif terbaik untuk keperluan edukasi ini. Formula ajaran Islam pasti mampu menyelamatkan, sebab apa yang datang dari Tuhan pasti yang terbaik bagi hamba-Nya. []


Referensi:
1. https://nasional.sindonews.com/read/617173/15/kemenkominfo-temukan-11-juta-konten-pornografi-di-internet-1638493945

2. https://lifestyle.sindonews.com/read/716335/156/4-kota-di-indonesia-dengan-jumlah-seks-bebas-tertinggi-nomor-3-mengejutkan-1647576223

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar